Spektrum Budaya Jaran Keca’

Moh. Busri
7 Min Read

jf.id – Indonesia merupakan Negara yang memiliki bangsa dengan berbagai suku dan budaya. Uniknya dengan pebedaan tersebut ternyata mampu disatukan dengan empat pilar kebangsaan, yaitu yang biasa disingkat dengan PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945). Bangsa yang memiliki banyak tradisi dan budaya ini menjadi keunikan tersendiri, sebab sangat sulit berbagai macam perbedaan tersebut untuk dapat disatukan emosionalnya.

Perbedaan suku, tradisi, dan budaya tersebut merupakan sebuah aset atau kekayaan yang tidak dapat diukur secara materialis. Oleh karenanya kekayaan semacam itu memang sangat perlu untuk dipertahankan keberadaannya, agar supaya Indonesia tetap berdiri kokoh dengan keunikan yang tidak mungkin diiliki oleh bangsa lain. 

Salah satu tempat yang memiliki cukup banyak tradisi dan budaya adalah kota Sumenep, yaitu sebuah kota yang berada diujung timur pulau Madura. Banyak orang dipulau tersebut mengatakan bahwa kota sumenep adalah kota yang memiliki penduduk dengan watak cukup halus dibandingkan dengan tiga kota lainnya, diantaranya kota Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan.

Seperti yang dijelaskan oleh Dr. A. Latief Wiyata dalam bukunya (Carok: 2002), bahwa perbedaan tersebut dikarenakan letak geografis. Sumenep adalah satu-satunya kota dimadura yang ditempati kraton, maka tidak heran apabila tutur bahasanya pun halus seperti yang memang menjadi adat kraton atau kerajaan.

Selain itu tradisi dan budaya yang ada dikota tersebut juga cukup unik, seperti misalnya budaya Jaran Kenca’ (bahasa Madura), yang artinya Kuda Goyang. Budaya tersebut tidak lagi menjadi budaya asing akan tetapi sudah sangat terkenal. Jaran kencak merupakan sebuah atraksi kuda yang bergoyang atau dalam bahasa Madura (akenca’) dengan diiringi musik, baik musik tradisional seperti ‘aronen’, atau juga musik modern seperti ‘Drumband’

Biasanya Jaran Kenca’ tersebut dipakai untuk perayaan hajatan di kota Sumenep, seperti Pernikahan, Khitanan, Haflatul Imtihan, atau hajatan yang lainnya. Bahkan saat ini budaya Jaran Kenca’ tidak hanya dipakai  di kota Sumenep, melainkan sudah mulai meluas ke kota sebelah, seperti kota Pamekasan, Sampang, Bangkalan. Bahkan terkadang juga sampai ke kota Surabaya.

Keunikan dari atraksi kuda ini membuat banyak orang tertarik untuk mengundangnya pada sebuah acara hajatan, bahkan pada saat sekarang di kota Sumenep seakan tidak sempurna sebuah acara hajatan jika tidak mengundang Jaran Kenca’. 

Sumenep yang dikenal dengan sebutan Sumekar tersebut memiliki lambang kuda terbang sebagai sebuah simbol dari kota tersebut. Bahkan sejarah Joko Tole pada masa kerajaan di kota tersebut, sebagai salah satu pendekar yang sangat tangguh juga menunggangi kuda terbang.

Hal itu dapat di baca dalam buku yang berjudul “Babad Modern Sumenep” (Zainollah Ahmad. S.Pd:2018). Dalam sejarahnya, Joko Tole menunggangi kuda terbang disaat berperang melawan Dempo Awang.

Dari sejarah tersebut maka tidak heran apabila sampai saat ini kota Sumenep masih saja diwarnai dengan nuansa Kuda. Bahkan perayaan hari jadi kota Sumenep pun juga dimeriahkan oleh pawai Jaran Kenca’ entah hal tersebut disengaja adanya, atau memang hanya kebetulan.

Intinya budaya Jaran Kenca’ yang ada di Sumenep memang secara sikologi sejarah memiliki keterkaitan dengan adanya sejarah yang menjadi latar belakang kota sumenep. Maka dari itu mejadi sebuah kewajiban bagi generasi muda sumenep untuk tetap melestarikan budaya tersebut supaya generasi selanjutnyapun akan merasakan juga keindahannya.

Mempertahankan dan merawat kearifan lokal merupakan sebuah tanggung jawab para generasinya, bahkan bukan hanya merawat akan tetapi juga mengembangkan serta menyesuaikan dengan kebutuhan zaman, oleh sebab itu kekreatifan para generasi muda untuk merawat tradisi dan budaya yang dimiliki sangat dibutuhkan.

Budaya merupakan sebuah kekayaan yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun, selain sebagai sebuah bentuk lahir dari keindahan yang diciptakan bersama, budaya juga merupakan sebuah symbol dari jiwa suatu penduduk yang tentunya mampu bersatu untuk mencapai keindahan itu sendiri. Dari hal itu apabila tradisi dan budaya sudah semakin hari semakin ditelan pesatnya peradaban maka jangan harap suatu bangsa dari wilawah tersebut akan memiliki identitas secara murni sehingga dirinya dapat dikenal dalam berbagai wilayah yang lainnya.

Madura selalu dikenal sebagai suku yang keras bahkan tak gentar dalam menghadapi segala bentuk situasi dan kondisi, namun yang perlu juga diketahui bahwa Madura memilki falsafah kekeluargaan yang sangat kental, seperti ‘song osong lombhung’ (gotong royong memikul lumbung), dan  ‘ghu’ tegghu’ sabbhu‘ (saling berpegangan ikat pinggang).

Semua falsafah tersebut memilki arti kekeluargaan sangat kuat beserta saling bekerjasama. Jika falsafah tersebut masih tetap tertanam kuat dalam setiap jiwa pemuda Madura, maka bukanlah hal yang sulit untuk mempertahankan keharmonisan sosial dalam merawat budaya dan tradisi.

Sampai saat ini Madura masih terkenal dengan Karapan Sapinya, dan hal itu adalah aset yang belum dimiliki oleh daerah lain. Keunikan tersebut harus tetap terjaga, bahkan bukan hanya pada budaya Karapan sapi, masih banyak keunikan di Madura yang hal itu masih belum dikenal oleh orang luar.

Semua itu harus menjadi pendorong bagi para pemuda Madura untuk memperkenalkannya pada mereka semua. Budaya Jaran Kenca’ sangat menarik untuk diperkenalkan sebab selain memiliki keterikatan dengan sejarah kota sumenep, budaya tersebut juga tidak dimiliki oleh daerah lain yang memang sangat unik keberadaannya. 

Indonesia adalah Negara yang berdiri dengan berbagai macam suku, budaya, tradisi, dan bahasa. Maka sangat relevan apabila keunikan-keunikan dalam suatu daerah diperkenalkan pada manca Negara dengan persaingan yang sangat pesat ini. Sosial media tidak hanya dijadikan sebagai alat untuk mencaci maki sesama bangsa Indonesia, akan tetapi semua fasilitas tersebut dipergunakan untuk memperkenalkan kekayaan kita sebagai bangsa dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kesadaran dan kecintaan pada suatu bangsa sebenarnya dapat dimulai dari hal yang sangat kecil yaitu mencintai identitasnya sendiri. Maka dari itu mari sebagai bangsa yang memegang teguh tali persaudaraan setidaknya harus bisa saling bekerjasama untuk mencintai budaya kita sendiri yaitu budaya Indonesia.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article