” Ia tidak menyebutkan nama negara-negara tersebut, tetapi media melaporkan bahwa China, India, Rusia, dan Arab Saudi adalah beberapa negara yang menolak untuk menyetujui bahasa yang lebih kuat dalam perjanjian GST.
Di sisi lain, beberapa ahli dan pemimpin dunia menyambut baik perjanjian GST sebagai langkah maju yang penting dan realistis.
Mereka mengakui bahwa perjanjian tersebut tidak sempurna, tetapi menekankan bahwa perjanjian tersebut mencerminkan konsensus global yang sulit dicapai dan memberikan dorongan bagi aksi iklim yang lebih besar di masa depan.
Salah satu pendukung perjanjian GST adalah John Kerry, utusan khusus AS untuk iklim, yang mengatakan bahwa perjanjian tersebut.
“mengirim sinyal yang jelas kepada dunia bahwa kita harus bergerak lebih cepat dan lebih jauh dalam mengurangi emisi.” Ia juga mengatakan bahwa perjanjian tersebut “membuka jalan bagi transisi energi yang adil dan inklusif, yang akan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesehatan, dan meningkatkan ketahanan.”
Perjanjian GST bukanlah akhir dari perjuangan global melawan perubahan iklim, melainkan awal dari babak baru. Tantangan yang dihadapi dunia masih besar dan kompleks, dan membutuhkan kerja sama, komitmen, dan tindakan dari semua pihak.
Apakah kita akan mampu meninggalkan bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi yang bersih dan terbarukan? Hanya waktu yang akan menjawabnya.