Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Opini

Tingwe

by Heru Harjo Hutomo
2 bulan ago
in Opini
Reading Time: 6min read
0
"Tingwe," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

"Tingwe," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

Share on FacebookShare on Twitter

jfid – Se-tampang tembakau pada dasarnya dapat digunakan untuk menghitung hari. Di pedesaan, lazimnya orang-orang tua menentukan hari berdasarkan hari pasarannya yang terdiri dari 5 pasaran: Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing. Se-tampang tembakau biasanya dapat digunakan untuk merokok selama sepasar atau 5 hari bagi perokok aktif. Jadi, ketika seseorang membeli tembakau di pasar pada hari Pon, maka pada hari Pon berikutnya ia akan pergi ke pasar lagi untuk berbelanja tembakau.

Tanpa kita sadari perekonomian rupanya dapat ditentukan oleh adanya hari pasaran. Sebab, pada hari-hari itulah pasar digelar. Ada pasar Pon, pasar Wage, pasar Kliwon, dst. Hari pasaran ini seolah lebih pokok dari pada hari-hari biasanya yang terdiri dari 7 hari yang kerap disebut sebagai seminggu atau sepekan: Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, dan Minggu. Pada kepercayaan orang-orang Jawa, keberuntungan dan naas dipercaya dapat diantisipasi berdasarkan hari pasaran ini. Istilah “nagadina” merupakan rumus dalam mencari keberuntungan, baik ekonomi, politik, dst. Seumpamanya, pada peristiwa pemilihan politik, seorang kandidat mesti melakoni syarat-syarat tertentu berdasarkan watak hari: berangkat dari Timur, duduk di sebelah Barat, dst.

Membeli tembakau, karena itu, seperti lebih banyak memiliki nilai historis dan kultural daripada membeli rokok jadi. Orang-orang tua di pedesaan sampai hari ini umumnya masih membuat rokok sendiri dengan bahan tembakau lokal, cengkeh, sek (kertas pembungkus rokok), dan terkadang kemenyan yang dirasa lebih berpengaruh pada syaraf. Prosesi membuat rokok sendiri ini dikenal dengan istilah “tingwe” yang berarti nglinting dhewe (membuat rokok sendiri).

Secara historis dan kultural pada dasarnya tradisi tingwe seolah menjadi budaya tandingan atas sistem kapitalisme atau sistem apapun yang berupaya mencerabut otonomi diri. Para praktisi tingwe seolah tak puas atas standarisasi selera yang dihasilkan oleh rokok pabrikan. Dengan membuat rokok sendiri, takaran menjadi subjektif, dimana otonomi rasa kita benar-benar tegak tanpa campur tangan pihak lain—seolah-olah kita menjadi diri kita sendiri. Bukankah tanda kedewasaan adalah saat kita benar-benar memiliki otonomi diri?

Istilah “dhewe” pada akhirnya memiliki makna yang agung (“Dhewek” dan Teologi Ketakmanjaan Jawa, Heru Harjo Hutomo, https://alif.id). Bayangkan bagaimana seandainya kita dapat membuat apapun secara sendiri alias mandiri. Kita menanam sendiri, memanen sendiri, memakan sendiri hasil tanaman yang kita tanam sendiri, apa yang bakal terjadi? Berbagai sistem global yang dirasa menindas dan tak menguntungkan kita selama ini akan kacau.

BACAJUGA

Ini Pesan Tito Karnavian ke Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit

Bang Zul Ajak KONI dan Seluruh Atlet Kompak Serta Jaga Kebersamaan di PON Papua

Maling Sapi di Desa Gadu Timur Ganding Diringkus Polisi

Perang Yuk dengan Tiongkok dan Amerika

Dengan demikian istilah “dhewe” pada tradisi “tingwe” secara simbolik merupakan sebentuk pernyataan otonomi diri, untuk tak mau menjadi orang-orang manja alias mandiri. Dalam khazanah budaya Jawa “mandiri” merupakan singkatan dari “mandireng pribadi,” berkuasa atas diri sendiri. Secara kultural kebesaran seseorang adalah ketika orang itu benar-benar mandiri, berkuasa penuh atas dirinya sendiri, tak diatur-atur oleh pihak lain. Tapi selalu saja kemandirian menjadi momok bagi sebentuk kemapanan tertentu. Bukankah jutaan nyawa pernah melayang hanya karena menginginkan kemandirian: revolusi kemerdekaan Indonesia, India, Tiongkok, dst.? Ketika kita tak lagi hidup di masa penjajahan, lantas pada sistem apakah kita masih sering dicibir “kecil” alias “anak-anak”?

Saya kira ada begitu banyak sistem yang mengerdilkan kita sebagai manusia di hari ini: radikalisme keagamaan yang bersifat mau menang sendiri atau “masturbasif,” nativisme yang utun dan kuper alias anti-kosmopolitanisme, khilafah islamiyah yang seolah memaksa kita untuk berjenggot dan bercadar selaiknya di masa nabi dalam bayangan mereka, populisme keagamaan yang berani wirang karena dijalankan oleh orang-orang yang benar-benar tak paham agama dan tak hidup dalam prinsip-prinsip keagamaan sebagaimana yang diklaim, populisme sekular atau “nasionalisme masturbasif” yang seolah putih dari kriminalitas dan pengangkangan hak yang telah juga dijamin oleh Pancasila dan UUD ’45, sekularisme total yang bodoh yang seolah menafikan peran agama dalam semua lini kehidupan, liberalisme kebablasan yang asam pada prinsip autochthony, kepemimpinan regresif yang bertentangan dengan UUD ’45 atau secara khusus azas rekognisi dan subsidiaritas yang jelas terpampang pada UU Desa, sektarianisme keagamaan yang bau diskriminatifnya begitu kuat menyengat, kerajaan spiritual yang seolah kekuasaannya melebihi kekuasaan pemerintah formal, gerakan-gerakan oplosan yang terang mengalami kebingungan ideologis, elitisme yang senantiasa ingkar janji, hegemoni yang menindas dan membenamkan dalam diam, serta budaya kepengecutan untuk melawan dominasi dan ketakadilan agar diberi ruang dan jatah kekuasaan.

Atas semua itu, pada akhirnya, pada tradisi tingwe kita mesti belajar untuk mengacaukan sistem yang selama ini terbukti mengerdilkan dan membenamkan segala potensi yang kita memiliki.

(Heru Harjo Hutomo: penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)

ShareTweetSendShare

Related Posts

Gambar ilustrasi (produksi: Mardigu Wowiek)

Perang Yuk dengan Tiongkok dan Amerika

1 hari ago

Perdagangan Komoditas Kelautan – Perikanan Teluk Saleh

2 hari ago
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat sidak Gudang Pupuk di Indramayu

Syahrul Yasin Limpo Jabat Menteri Pertanian, Kelangkaan Pupuk tak Selesai

1 minggu ago
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping (Foto: AFP)

Pasti di Take Down Lagi Informasi tentang Tiongkok ini (Baca Cepat)

1 minggu ago
Rusdianto Samawa, dalam Kongres Nelayan Indonesia

Membedah PNBP KKP, Target Strategis; Mampukah?

2 minggu ago

Sikap Front Nelayan Indonesia (FNI) Soal Drone Ngepet

2 minggu ago
Load More
Next Post
Ainul Anwar: ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Batuputih Sumenep

Sumenep Menunggu "Bantuan" Lima Tahunan

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Foto : Menteri Dalam Negeri (Mendagri) sekaligus mantan Kapolri Jenderal (Purn) Tito Karnavian
Berita

Ini Pesan Tito Karnavian ke Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit

18/01/2021
Foto : Gubernur NTB Dr. H Zulkieflimansyah bersama pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) saat Rapat Kerja KONI NTB 2021 yang berlangsung di Hotel Astoria
Berita

Bang Zul Ajak KONI dan Seluruh Atlet Kompak Serta Jaga Kebersamaan di PON Papua

18/01/2021
Berita

Maling Sapi di Desa Gadu Timur Ganding Diringkus Polisi

18/01/2021
Gambar ilustrasi (produksi: Mardigu Wowiek)
Headline

Perang Yuk dengan Tiongkok dan Amerika

18/01/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.