Cinta yang Berakhir Tragis: Kisah Kapten Pierre Tendean dan Rukmini Chaimin dalam Bayang-bayang G30S

ZAJ
By ZAJ
2 Min Read

jfid – Kisah cinta Kapten Pierre Tendean dan Rukmini Chaimin adalah cerita yang penuh dengan romantisme dan tragedi. Mereka berdua, yang awalnya dijodohkan oleh teman-teman mereka, harus menghadapi akhir yang tragis karena peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S).

Pada tahun 1963, Pierre dikenalkan oleh dua orang temannya kepada Rukmini, seorang wanita asal Medan, Sumatera Selatan yang memiliki darah Jawa. Rukmini dikenal sebagai gadis yang salehah dan rajin beribadah.

Pierre Tendean dan Rukmini pertama kali bertemu saat Pierre ditugaskan sebagai Komandan Pleton Batalion Zeni Tempur 2, Kodam I Bukit Barisan di Sumatera Utara.

Meski awalnya Pierre tidak mau dengan perjodohan dari temannya tersebut, namun setelah bertemu dengan Rukmini, dia langsung jatuh hati. Ketertarikan Pierre Tendean terhadap Rukmini tumbuh semakin besar menjadi cinta.

Sosok Rukmini yang sederhana menjadi daya tarik tersendiri di mata Pierre.

Namun, kisah cinta mereka harus berakhir tragis karena peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang akrab disebut G30S.

G30S adalah sebuah peristiwa berlatar belakang kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965.

Peristiwa ini mengakibatkan gugurnya sembilan jenderal serta satu orang perwira pertama militer Indonesia, termasuk Kapten Pierre Tendean.

Kisah cinta Kapten Pierre Tendean dan Rukmini Chaimin adalah cerminan dari bagaimana cinta bisa tumbuh dan berkembang di tengah situasi politik dan sosial yang tidak menentu. Meski harus berakhir tragis, kisah mereka tetap menjadi simbol dari kekuatan cinta dan pengorbanan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article