Komunitas internasional, termasuk PBB, Uni Eropa, Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam, dan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, China, India, dan Brasil, tentu saja khawatir dan prihatin terhadap seruan Milei untuk pembangunan kembali Kuil Ketiga Yahudi.
Mereka menganggap seruan tersebut sebagai ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, dan sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan resolusi PBB.
Mereka juga khawatir bahwa seruan tersebut dapat memicu perang agama dan peradaban, yang dapat melibatkan dan merugikan banyak negara dan orang.
Reaksi komunitas internasional terhadap seruan Milei mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Keinginan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, yang merupakan wilayah yang strategis dan sensitif, dan yang memiliki dampak besar terhadap keamanan dan ekonomi dunia.
Mereka mungkin khawatir bahwa seruan Milei dapat memicu konflik dan kekerasan baru di Timur Tengah, yang dapat menyebar dan merusak banyak negara dan orang.
Mereka mungkin juga khawatir bahwa seruan Milei dapat memperburuk hubungan antara Barat dan Islam, dan antara Yahudi dan Arab, yang sudah tegang dan sulit.
Keinginan untuk mempertahankan hukum dan prinsip internasional, yang merupakan dasar dari tatanan dan kerjasama internasional, dan yang menjamin hak dan kepentingan semua negara dan orang.
Mereka mungkin merasa bahwa seruan Milei adalah pelanggaran terhadap hukum dan prinsip internasional, dan bahwa mereka harus menentang dan menghukum pelanggaran tersebut.
Mereka mungkin juga merasa bahwa seruan Milei adalah tantangan terhadap otoritas dan kredibilitas mereka, dan bahwa mereka harus membuktikan dan mempertahankan otoritas dan kredibilitas mereka.
Kesimpulan
Seruan Presiden Argentina, Javier Milei, untuk pembangunan kembali Kuil Ketiga Yahudi di Bukit Bait Suci, yang akan berimplikasi pada penghancuran Masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah, tentu saja memicu kontroversi dan kecaman besar dari berbagai pihak.
Seruan tersebut menunjukkan betapa rumit dan sensitifnya isu Yerusalem dan Bukit Bait Suci, dan betapa penting dan mendesaknya penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Seruan tersebut juga menunjukkan betapa berbahayanya politik identitas dan agama, dan betapa pentingnya toleransi dan dialog antar agama dan budaya.
Semoga seruan tersebut dapat menjadi pelajaran dan peringatan bagi semua pihak, dan dapat mendorong upaya dan solusi baru untuk perdamaian dan keadilan di Timur Tengah. Amin.
Catatan: Artikel ini ditulis berdasarkan informasi yang tersedia hingga saat ini dan dapat berubah seiring dengan perkembangan terbaru. Penulis berusaha untuk menyajikan informasi yang akurat dan objektif, tetapi tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian, atau kerugian atau kerusakan yang mungkin timbul dari penggunaan informasi ini. Penulis juga tidak bertanggung jawab atas pendapat atau komentar yang mungkin dinyatakan oleh pembaca. Penulis menghargai dan menghormati semua pihak yang terlibat dalam isu ini, dan berharap agar mereka dapat menyelesaikan perbedaan dan konflik mereka dengan cara yang damai dan adil.