Kenapa Muslim Masa Kini Lemah di Bidang Ilmu Sains?

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
8 Min Read
- Advertisement -

jfid – Ilmu sains adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta dan fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya. Ilmu sains sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia karena dapat memberikan pengetahuan, pemahaman, dan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi oleh manusia.

Namun, jika kita melihat kondisi umat Islam masa kini, kita akan menemukan fakta yang menyedihkan bahwa umat Islam sangat lemah di bidang ilmu sains. Umat Islam tidak banyak berkontribusi dalam perkembangan ilmu sains modern yang telah menciptakan berbagai teknologi canggih yang memudahkan kehidupan manusia.

Padahal, umat Islam pernah menjadi pelopor dan pemimpin dalam bidang ilmu sains pada masa lalu. Umat Islam telah menghasilkan banyak ilmuwan-ilmuwan hebat yang menguasai berbagai bidang ilmu sains seperti matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi, kedokteran, farmasi, dan lain-lain.

Ilmuwan-ilmuwan Muslim seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Al-Biruni, Al-Farabi, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Ibnu al-Haytham, Al-Zahrawi, Al-Razi, dan banyak lagi telah memberikan sumbangan besar bagi perkembangan ilmu sains dunia. Mereka telah menulis banyak buku-buku ilmiah yang menjadi rujukan bagi ilmuwan-ilmuwan Barat.

Ad image

Masa kejayaan umat Islam dalam bidang ilmu sains terjadi pada periode dinasti Abbasiyah yang berkuasa dari tahun 750 M hingga 1258 M. Pada masa ini, umat Islam menikmati kemajuan sains, ekonomi dan budaya yang luar biasa di bawah pemerintahan kalifah Harun al-Rashid (786-809 M) hingga beberapa kalifah setelahnya.

Masa ini disebut sebagai Masa Kejayaan Islam atau Zaman Keemasan Islam. Pada masa ini, umat Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan mencintai kebenaran. Umat Islam sangat giat belajar dan meneliti berbagai hal yang ada di alam semesta. Umat Islam juga sangat toleran dan terbuka terhadap ilmu pengetahuan dari berbagai peradaban lain seperti Yunani, Persia, India, Cina, dan lain-lain.

Masa kejayaan umat Islam dalam bidang ilmu sains berakhir setelah dinasti Abbasiyah ditaklukkan oleh bangsa Mongol yang menyerbu dan menghancurkan Baghdad pada tahun 1258 M. Peristiwa ini merupakan bencana besar bagi umat Islam karena Baghdad adalah pusat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam saat itu.

Sejak saat itu, umat Islam mulai mengalami kemunduran dan ketertinggalan dalam bidang ilmu sains. Umat Islam tidak lagi menjadi pelopor dan pemimpin dalam bidang ilmu sains, tetapi menjadi pengikut dan peniru dari bangsa-bangsa lain yang lebih maju.

Ada banyak faktor yang menyebabkan ketertinggalan umat Islam dalam bidang ilmu sains. Salah satu faktor utamanya adalah rasa tidak percaya diri, kebodohan, minimnya pengetahuan, kerusakan akhlak, kebobrokan moral para pemimpin dan ulama.

Umat Islam telah kehilangan semangat dan motivasi untuk belajar dan meneliti ilmu sains. Umat Islam telah terlena dengan kesenangan dunia dan melupakan kewajiban untuk mencari ilmu pengetahuan. Umat Islam telah terjebak dalam sikap fanatik, sempit, dan kaku dalam memahami agama. Umat Islam telah mengabaikan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah yang mendorong umat Islam untuk mengamati, merenungkan, dan meneliti alam semesta sebagai bukti kebesaran Allah.

Umat Islam juga telah kehilangan teladan dan dukungan dari para pemimpin dan ulama yang seharusnya menjadi panutan dan pembimbing bagi umat. Para pemimpin dan ulama banyak yang korup, zalim, munafik, dan tidak amanah. Para pemimpin dan ulama banyak yang tidak peduli dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak memberikan fasilitas dan insentif bagi para ilmuwan Muslim. Para pemimpin dan ulama banyak yang menjadikan ilmu sebagai ladang penghidupan saja bukan sebagai ladang dakwah.

Akibatnya, umat Islam menjadi lemah di bidang ilmu sains. Umat Islam tidak banyak menghasilkan ilmuwan-ilmuwan Muslim yang berprestasi di bidang ilmu sains. Umat Islam tidak banyak berkontribusi dalam perkembangan ilmu sains modern yang telah menciptakan berbagai teknologi canggih yang memudahkan kehidupan manusia.

Bukti dari ketertinggalan umat Islam di bidang ilmu sains adalah jumlah pemenang Nobel dari umat Islam dalam bidang sains yang sangat sedikit. Hanya ada tiga orang pemenang Nobel dari umat Islam dalam bidang sains, yaitu Abdus Salam (Fisika, 1979), Ahmed Zewail (Kimia, 1999), dan Aziz Sancar (Kimia, 2015). Jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah total pemenang Nobel yang lebih dari 600 orang.

Padahal, Allah telah memberikan potensi dan bakat kepada setiap manusia untuk belajar dan meneliti ilmu sains. Allah telah memberikan akal, pikiran, hati, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya kepada manusia untuk mengamati, merenungkan, dan meneliti alam semesta sebagai bukti kebesaran Allah.

Allah juga telah memberikan wahyu kepada manusia melalui Al-Qur’an dan Sunnah yang berisi banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu sains. Al-Qur’an dan Sunnah adalah sumber ilmu pengetahuan yang paling benar dan paling sempurna. Al-Qur’an dan Sunnah adalah petunjuk bagi manusia untuk mencari ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.

Oleh karena itu, umat Islam harus bangkit dan berusaha keras untuk mengembalikan kejayaan di bidang ilmu sains. Umat Islam harus meningkatkan rasa percaya diri, pengetahuan, akhlak, dan moral dalam mempelajari ilmu sains. Umat Islam harus lebih berani, rajin, kreatif, dan inovatif dalam mencari dan menemukan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kemaslahatan

Umat manusia. Umat Islam harus bersikap toleran dan terbuka terhadap ilmu pengetahuan dari berbagai peradaban lain yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Umat Islam harus menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber dan pedoman utama dalam mempelajari ilmu sains.

Umat Islam juga harus mendapatkan teladan dan dukungan dari para pemimpin dan ulama yang seharusnya menjadi panutan dan pembimbing bagi umat. Para pemimpin dan ulama harus bersih dari korupsi, kezaliman, kemunafikan, dan ketidakamanahan. Para pemimpin dan ulama harus peduli dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan memberikan fasilitas dan insentif bagi para ilmuwan Muslim. Para pemimpin dan ulama harus menjadikan ilmu sebagai ladang dakwah bukan sebagai ladang penghidupan saja.

Dengan demikian, umat Islam dapat mengembalikan kejayaan di bidang ilmu sains. Umat Islam dapat menghasilkan ilmuwan-ilmuwan Muslim yang berprestasi di bidang ilmu sains. Umat Islam dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu sains modern yang dapat menciptakan berbagai teknologi canggih yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.

Semoga Allah memberikan taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua untuk menjadi umat yang cinta ilmu pengetahuan dan cinta kebenaran. Bukan orang yang mencintai selangkangan, demikian kura-kura.

- Advertisement -
Share This Article