jfid – Ikan hias adalah salah satu hobi yang banyak diminati oleh orang-orang. Ada berbagai macam jenis ikan hias yang bisa dipelihara di akuarium, mulai dari yang berukuran kecil hingga besar, dari yang berwarna polos hingga cerah. Namun, tahukah Anda bahwa ada ikan hias yang bisa berpendar di bawah cahaya? Ikan tersebut bernama ikan glofish.
Ikan glofish bukanlah ikan alami yang berasal dari alam liar, melainkan ikan hasil rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah proses mengubah atau memodifikasi gen suatu organisme dengan cara menambah, mengurangi, atau mengganti gen tertentu¹. Dengan rekayasa genetika, kita bisa menciptakan organisme baru dengan sifat-sifat yang diinginkan.
Ikan glofish pertama kali dibuat oleh Dr Zhiyuan Gong dan rekan-rekannya di National University of Singapore (NUS) pada tahun 1999². Mereka mencoba memasukkan gen protein hijau berpendar (Green Flourescent Protein atau GFP) yang berasal dari ubur-ubur ke dalam embrio ikan zebra (Danio rerio). Gen tersebut kemudian terintegrasi ke dalam genom ikan zebra dan membuatnya bisa berpendar hijau di bawah cahaya putih alami atau sinar ultraviolet.
Ikan zebra berpendar ini kemudian dipatenkan dengan nama glofish dan dikomersialkan oleh perusahaan Yorktown Technology di Amerika Serikat pada tahun 2003. Ikan glofish menjadi hewan rekayasa genetika pertama yang bisa diakses oleh publik sebagai hewan peliharaan.
Sejak itu, berbagai jenis ikan lainnya juga dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan ikan glofish dengan warna-warna yang berbeda. Beberapa jenis ikan yang sudah menjadi glofish antara lain adalah black tetra (Gymnocorymbus ternetzi), tiger barb (Puntius tetrazona), rainbow shark (Epalzeorhynchos frenatum), betta (Betta splendens), cory catfish (Corydoras aeneus), pristella tetra (Pristella maxillaris), dan medaka (Oryzias latipes).
Warna-warna cerah pada ikan glofish berasal dari protein flouresensi yang diisolasi dari berbagai makhluk hidup laut, seperti ubur-ubur, anemon laut, karang jamur, karang piala, karang berbatu, karang otak terbuka, dan octocoral. Protein flouresensi ini bisa memantulkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu dan menghasilkan warna neon seperti merah, kuning, biru, ungu, pink, dan oranye.
Ikan glofish memiliki bentuk tubuh dan perilaku yang sama dengan ikan aslinya. Mereka bisa hidup di air tawar dengan suhu sekitar 24-28 derajat Celsius dan pH sekitar 6,5-7,5. Mereka juga bisa makan pakan ikan hias biasa seperti pelet, cacing sutra, atau artemia³. Ikan glofish cocok dipelihara di akuarium dengan pencahayaan yang baik agar warnanya bisa terlihat jelas.
Ikan glofish adalah salah satu contoh penerapan rekayasa genetika dalam bidang akuakultur. Rekayasa genetika bisa memberikan manfaat seperti meningkatkan produktivitas, kesehatan, kualitas, dan keragaman produk perikanan¹. Namun, rekayasa genetika juga memiliki risiko seperti menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, kesehatan manusia, dan kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, rekayasa genetika harus dilakukan dengan hati-hati dan bertanggung jawab.