jfid – Gunung Marapi di Sumatera Barat meletus pada Minggu (3/12/2023) sore, menyemburkan abu vulkanik dan awan panas yang menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.
Erupsi ini mengejutkan para pendaki yang sedang berada di gunung tersebut, sebagian di antaranya sedang berkemah di pos-pos peristirahatan.
Menurut Kepala Basarnas Padang, Abdul Malik, ada 75 pendaki yang terjebak saat erupsi terjadi.
Sebanyak 49 orang berhasil dievakuasi dengan selamat pada Minggu malam, sementara 11 orang ditemukan meninggal dunia pada Senin pagi.
Korban meninggal diduga mengalami luka bakar akibat awan panas. Identitas korban belum diketahui. Sedangkan 12 orang lainnya masih dalam pencarian.
Salah satu saksi mata yang selamat adalah Rizky, seorang mahasiswa asal Padang yang sedang mendaki bersama teman-temannya.
Ia bercerita bahwa ia sedang berada di pos 2 ketika mendengar suara gemuruh dari puncak.
Ia melihat awan hitam pekat membumbung tinggi dan segera berlari menuju pos 1.
Di tengah perjalanan, ia merasakan hujan abu dan kerikil yang menyengat kulitnya.
“Kami panik sekali, kami tidak tahu harus kemana. Kami hanya berdoa dan berlari secepat mungkin. Kami sempat melihat beberapa pendaki yang terjatuh dan tidak bisa bangun lagi,” kata Rizky dengan suara tercekat.
Rizky dan teman-temannya berhasil sampai di pos 1 dan menemukan tim SAR yang sedang melakukan evakuasi.
Mereka dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan. Rizky mengaku trauma dengan kejadian tersebut dan tidak akan mendaki lagi.
“Kami sangat beruntung bisa selamat. Kami ikut berduka cita untuk korban yang meninggal. Kami berharap tidak ada lagi erupsi seperti ini,” ujarnya.
Gunung Marapi adalah gunung berapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Gunung ini tergolong gunung yang paling aktif di Sumatra.
Sejak abad 18, gunung ini sudah meletus lebih dari 50 kali. Status gunung ini saat ini masih dalam level waspada.
Masyarakat diharapkan tidak mendekati wilayah yang rawan terdampak erupsi.