Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Headline

Seks; Dari Wilayah Suci Menuju Wilayah Publik

by Tjahjono Widarmanto
6 bulan ago
in Headline, Opini, Pendidikan
Reading Time: 7min read
0
Ilustrasi gambar; lagioke.com

Ilustrasi gambar; lagioke.com

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Pada mulanya seksualitas dianggap sebagai sesuatu yang suci. Percintaan dan persetubuhan dianggap sebagai sebuah pertemuan hati, perpaduan emosi, dan kebersamaan yang dibalut kasih sayang antara dua mahluk yang berbeda kelamin. Tak hanya dipandang sebagai proses biologis yang dilakukan sebagai kesadaran untuk bereproduksi semata, namun seks juga dipahami sebagai bentuk dialektika kemahlukan dan kekhalikan dalam proses penciptaan.
   
    Al-Ghazali (ihya Ulumudin,III;159-160) memuji seksualitas (syahwat) karena dua hal. Pertama, memotivasi orang atau umat untuk berebut surga. Kedua, menjadikan landasan wadah kelangsungan keturunan. Bagi Ghazali seksualitas merupakan kodrati sekaligus bentuk konsekuensi keberadaan mahluk yang ditakdirkan berpasang-pasangan.
Errich Fromm menyebut seks sebagai ruang bertemunya kembali kebersamaan manusiawi. Seksualitas menyadarkan akan hasrat untuk berinteraksi, memahami suatu kebersamaan sebagai suatu keniscayaan yang tak bisa diingkari. Cinta sebagai bagian dari seksualitas (dan sebaliknya) merupakan kutub dari sebuah hasrat, maka aktivitas seks merupakan puncak kulminasi dari sebuah perpaduan dan kebersamaan manusiawi. Seks merupakan alat untuk mengatasi keterpisahan manusia.

    Karena dianggap sebagai sebuah wilayah yang suci, maka seksualitas tak bisa dipertontonkan di depan publik. Seks menjadi sangat privat dan ritualisasinya hanya mungkin dilakukan di ruang domestik. Keterpaduan dan kebersamaan manusiawi dalam ritualisasi seks sebagai puncak kerinduan manusia laki-laki dan perempuan hanya mungkin ada dalam ranah yang sangat personal.
   
    Dalam ranah yang sangat mempribadi itu, saat melakukan aktivitas seksual, manusia akan sepenuhnya menanggalkan kolektivitas pribadinya menjadi mahluk pribadi sepenuhnya, yang bukan hanya bisa mewujudkan eksistensi aku (being), dan rasa keakuan (existence)nya. Menjadi sosok yang merdeka mendialogkan diri dengan nilai kemanusiaan dan spiritualitas yang transenden.
   
    Keterbebasan manusia dari reduksi, hegomoni, serta subordinasi kepentingan di luar dirinya (eksternal) yang diperolehnya saat beraktivitas seksual, berhasil memungkinkan pengejaan kebersamaan manusiawi dan transendental yang lebih maksimal. Seks, bahkan kata Foucault, bisa menjadi energi untuk memberontak terhadap segala kepengapan yang mengitari kehidupan kita sehari-hari.
   
    Begitu dipandang sebagai bagian dari wilayah yang suci, maka seksualitas tak segan-segan dipakai sebagai perwujudan simbolik dalam prosesi religiusitas. Sebagai contoh, di masyarakat Papua terdapat tradisi Zak Ai, yaitu dipakainya air mani (semen) sebagai bagian dari prosesi sebuah ritual religi. Dalam prosesi ini, air mani (semen) dianggap sebagai bagian dari kehidupan, awal dari kehidupan, sebab dari air mani itulah terjadi manusia baru.
   
    Di Jawa, seksualitas juga menjadi simbolisasi religiusitas. Pada peradaban Jawa Kuna dikenal pemujaan lingga dan yoni yang sebetulnya merupakan representasi genitalia. Lingga merupakan representasi genital laki-laki sedangkan yoni merupakan representasi genital perempuan. Lingga dan yoni ini menjadi simbol perwujudan dewa tertinggi Shiwa dan istrinya, Dewi Parwati. Kedua bentuk ini juga dianggap sebagai lambang kesuburan. Dengan demikian simbol genitalia sebagai bagian seksualitas dapat dipresentasikan sebagai kesucian.


Seks karena bagian dari sebuah wilayah yang suci, maka demikian  privacy sehingga dipandang pula sebagai sesuatu yang tabu. Seks pantang dibicarakan dimuka umum. Bahkan ada anggapan dogmatis bahwa seseorang yang membicarakan aktivitas seks, sama persisnya seperti setan perempuan dan setan laki-laki yang berhubungan intim dan ditonton oleh orang banyak.

Namun, dalam perkembangan berikutnya, ternyata seks tak mampu mengelak dari cakupan-cakupan eksternal. Foucault, jauh-jauh hari menegaskan bahwa seksualitas merupakan sebuah wacana yang sangat mudah dikonstruksi. Ketika tak bisa mengelak dari cakupan-cakupan eksternal itu, atau dalam istilah Foucault, ketika seks dikonstruksi oleh berbagai variabel seperti globalisasi, transparansi, kapitalisme, sosial ekonomi, bahkan kekuasaan terjadilah pendangkalan seksualitas.

Sejak munculnya industrialisasi kemudian reformasi di Eropa Barat, telah terjadi represi ‘moderen’ atas seksualitas. Dan represi ini amat berkait dengan kepentingan kapitalisme. Kapitalisme telah menyeret seksualitas menuju wilayah publik dan mengubah wajah seksualitas dari prokreasi  ke rekreasi, dari ritual ke ekspresi identitas yang hanya sesaat.
Yang tampak kemudian adalah pendangkalan seksualitas. Terjadilah pe-wadag-an, pen-tubuh-an, atau pen-sosok-an seksualitas. Seksualitas hanya dipandang sebagai aktivitas fisik belaka, berubah hanya sekedar dukhul yang sekedar bermakna memasukkan penis ke dalam vagina. Lokus seksualitas dari kerinduan kebersamaan manusiawi menjadi kelezatan dan kenikmatan sekejap yang ukuran-ukurannya juga amat fisikal. Maka merebaklah obat kuat, viagra, Mak Erot, galian rapet, hemaviton jreng, atau irex yang dipromosikan dengan gencar dan sensual.
Sejak itulah seksualitas mulai diusung di pasar-pasar dan dijajakan dengan amat terbuka. Merebaklah prostitusi baik terang-terangan maupun terselubung, bahkan membuat tercengang seperti yang terungkap dalam buku-buku yang telah mereportasikan transaksi dan gaya hidup seksual tersebut.

BACAJUGA

No Content Available

Seksualitas kemuadian menjadi urusan publik. Seksualitas yang dahulu merupakan hal yang personal dan hanya terjadi di ruang domestik, kini diusung ke wilayah publik menjadi persoalan ekonomi, sosial, kapitalistik, bahkan politik.
Kerinduan dan kebersamaan manusiawi yang melandasi seksualitas buyarlah sudah. Dan dalam bingkai yang biologis pun, penerusan proses penciptaan melalui dialektika kemahlukan dan kekhalikan menjadi punah.

Di tengah ketidakberdayaan dalam cengkraman kekuatan dan konstruksi dari luar itu, seksualitas telah berubah muka. Dari wajah yang religius dan manusiawi menjadi barang dagangan yang porno dan murah.*****
       
Tjahjono Widarmanto. Tinggal di Ngawi. Menulis genre puisi, esai, artikel, kolom dan cerpen. Tulisan-tulisannya pernah di publikasikan di Jawa Pos, Republika, Suara Merdeka, Solo Pos, Basis, Horison, Koran Tempo, Republika, Kedaulatan Rakyat, SoloPos, Duta, Minggu Pagi,  Surabaya Post, Pikiran Rakyat, Jurnalfaktual.id, dsb. Bukunya yang telah terbit Kitab Ibu dan Kisah Hujan (2019, delima, sby) menjadi salah satu buku puisi terpuji HPI 2019,  Perbincangan Terakhir dengan Tuan Guru (2018, Basabasi:Yogyakarta)  merupakan salah satubuku puisi terpuji versi HPI 2018, dan Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak ( salah satu buku puisi terbaik versi HPI 2016).


ShareTweetSendShare

Related Posts

Gambar ilustrasi (produksi: Mardigu Wowiek)

Perang Yuk dengan Tiongkok dan Amerika

23 jam ago

Perdagangan Komoditas Kelautan – Perikanan Teluk Saleh

1 hari ago
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat sidak Gudang Pupuk di Indramayu

Syahrul Yasin Limpo Jabat Menteri Pertanian, Kelangkaan Pupuk tak Selesai

1 minggu ago
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping (Foto: AFP)

Pasti di Take Down Lagi Informasi tentang Tiongkok ini (Baca Cepat)

1 minggu ago
Rusdianto Samawa, dalam Kongres Nelayan Indonesia

Membedah PNBP KKP, Target Strategis; Mampukah?

2 minggu ago

Sikap Front Nelayan Indonesia (FNI) Soal Drone Ngepet

2 minggu ago
Load More
Next Post
Kondisi Banjir Bandang Luwu Utara

38 Meninggal Dunia dan 10 Hilang Saat Banjir Bandang Terjang Luwu Utara

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Foto : Menteri Dalam Negeri (Mendagri) sekaligus mantan Kapolri Jenderal (Purn) Tito Karnavian
Berita

Ini Pesan Tito Karnavian ke Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit

18/01/2021
Foto : Gubernur NTB Dr. H Zulkieflimansyah bersama pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) saat Rapat Kerja KONI NTB 2021 yang berlangsung di Hotel Astoria
Berita

Bang Zul Ajak KONI dan Seluruh Atlet Kompak Serta Jaga Kebersamaan di PON Papua

18/01/2021
Berita

Maling Sapi di Desa Gadu Timur Ganding Diringkus Polisi

18/01/2021
Gambar ilustrasi (produksi: Mardigu Wowiek)
Headline

Perang Yuk dengan Tiongkok dan Amerika

18/01/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.