Selain itu, arak yang diproduksi secara tidak higienis atau dengan metode yang tidak aman dapat mengandung zat-zat berbahaya seperti metanol, yang dapat menyebabkan keracunan dan bahkan kematian.
Kasus keracunan arak sering kali dilaporkan di berbagai daerah, menyoroti pentingnya regulasi yang ketat dalam produksi dan distribusi arak.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatur produksi dan distribusi arak melalui berbagai peraturan.
Namun, efektivitas regulasi ini masih menjadi tantangan. Banyak produsen arak tradisional yang masih beroperasi tanpa izin resmi, membuat pengawasan menjadi sulit.
Dalam sebuah wawancara dengan media, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito menyatakan, “Kami terus berupaya meningkatkan pengawasan terhadap produksi arak, terutama yang diproduksi secara tradisional. Edukasi kepada masyarakat juga sangat penting untuk meningkatkan kesadaran akan risiko konsumsi arak yang tidak aman.”
Di tengah meningkatnya popularitas arak, edukasi mengenai manfaat dan risiko konsumsinya menjadi sangat penting. Masyarakat perlu diberikan informasi yang seimbang agar dapat membuat keputusan yang bijak.
Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan konsumsi arak dapat dilakukan dengan cara yang aman dan bertanggung jawab, menghindari risiko kesehatan yang serius, sambil tetap menghargai nilai budaya dan tradisi yang terkandung dalam minuman tersebut.
Edukasi ini harus melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga kesehatan, dan komunitas lokal, untuk memastikan pesan yang disampaikan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Hanya dengan edukasi yang tepat, kita dapat memanfaatkan manfaat arak sekaligus meminimalisir risikonya.