Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Fokus

Sejarah dan Persaksian

by Heru Harjo Hutomo
4 bulan ago
in Fokus, Opini
Reading Time: 6min read
0
"Kelam Zaman Masyarakat Tontonan," 60x100 cm, Heru Harjo Hutomo, 2020

"Kelam Zaman Masyarakat Tontonan," 60x100 cm, Heru Harjo Hutomo, 2020

Share on FacebookShare on Twitter

jfid – Rage Against The Machine (RATM) merupakan salah satu band yang menemani saya dalam mengarungi gelegak jiwa muda. Zack de la Rocha dan Tom Morello, bersama Tim Commerford dan Brad Wilk, cukup membuat kapitalisme laiknya orangtua bagi sosialisme-komunisme. Zack yang seorang anak guru dan Tom yang merupakan jebolan sarjana ilmu politik Universitas Harvard seolah membuat marxisme tampil secara funky. Dengan balutan rap dan racikan musik hardcore dan semi R&B, RATM berhasil membuat marxisme dan berbagai isu yang berkaitan dengannya terasa dekat dan bersahaja—meskipun hanya sebatas ekspresi estetis yang tak jauh berdampak pada kehidupan sosial dan politik.

Entah kenapa, latar-belakang seorang Zack de la Rocha mengingatkan saya pada dugaan kuat tokoh di balik Subcomandante Marcos, seorang yang ditunjuk sebagai juru bicara EZLN, gerakan pembebasan masyarakat adat Chiapas di Meksiko. Keduanya merupakan anak yang datang dari keluarga kelas menengah, sama-sama anak dari seorang guru—dan memang RATM secara khusus pernah bersinggungan dengan EZLN.

El-Sub, panggilan akrab Subcomandante Marcos, jelas adalah orang luar yang tak datang dari kalangan petani Chiapas sendiri. Konon, ia adalah jebolan magister filsafat Universitas Sorbonne, Perancis. Seusai meninggalkan tesisnya tentang Althusser di Sorbonne, el-Sub kemudian menceburkan diri ke kalangan masyarakat adat Chiapas—dan ini pun atas upaya yang berkali-kali. El-Sub tak pernah datang sebagai seorang marxis yang gagah dan berapi-api. Justru, saya kira, di kalangan masyarakat adat Chiapas, ia justru diberdayakan balik yang karenanya marxisme yang ditelan sebelumnya berubah menjadi selebaran sastra “kuno” yang penuh pitutur nan menghibur. Karena itulah Zigmunt Bauman, seorang sosiolog kontemporer, menahbiskan EZLN sebagai “marxisme-postmodern.”

Apa yang dialami oleh el-Sub sepertinya juga dialami oleh seorang Zack de la Rocha. Entah darimana dan bagaimana Zack belajar tentang kawruh sangkan-paraning dumadi, tilikannya atas sejarah memang senafas dengan sejarah ala kearifan-kearifan lokal. Dalam salah satu lagu RATM, Testify, Zack menulis: “Who controls the past now controls the future/ Who controls the present now controls the past.”

Testify di atas, dalam Serat Wirid Hidayat Jati Ronggawarsita, dimaknai sebagai “Sasahidan” yang konon merupakan wilayah garapan Syekh Siti Jenar yang kemudian diteruskan oleh Sunan Geseng (Manunggaling Kawula-Gusti dan Sufisme Gambang, Heru Harjo Hutomo, https://alif.id). Sebagaimana Testify RATM, Sasahidan juga bertolak dari sejarah dimana titik awal mestilah menjadi titik berakhirnya. Syekh Amin al-Kurdi, pengarang kitab Tanwirul Qulub, yang merupakan salah seorang mursyid tarekat Naqsyabandiyah, pernah berpendapat bahwa yang membedakan Naqsyabandiyah dengan tarekat-tarekat lainnya adalah pada penekanan titik awal yang menentukan titik berakhirnya suluk para salikin.

BACAJUGA

Kuntowijoyo dalam Madura 1850-1940

PWNU NTB Gandeng Kakanwil Kemenag NTB Sosialisasikan LPJ BOP Pondok Pesantren Bantuan Covid-19

DPRD NTB Matangkan Raperda Desa Wisata

Peti Mati Demokrasi

Barangkali, sampai di sini orang bertanya, bagaimana bisa olah rohani berkaitan dengan olah sosial dan politik mengingat RATM (dan marxisme yang menjadi motor estetisnya) senantiasa berkaitan dengan politik? Satu hal yang pasti, Naqsyabandiyah menjadikan prinsip “khalwat dar anjuman” sebagai salah satu fondasi tarekatnya. Dalam khazanah budaya Jawa, khalwat dar anjuman ini dikenal sebagai “tapa ngrame” yang dahulu dilakukan oleh para ksatria sebagai bentuk tapanya. Dengan kata lain, tasawuf dalam tarekat Naqsyabandiyah, bukanlah hal yang sama sekali jauh dari keseharian dunia yang notabene “kotor” dan “rendah” termasuk politik.

Dalam sejarah tasawuf berbagai corak tarekat yang selama ini ada memang berkaitan dengan tekanan dan perang atau hiruk-pikuk perpolitikan. Seandainya Abu Bakar al-Shiddiq, yang menjadi jalur tarekat Naqsyabandiyah dan Akmaliyah, dikaribkan ketika menemani Nabi Muhammad yang sedang menjadi buron kalangan jahiliyah di gua Tsur, Ali pun ditinggali di tempat tidur ketika rumah Nabi Muhammad dalam kepungan. Hal inilah yang menjadi dasar historis prinsip khalwat dar anjuman atau tapa ngrame para ksatria yang berbeda dengan tapanya para pandhita.

“Now testify!,” pekik Zack dengan iringan riff gitar Tom Morello yang menggunakan sistem tunning Drop D yang gahar dan gebukan drum Brad Wilk yang ekspresif penuh hentakan.

(Heru Harjo Hutomo: penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)      

ShareTweetSendShare

Related Posts

Dunia Riset dalam Jerat Pancasila

1 minggu ago
Soeharto, Presiden kedua Republik Indonesia

Mencegah Pak Harto 3 Periode

4 minggu ago
"Kelam Zaman Masyarakat Tontonan," 60x100 cm, Heru Harjo Hutomo, 2020

Kinerja Tubuh Manusia dalam Anime: “Hataraku Saibō”

1 bulan ago
Ilustrasi Over Fishing Lobster (foto: Inews)

Regulasi Larang Ekspor Benih Lobster Tidak Jelas, Alias Statemen Doang

1 bulan ago
Agus Harimurti Yudhoyono (foto: istimewa)

Ujian Sang Mayor

2 bulan ago
Ilustrasi keberingasan Kapitaslime

Kapitalisme Lahir Karena Indonesia

2 bulan ago
Load More
Next Post
Teras Langit (Wisata desa Gadu Timur)

Teras Langit, Surga Sumenep yang Tersembunyi

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Berita

Took!! Pilkades Tanah Merah Laok Ditunda

21/04/2021
Berita

Hormati Ibadah Puasa, Ketua Dewan Minta Satpol PP Tertibkan Warung Makan Yang Nekat Jualan Siang Hari

20/04/2021
Foto : Ikatan Alumni Unram, Basri Mulyani, Lalu Athari, Didi Aulia Harahap, M. Fihirudin DA Malik dan Muhammad Ihwan.
Berita

Menuju Munas IKA Unram, Kritik dan Saran Muncul dari Alumni

20/04/2021
Dirlantas Polda Sumut melalui Kabid Humas Kombes Pol Hadi Wahyudi memberikan keterangan sosialisasi Penegakan Hukum Bidang Lalu Lintas berbasis Teknologi Informasi di ruang kerjanya, 20/04/2021
Berita

Ditlantas Polda Sumut Sosialisasikan Sistem Penegakan Hukum Bidang Lalu Lintas Berbasis Teknologi Informasi

20/04/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.