Selain itu, para pelaku industri kesehatan, seperti apoteker dan penjual jamu, juga menjadi bagian penting dari tren ini.
Mereka melihat peluang besar untuk mengembangkan produk-produk berbasis bahan alami yang dipercaya lebih aman dan minim efek samping.
Pengobatan alternatif yang paling banyak diminati di Indonesia mencakup akupunktur, refleksiologi, dan terapi herbal. Di sisi lain, minuman tradisional seperti jamu, wedang jahe, dan kunyit asam kembali populer di kalangan masyarakat.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, permintaan terhadap produk jamu meningkat hingga 20% dalam lima tahun terakhir.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Ibu Sri Utami, seorang penjual jamu di Yogyakarta, “Setiap hari, saya melihat peningkatan jumlah pelanggan yang mencari jamu untuk berbagai keluhan kesehatan, mulai dari pegal-pegal hingga masalah pencernaan.”
Tren ini mulai terlihat jelas sejak awal pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Ketika masyarakat mulai mencari cara untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menjaga kesehatan, minuman tradisional dan pengobatan alternatif menjadi pilihan utama.
“Pandemi membuat kita lebih sadar akan pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit. Saya melihat banyak orang beralih ke pengobatan herbal sebagai langkah preventif,” kata Dr. Andi Wibowo, seorang dokter umum di Jakarta.
Meskipun tren ini terjadi di seluruh Indonesia, beberapa daerah menunjukkan minat yang lebih tinggi dibandingkan yang lain. Jawa Tengah dan Jawa Timur, misalnya, dikenal sebagai pusat produksi jamu dan herbal, sehingga tidak mengherankan jika masyarakat di daerah ini lebih antusias.
Di Yogyakarta, terdapat kampung-kampung jamu yang menjadi daya tarik wisata kesehatan. “Kampung jamu kami tidak hanya menjadi tempat produksi, tetapi juga edukasi bagi wisatawan yang ingin belajar tentang manfaat jamu,” ujar Bapak Joko Santoso, Ketua Asosiasi Jamu Yogyakarta.