jfid – Paus Fransiskus, pemimpin spiritual umat Katolik dunia sejak Maret 2013, telah menjadi simbol harapan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Namun, di balik senyum hangat dan pesan-pesan damainya, terdapat perjalanan panjang yang penuh tantangan dalam hal kesehatan.
Di usianya yang ke-88 tahun pada 2025, Paus Fransiskus menghadapi serangkaian masalah medis yang semakin memengaruhi aktivitasnya.
Artikel ini akan mengulas riwayat kesehatannya secara kronologis, mulai dari operasi paru-paru di masa muda hingga bronkitis akut yang membuatnya dirawat di Rumah Sakit Gemelli pada Februari 2025.
Masa Muda: Awal Perjalanan Medis Paus Fransiskus
Sebelum menjadi Paus, Jorge Mario Bergoglio nama asli Paus Fransiskus telah mengalami ujian kesehatan yang signifikan.
Salah satu momen paling menentukan dalam hidupnya adalah ketika ia menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-parunya saat masih berusia 20-an di Argentina.
Operasi ini dilakukan untuk mengatasi radang selaput dada (pleuritis) yang parah, kondisi yang mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan cepat.
Meskipun kehilangan sebagian organ vital, Paus Fransiskus tetap menjalani kehidupan yang aktif. Pengalaman ini membentuk karakternya sebagai sosok yang tangguh dan sederhana.
Namun, dampak jangka panjang dari operasi tersebut tampaknya terus memengaruhi kesehatannya, terutama sistem pernapasannya, yang menjadi lebih rentan terhadap infeksi di usia tua.
Kepemimpinan Sebagai Paus: Tantangan Kesehatan yang Semakin Berat
Setelah terpilih sebagai Paus pada 2013, Jorge Mario Bergoglio harus menghadapi tantangan fisik yang semakin berat seiring bertambahnya usia. Berikut adalah beberapa peristiwa medis penting selama kepemimpinannya:
Operasi Usus Besar (Juni 2021)
Pada Juni 2021, Paus Fransiskus menjalani operasi besar di Rumah Sakit Gemelli untuk mengangkat sebagian usus besarnya.
Operasi ini dilakukan untuk mengatasi divertikulitis, yaitu peradangan atau infeksi pada dinding usus besar. Divertikulitis dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan bahkan komplikasi serius jika tidak segera ditangani.
Setelah operasi, Paus menjalani pemulihan selama beberapa minggu. Meski demikian, ia tetap melanjutkan tugas-tugasnya sebagai pemimpin spiritual dunia, meskipun dengan mobilitas yang lebih terbatas.
Masalah Saraf Skiatik dan Lutut (2022–2024)
Di tahun-tahun berikutnya, Paus Fransiskus mulai mengalami nyeri saraf skiatik, yang menyebabkan rasa sakit di bagian belakang tubuhnya hingga ke kaki.
Kondisi ini membuatnya sering menggunakan kursi roda atau tongkat untuk berjalan. Selain itu, masalah lutut juga mulai muncul, membatasi kemampuannya untuk berdiri lama atau berjalan jauh.
Kendati demikian, Paus tetap hadir dalam acara-acara penting, meskipun terkadang ia harus duduk selama misa atau audiensi umum. Sikap ini menunjukkan dedikasinya yang luar biasa terhadap tugas-tugas pastoralnya.
Insiden Jatuh dan Cedera Minor (2024–2025)
Tahun 2024 dan awal 2025 menjadi periode yang penuh insiden bagi Paus Fransiskus. Pada Januari 2025, ia mengalami cedera lengan bawah kanan setelah terjatuh di kediamannya di Casa Santa Marta.
Beberapa minggu kemudian, pada Februari 2025, ia tersandung karena tongkat jalannya patah saat memasuki auditorium Vatikan. Insiden lainnya terjadi pada Desember 2024, ketika dagunya terbentur meja nakas setelah terjatuh.
Meskipun cedera-cedera ini tampaknya ringan, mereka secara kumulatif memperburuk kondisi fisiknya, terutama pada usia 88 tahun.
Tahun 2025: Krisis Bronkitis Akut
Pada Februari 2025, Paus Fransiskus mengalami episode kesehatan yang cukup serius: bronkitis akut. Kronologi kejadian dimulai saat ia merasakan kesulitan bernapas selama salah satu pertemuannya di Vatikan.
Tim medis segera membawanya ke Rumah Sakit Gemelli untuk menjalani tes diagnostik dan perawatan intensif.
Tes awal menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan, yang memperparah kondisi bronkitis yang sudah dialaminya sejak Desember 2024. Setelah menjalani terapi obat, kondisi Paus dilaporkan mulai membaik, meskipun ia masih membutuhkan istirahat total.
Dampak pada Aktivitas Publik
Akibat bronkitis akut ini, sejumlah agenda penting Paus dibatalkan atau digantikan oleh pejabat lain. Misalnya, Audiensi Yubelium yang dijadwalkan pada Sabtu, 15 Februari 2025, dibatalkan.
Sementara itu, Misa Kudus untuk Yubelium Seniman dan Dunia Budaya pada Minggu, 16 Februari 2025, dipimpin oleh Kardinal Jose Tolentino de Mendonca.
Pertemuan dengan para seniman di Cinecitta, yang direncanakan pada Senin, 17 Februari 2025, juga dibatalkan.
Pertimbangan Mengundurkan Diri: Apakah Ini Waktunya?
Paus Fransiskus bukanlah pemimpin spiritual pertama yang menghadapi dilema tentang masa depan kepemimpinannya akibat masalah kesehatan.
Pada 2013, pendahulunya, Paus Benediktus XVI, mengundurkan diri karena alasan kesehatan yang memburuk. Keputusan ini menjadi preseden penting dalam sejarah modern Gereja Katolik.
Pada 2023, Paus Fransiskus secara terbuka menyatakan bahwa ia telah memilih tempat pemakamannya di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma.
Pernyataan ini memicu spekulasi bahwa ia mungkin mempertimbangkan pengunduran diri jika kesehatannya terus memburuk. Namun, hingga saat ini, ia belum memberikan indikasi pasti tentang rencana tersebut.
Jika Paus Fransiskus memutuskan untuk mundur, hal ini akan memiliki implikasi besar bagi stabilitas kepemimpinan Gereja Katolik.
Umat Katolik di seluruh dunia berharap agar Paus dapat pulih sepenuhnya dan melanjutkan tugas-tugasnya sebagai pemimpin spiritual global.
Refleksi: Mengapa Kesehatan Paus Penting bagi Dunia?
Kesehatan Paus Fransiskus tidak hanya penting bagi umat Katolik, tetapi juga bagi dunia secara keseluruhan.
Sebagai pemimpin spiritual, ia telah memainkan peran penting dalam isu-isu global seperti perdamaian di Ukraina, Gaza, dan Lebanon. Ia juga aktif menyerukan solidaritas terhadap kemiskinan, perubahan iklim, dan hak asasi manusia.
Harapan untuk pemulihan Paus Fransiskus datang dari berbagai penjuru dunia. Doa dan dukungan dari umat Katolik serta komunitas global mencerminkan betapa pentingnya peran beliau dalam menjaga stabilitas moral dan spiritual dunia.
Kesimpulan
Perjalanan medis Paus Fransiskus adalah cerminan dari ketangguhan dan dedikasi seorang pemimpin spiritual yang telah memberikan segalanya untuk umatnya.
Dari operasi paru-paru di masa mudanya hingga bronkitis akut di usia 88 tahun, ia terus menunjukkan keteguhan hati dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Meskipun kesehatannya semakin menurun, warisan dan kontribusinya bagi dunia tidak akan pernah pudar.
Semoga Paus Fransiskus mendapatkan pemulihan yang sempurna dan terus menjadi sumber inspirasi bagi semua orang di seluruh dunia.