Sejarah Sekilas, Untuk Memahami Omnibus Law

Rasyiqi
By Rasyiqi
8 Min Read
Ilustrasi Serikat Buruh Tolak Omnibus Law (gambar: RRI)
Ilustrasi Serikat Buruh Tolak Omnibus Law (gambar: RRI)

jfID – PDIP secara biologis kesannya pro China dan anti Amerika. Karena ada sejarah yang menyatakan pak Karno di “eksekusi” oleh CIA. Kesannya miring ke China, lebih karena tidak suka Amerika karena dendam sejarah. Apakah begitu aslinya, ya tidak juga. Ini layak untuk di pelajari lebih jauh.

Karena itu saya menyempatkan mempelajarinya dengan beberapa buku saya baca, setelahnya saya berminat memberikan pandangan lain.

Setelah membaca beberapa buku sejarah beberapa bulan terakhir ini, saya mencari fakta untuk memahami apa yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1960 hingga akhir tahun 1969. Sepajang tahun 60an tersebut, sejarah Indonesia itu benar-benar pelajaran kelas dunia. Masa itu ada Kennedy, CIA, Soviet, Peking, Sukarno, Marilyn Monroe, PKI, Suharto, wanita disekeling Sukarno serta petinggi PKI di sekitar istana, serta banyak lagi drama di tahun 60an tersebut menarik sekali 3 buku yang saya habiskan dalam waktu 2 bulan kemarin.

Setelah membaca, saya pun mulai menganalisa, sehingga saya rasanya punya pendapat lain melihat sejarah dan realita terhadap apa yang terjadi terhadap pak Karno.

Kita semua tahu bahwa globalis mulai menunjukan taringnya di dunia ya di sekitar tahun 60 an tersebut, yaitu ketika mereka diusik kenyamanannya dalam hal kendali transaksi terhadap dolar di mana mereka yang memegang dunia perbankan dan cara pembayaran menguasai “federal reserve” Amerika, mereka memiliki kemampuan dan akses untuk mencetak uangpun mereka bisa, swasta loh mereka ini.

Berkali-kali saya mengatakan, Amerika itu negara swasta. Karena memang kuat sekali swastanya dan mereka itulah para globalis cabal.

Ketika Kennedy memiliki platform baru, yaitu akan mencetak green back nya gold atau dolar negara Amerika yang di cetak berdasarkan jaminan underlaying emas, maka ini ancaman bagi globalis cabal.

Untuk itu Kennedy memerlukan Indonesia. Ada perjanjian yang menguatkan rencana besar itu. Perjanjian tersebut, membawa Indonesia ke kancah internasional di mana Indonesia di tahun 60an adalah memiliki kekuatan militer terkuat di selatan katulistiwa, bener Indonesia adalah kekuatan terkuat di bumi bagian selatan waktu itu atas banyak bidang termasuk ekonomi, yaitu rupiah.
Pak Karno ada di tengah rencana besar dunia akan penerbitan dolar versi “negara” Amerika, dimana ketika Amerika akan mencetak uang mereka memerlukan jaminan underlaying emas, untuk itu Kennedy meminta jaminan emas Indonesia salah satunya sebagai underlying dolar terbit baru.

Perjanjian di Genewa itu bernama Grand Hilton Memorial Agreement yang ditanda tangani oleh presiden Kennedy dan presiden Sukarno menjadi salah satu tonggak besar sejarah dunia. Tetapi globalis cabal yang terancam kendalinya punya skenario lain.

Kennedy di tembak di dallas. Mobil kenegaraan yang tidak pernah jalan pelan, saat itu jalan di bawah 20 mil perjam yang seharusnya tidak boleh dan 3 arah peluru menerjang Kennedy bersamaan. Meninggal di tempat beliau saat itu. Inilah konspirasi panjang yang belum pernah jelas terungkap.

Di belahan bumi yang lain, Pak Karno baru turun dari pesawat di bandara kemayoran kala mendengar berita kematian Kennedy, pak Karno terkejut bukan main, shock. Karena apa? Karena hal ini membuyarkan skenario kerja sama Amerika Indonesia atas terbitnya dolar berbasis emas atas nama negara Amerika atau federal dolar.
Semua akhirnya tinggal sejarah ketika pak Karno pun oleh globalis cabal dilengserkan.

Skenario ini globalis yang punya, sedangkan CIA hanya pelaksana. Karena? Karena Amerika akan mendadak menjadi negara patriotik nasionalis, begitu juga Indonesia, patriotik nasionalis. Bukan di bawah globalis lagi. Beda skenarionya.

Kita lompat sebentar ke masa kini, ketika Trump pidato di PBB bulan lalu, dia secara jelas mengatakan, saya medukung negara-negara untuk berdaulat masing-masing yang bisa di artikan de-globalisasi. Anti globalis cabal. Dan itu gaya Trump banget, patriotik.

Trump menjadi Kennedy baru, dan banyak yang menduga dia akan di assasin atau dibunuh oleh globalis cabal seperti cerita dalam the simpsons yang belum Pernah meleset menceritakan kejadian di masa akan datang, termasuk ketika Trump jadi presiden, dan ada cerita Trump terbunuh!

Tapi Trump adalah Trump, dan Amerika adalah Amerika. Mereka tidak pernah berubah sejak lahirnya. Tujuannya jelas menjadi sherrif dunia. Kendali dunia.

Agaknya, kebencian terhadap Trump oleh globalis cabal ini sudah di puncaknya ketika September 2020 kemarin, Trump melakukan perombakan sistem transfer dolar.

Kita beri catatan sebentar ya, terhadap Trump sebagai pengingat dan ada strategi yang layak ditiru, untuk membuat Amerika negara berdaulat dan super power, juga kalau kita berani tiru bisa membuat Indonesia berdaulat.

Pertama, kalau Trump jadi lagi presiden Amerika, jabatan keduanya dia akan menggunakan emas sebagai underlaying dolar. Kemudian federal reserve Amerika sudah berada di bawah kementrian keuangan tinggal di kuatkan lagi di masa jabatan kedua.

Ingat ya, ini juga berkali-kali sejak beberapa tahun yang lalu kalau kita dapat mandat, BI kita bubarin jadikan dirjen moneter di bawah kementrian keuangan agaknya di tiru Amerika terlebih dahulu hahaha, belagu ya si sontoloyo ini.

Lalu Trump lakukan apa September 2020 kemarin? Swift tranfer dolar perusahaan network tranfer money antar negara yang berpusat di Bassel Switzerland, tidak dipakai lagi.

Penguasa keuangan dunia globalis cabal Rothchield mulai meredup setelah 250 tahun berkuasa dan mereka termasuk yang marah terhadap Trump.

Oleh Trump diganti dengan quantum komputer yang di kembangkan oleh pemerintah Amerika yang telah di gunakan oleh banyak bank central dengan FED sebagai lending consorsia nya. Inilah perang sesungguhnya saat ini. globalis cabal di belakang demokrat dan Tiongkok melawan Amerika patriotis nasionalis di bawah Trump.

Ada yang menarik, kesadaran bernegara Amerika lagi tinggi tingginya sehingga beberapa pendekatan pidato Biden Kamala ternyata harus menirunya juga kalau tidak dia ketinggalan jaman. Biden Kamala juga kearah patriotisme ini.

Jadi ada pengamat intelijen pertahanan dunia yang mengatakan, kalau Biden menang tetap akan perang melawan Tiongkok juga globalis karena Amerika mendadak menjadi patriotik country. Jadi Trump atau Biden, Amerika tetap Amerika.

Ok ok, sekarang mulai kebayang apa hubungannya dengan omnibus law, hubungan kebijakan luar negeri Indonesia, hubungan terhadap covid dan ekonomi Indonesia dari cerita di atas. Apa harus dijelaskan lebih rinci lagi? Ini pelajaran ada yang minat ngak sih?

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

TAGGED:
Share This Article