Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Fokus

Togog

by Heru Harjo Hutomo
5 bulan ago
in Fokus, Opini
Reading Time: 5min read
0
Gambar "Togog," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

Gambar "Togog," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

Share on FacebookShare on Twitter

jfid– Sebermulanya ia hanyalah sesosok makhluk yang berasal dari kulit telur, anak pujan Sang Hyang Wenang yang telah menitis pada Sang Hyang Tunggal—dimana dalam bahasa sanskrit pengertian “esa” tak semata bararti “tunggal,” tapi juga “kuasa.” Konon ia berebut tua dengan dua adiknya, Ismaya dan Manikmaya. Sebab, siapa yang menang tua akan menjadi penguasa triloka, pengganti sang ayahanda.

Berlombalah ketiganya untuk menelan sebuah gunung dan siapa yang berhasil memuntahkannya kembali akan menjadi yang tertua. Antaga, kakak Ismaya dan Manikmaya, menelan gunung itu duluan. Tapi lacur, mulutnya yang kebanyakan umuk dan sok ternyata tak mampu menelan gunung itu dan justru sobek hingga akhirnya menyerupai mulut seekor buaya. Ismaya juga berunjuk kebolehan, ia mampu menelan gunung itu, tapi ia tak dapat memuntahkannya kembali. Ia menyimpan, mengandung di perutnya, seperti seorang ibu yang tengah hamil, Ismaya pun berubah menjadi tak rupawan lagi sebagaimana yang dialami pula oleh Antaga.

Kedua kakak beradik itu akhirnya dihukum oleh ayahnya karena telah berlomba berunjuk kebolehan. Antaga dibuang ke Bumi untuk menjadi pamomong para ksatria yang berperangai buruk tapi serba berkecukupan dengan uang dan kemegahan lainnya. Ia pun, sesuai dengan mulutnya yang menyerupai buaya, berganti nama menjadi Togog. Adapun Ismaya ditugaskan untuk menjadi pamomong para ksatria yang berperangai baik, pewaris dan penjaga segala tatanan yang baik di muka Bumi ini meskipun tak bergelimang dengan harta. Ia pun berganti nama menjadi Semar yang hidup jauh dari kegemerlapan istana.

Kisah Togog adalah kisah tentang sebuah dukungan kultural pada sebuah golongan yang lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas, jangka pendek daripada jangka panjang, keburukan (inefektivitas) daripada kebaikan (efektivitas), atau untuk meminjam klasifikasi Karl Marx, infrastruktur daripada suprastruktur. Sementara kisah Semar adalah justru sebaliknya, kualitas di atas kuantitas, jangka panjang di atas jangka pendek, kebaikan di atas keburukan, suprastruktur di atas infrastruktur. Sebab, bagi seorang Semar, sama sekali tak ada kerugian pada pilihan-pilihan etisnya tersebut.

Kedua kakak beradik itu memang senantiasa berdiri pada posisi yang berseberangan. Keduanya tak netral, keduanya memilih dan sama sekali sadar akan segala konsekuensinya. Sebagai sesosok pamomong yang identik dengan segala hikmah atau kebijaksanaan, Togog selalu berfungsi sebagai bahan candaan dan seolah tak memiliki martabat atau harga diri sama sekali (wani wirang). Ia rela seandainya diri dan segala kebijaksanaannya hanya buat bahan olok-olok. Dan ia memang menikmati itu semua, sebab golongan sabrang yang ia emong dan suka umuk selalu memberinya pulihan-pulihan yang membuat kehidupannya serba berkecukupan. Bagi seorang Togog, sungguh tak perlu pandai, bijak bestari, dan sakti atau memiliki kemampuan yang nyata untuk hidup bersama dengan golongan yang memang tak menghendaki adanya kepandaian dan kualitas-kualitas diri lainnya. Cukup dengan uang dan sarana pemuja hasrat lainnya segala hal dapatlah diatur. Ibaratnya, cukup mengasih uang 100 ribu untuk seporsi nasi pecel, maka seseorang akan dielu-elukan, disujudi dan ditaati segala titahnya. Karena itu, sesosok Togog memang cukup laku pada tipikal masyarakat tontonan sebagaimana yang penah dinubuahkan oleh Guy Debord (Kelam Zaman Masyarakat Tontonan, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org).

BACAJUGA

Pemprov NTB Ajak Peradah Bersinergi Dukung NTB Gemilang

Pelaku Balap Liar dan Balap Lari Diamankan Polresta Mataram

Gubernur NTB Raih Penghargaan dari Menteri PPPA Atas Keberhasilan Pengesahan Perda Perkawinan Anak

Ditemukan Mayat Bayi Terbungkus Kardus di Jempong Baru

Lantas, seandainya mesti memilih, siapakah yang sebenarnya lebih tua diantara kakak beradik, Togog dan Semar, mulai dari peristiwa perlombaan menelan gunung hingga terbuang kemuka Bumi dan menjadi penjaga sebuah sistem nilai? Meskipun lebih dahulu gagal dalam menelan gunung dan terbuang ke dunia madya, ternyata Togog lebih muda daripada adiknya, Semar. Sebab, gunung itu pada hakikatnya serupa dengan gunung Sinai (tursina) yang saking lezatnya Semar pun enggan untuk memuntahkannya kembali dan membiarkannya untuk manjing di tubuhnya. Seandainya dilihat dari bentuk tangannya, bukankah Semar yang selama ini menuding dan mengepal, sementara Togog yang menengadah (wani pira)?

(Heru Harjo Hutomo: penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)

ShareTweetSendShare

Related Posts

Dunia Riset dalam Jerat Pancasila

5 hari ago
Soeharto, Presiden kedua Republik Indonesia

Mencegah Pak Harto 3 Periode

4 minggu ago
"Kelam Zaman Masyarakat Tontonan," 60x100 cm, Heru Harjo Hutomo, 2020

Kinerja Tubuh Manusia dalam Anime: “Hataraku Saibō”

1 bulan ago
Ilustrasi Over Fishing Lobster (foto: Inews)

Regulasi Larang Ekspor Benih Lobster Tidak Jelas, Alias Statemen Doang

1 bulan ago
Agus Harimurti Yudhoyono (foto: istimewa)

Ujian Sang Mayor

1 bulan ago
Ilustrasi keberingasan Kapitaslime

Kapitalisme Lahir Karena Indonesia

1 bulan ago
Load More
Next Post

Land Clearing Moto GP Dijaga Ketat, Pemilik Lahan Tempuh Jalur Hukum

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Foto : Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H., saat acara Loka Sabha VI yang dilangsungkan di Gedung Rektorat Lantai III IAHN Pudja Mataram.
Advertorial

Pemprov NTB Ajak Peradah Bersinergi Dukung NTB Gemilang

18/04/2021
Foto : Pelaku balap liar dan balap lari yang diamankan Polresta Mataram
Berita

Pelaku Balap Liar dan Balap Lari Diamankan Polresta Mataram

16/04/2021
Foto : Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati saat memberikan penghargaan kepada Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, M.Sc., yang didampingi Sekda Provinsi NTB, Asisten I, Setda NTB, Kadis Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kasat Pol PP, Kepala DPA2KB Provinsi dan Kabupaten/Kota se-NTB, Ketua MUI, Perwakilan Polda, Danrem 162/Wb, pemerhati anak dan perempuan di NTB.
Berita

Gubernur NTB Raih Penghargaan dari Menteri PPPA Atas Keberhasilan Pengesahan Perda Perkawinan Anak

16/04/2021
Foto : Mayat bayi terbungkus kardus yang ditemukan berjenis laki-laki yang menggegerkan Warga Gang Nurul Yaqin Batu Mandiri, Kelurahan Jempong Baru, Kecamatan Sekarbela Kota Mataram.
Berita

Ditemukan Mayat Bayi Terbungkus Kardus di Jempong Baru

15/04/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.