jfid – Tinder, aplikasi kencan online yang populer di seluruh dunia, ternyata tidak hanya digunakan untuk mencari pasangan, tapi juga untuk mencari pekerjaan. Hal ini dilakukan oleh sejumlah warga China yang menghadapi kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Menurut laporan BBC1, banyak warga China yang kehilangan pekerjaan atau mengalami pengurangan pendapatan selama pandemi. Mereka kemudian mencoba mencari peluang kerja lewat aplikasi Tinder, dengan cara mengubah profil mereka menjadi iklan lowongan atau lamaran kerja.
Salah satu contohnya adalah Li, seorang pria berusia 32 tahun yang tinggal di Beijing. Ia mengaku sudah mencoba berbagai cara untuk mencari pekerjaan, termasuk mengirimkan lamaran ke ratusan perusahaan, tapi tidak ada yang membalas. Ia kemudian memutuskan untuk menggunakan Tinder sebagai alternatif.
“Di Tinder, saya bisa langsung berkomunikasi dengan orang-orang yang mungkin tertarik dengan keterampilan saya. Saya juga bisa melihat profil mereka dan mengetahui apakah mereka cocok dengan bidang pekerjaan yang saya inginkan,” kata Li kepada BBC.
Li mengubah foto profilnya menjadi sebuah poster yang menampilkan riwayat pendidikan dan pengalaman kerjanya sebagai desainer grafis. Ia juga menulis deskripsi singkat tentang dirinya dan tujuannya menggunakan Tinder.
“Saya bukan di sini untuk cari jodoh, tapi untuk cari kerja. Saya seorang desainer grafis profesional yang bisa membuat logo, poster, brosur, dan lain-lain. Saya bisa bekerja secara online atau offline. Jika Anda membutuhkan jasa saya, silakan hubungi saya,” tulis Li.
Li mengatakan bahwa respons yang ia dapatkan dari Tinder cukup positif. Ia mengklaim sudah mendapatkan beberapa tawaran kerja dari pengguna Tinder, baik dari perusahaan maupun individu. Ia juga mengaku sudah berhasil mendapatkan beberapa proyek kerja lepas dari aplikasi tersebut.
“Meskipun pendapatan yang saya dapatkan dari Tinder tidak seberapa, tapi setidaknya bisa membantu saya bertahan hidup di masa sulit ini. Saya juga merasa lebih percaya diri dan bersemangat untuk terus mencari peluang kerja,” ujar Li.
Li bukan satu-satunya orang yang menggunakan Tinder untuk mencari kerja. BBC melaporkan bahwa ada banyak pengguna Tinder lainnya di China yang melakukan hal serupa, baik yang mencari pekerjaan maupun yang menawarkan pekerjaan.
Beberapa jenis pekerjaan yang ditawarkan atau dicari melalui Tinder antara lain adalah guru bahasa asing, penerjemah, penulis, fotografer, model, penata rambut, penjual barang-barang bekas, dan lain-lain.
Menurut pakar media sosial China, Manya Koetse2, fenomena ini menunjukkan bahwa warga China semakin kreatif dan fleksibel dalam menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi. Ia juga mengatakan bahwa hal ini merupakan salah satu dampak dari perkembangan teknologi digital di China.
“Di China, ada banyak platform online yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari belanja, hiburan, hingga kencan. Hal ini membuat orang-orang lebih terbiasa dengan menggunakan media sosial sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan mereka,” kata Koetse kepada BBC.
Koetse menambahkan bahwa penggunaan Tinder untuk mencari kerja juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Ia menjelaskan bahwa di China, hubungan pribadi atau guanxi3 sangat penting dalam dunia bisnis atau karier. Oleh karena itu, banyak orang yang lebih memilih untuk mencari pekerjaan melalui kenalan atau rekomendasi daripada melalui proses formal.
“Tinder bisa menjadi salah satu cara untuk membangun guanxi dengan orang-orang yang berpotensi menjadi mitra bisnis atau atasan. Dengan berkomunikasi secara langsung dan informal, orang-orang bisa lebih mudah mengetahui karakter dan kualitas satu sama lain,” ujar Koetse.
Namun, penggunaan Tinder untuk mencari kerja juga tidak tanpa risiko. Beberapa pengguna mengaku pernah mengalami penipuan, pelecehan, atau diskriminasi saat menggunakan aplikasi tersebut. Oleh karena itu, para pengguna diimbau untuk berhati-hati dan selektif dalam memilih orang-orang yang ingin mereka ajak bekerja sama.