Perspektif Psikologi Pendidikan Islam Menurut Pandangan Muhammadiyah

Rasyiqi
By Rasyiqi
10 Min Read

jfid – Psikologi Islam merupakan sebuah aliran baru dalam dunia psikologi yang mendasarkan seluruh bangunan-bangunan teori dan konsep-konsepnya kepada Islam. Psikologi pendidikan dalam kehidupan manusia sesungguhnya proses edukatif yang dipraktikan semenjak manusia lahir ke dunia sampai tiada. Pendidikan memiliki sebuah keterikatan terhadap psikologi, serta pendidikan merupakan mengaktualkan suatu potensi diri manusia sehingga potensi kemanusiaannya menjadi aktual. Jadi dalam pandangan psikologi pendidikan muhammadiyah memiliki cita cita yaitu Muhammadiyah berusaha mengembalikan ajaran Islam kepada sumbernya yaitu Al Qur’an dan Hadits. Muhammadiyah bertujuan meluaskan dan mempertinggi pendidikan agama islam secara modern serta memperteguh keyakinan tentang agama Islam, sehingga terwujudlah masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Untuk mencapai tujuan itu, Muhamamdiyah mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar luas di seluruh Indonesia.

Menurut Chauhan pengertian psikologi pendidikan adalah suatu proses pendidikan yang mencoba membangun tingkah laku manusia semenjak berusia muda hingga tercapai tujuan akhir. Psikologi pendidikan pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perbuatan atau perilaku orang-orang yang belajar dan mengajar.

Menurut Dr. Haedar Nashir pendirian sekolah ini dimulai pada 1 Desember 1911, sebelum Muhammadiyah didirikan, dalam catatan pendiriannya KH. Ahmad Dahlan menjadikan balai rumahnya yang berukuran ± 2,5 x 6 meter sebagai ruang kelas. Ruang kelas itu menggunakan tiga meja dan tiga bangku sekolah yang terbuat dari kayu jati putih dari luar negeri. Yaitu kayu bekas peti kain putih (muslim) serta satu papan board dari kayu suren. Pada awalnya Murid-murid terdiri sembilan orang anak pada, Kemudian terus bertambah. Kalau sudah tambah tiga orang murid, baru ditambah satu meja dan satu bangku sekolah lagi. Sedikit demi sedikit berjalan terus, menginjak bulan yang keenam murid sudah mendekati bilangan 20 orang anak. Mulai bulan ketujuh sekolahan itu dapat sumbangan guru umum dari Boedi Oetomo, terdiri dari pada aspiran guru tamatan Kweekschool yang belum menerima penetapan dari Gouvernement, guru bantuan ini saling bergantian. Diantaranya ada yang bertugas hanya sebulan, satu setengah bulan, dan yang paling lama adalah dua bulan.

Menurut A. Munir Mulkhan, pendirian sekolah ini lebih lama lagi usianya yaitu di sekitar tahun keanggotaan Kiai Ahmad Dahlan dalam Boedi Oetomo yakni antara tahun 1908-1909, Kiai mendirikan sekolah yang pertama secara formal yakni Madrasah Ibtidaiyyah. Sekolah tersebut dikelola secara modern dengan metode dan kurikulum baru: antara lain diajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang pada awal abad 20. 

Meski belum ditemukan kepastian kapan sekolah pertama kali didirikan KH A. Dahlan, namun sudah ada dua kepastian dari sumber sejarah yaitu kepastian pertama bahwa sekolah pertama yang didirikan KH. Ahmad Dahlan sebelum tahun 1912, kepastian kedua bahwa sekolah yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini tercatat sebagai sekolah pertama yang berusaha mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Perkembangan sekolah yang didirikan Kiai Dahlan semakin pesat, seiring dengan pendirian organisasi Muhammadiyah. Pada 1913 Kiai mendirikan ruang kelas di sebelah timur. Barulah pada 1919 ruang kelas dipindahkan ke sebelah selatan Masjid Gedhe di atas tanah hibah dari Sultan yang kemudian dinamakan Sekolah Dasar Muhammadiyah Pawiyatan. Satu tahun sebelum Kiai wafat, tepatnya tahun 1922 (Kiai wafat pada tahun 1923), 8 jenis sekolahan telah didirikan Muhammadiyah dengan 73 orang guru dan 1.019 orang siswa. Sekolah itu adalah Opleiding School di Magelang (Jawa Tengah), Kweek School di Magelang dan Purworejo (Jawa Tengah), Normaal School di Blitar, NBS di Bandung (Jawa Barat), Algemeene Midelbar School di Surabaya (Jawa Timur), TS di Yogyakarta, Sekolah Guru di Kotagede (Yogyakarta), dan Hoogere Kweek School di Purworejo (Jawa Tengah). Belum termasuk sekolah yang berada di Kauman, Lempuyangan, Suronatan, dan Karangkajen, yang semuanya di Yogyakarta.

Kemudian Masalah pendidikan dan pengajaran menjadi perhatian utama dari Muhammadiyah. Pada 30 maret – 2 april 1923, Muhammadiyah secara mendalam membicarakan lembaga yang menentukan arah pendidikan dan pengajaran dikemudian hari. Sebagai hasilnya pada tanggal 14 juli 1923 berdirilah suatu badan yang diberi nama Majelis pimpinan pengajaran Muhammadiyah. Ketua Majelis pimpinan pengajaran Muhammadiyah yang pertama yaitu Mas Ngabehi Joyosugito. Majelis ini mempunyai tugas untuk mengadakan pembaharuan pendidikan agama. Modernisasi dalam sistem pendidikan dijalankan dengan melakukan kolaborasi  pendidikan pondok pesantren dengan pendidikan modern sesuai dengan tuntutan zaman. Pengajaran agama dan pengajaran pengetahuan umum menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Harus diakui bahwa sekolah-sekolah yang didirikan Muhammadiyah selalu mengikuti sistem pengajaran pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu, banyak sekolah-sekolah Muhammadiyah mendapat subsidi dari pemerintah Hindia Belanda. Berikut jenis sekolah-sekolah Muhammadiyah pada masa pemerintahan Hindia Belanda:

Taman kanak-kanak (Bustanul Athfal)

Sekolah angka II

Sekolah Schakel

HIS (Hollandsch Inlandsche School)

MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) / sekolah menengah pertama

Nomaalschool

Kweekschool

AMS (Algemene Middelbare School)

Ibtidaiyah (sekolah dasar dengan dasar Islam)

Tsanawiyah (Sekolah lanjutan dengan dasar Islam)

Muallimin/ Muallimat (Sekolah guru bawah agama Islam)

Kulhiyatul Mubalighin (Sekolah Pendidikan Guru Agama Islam)

Dari semua sekolah yang didirikan Muhammadiyah mempunyai keunggulan sistem yaitu sistem penanaman keyakinan tentang Islam. Penerapan sistem pendidikan Muhammadiyah ini membawa hasil yang tidak ternilai harganya bagi kemajuan bangsa indonesia pada umumnya dan umat islam pada khususnya.

2. Guru Muhammadiyah

Muhammadiyah berpendirian, bahwa para guru memegang peranan yang sangat penting di sekolah dalam usaha menghasilkan anak – anak didik seperti yang dicita-citakan Muhammadiyah. Dalam usaha mewujudkan cita-cita pendidikan Muhammadiyah yang paling penting bagi guru ialah memahami dan menghayati serta ikut beramal dalam Muhammadiyah. Dalam memahami dan menghayati serta ikut beramal dalam Muhammadiyah, para guru Muhammadiyah dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang dicita-citakan Muhammadiyah.

Dalam Muhammadiyah, guru menduduki tempat yang penting. Tidak hanya sekedar alat mekanis tanpa pengetahuan, kesadaran, motivasi dan tujuan. Karena dalam Muhammadiyah guru merupakan subjek pendidikan dan subjek dakwah yang sangat penting fungsi dan amal pengabdiannya. Perlu diketahui bahwa tujuan Muhammadiyah dalam pendidikan yaitu membentuk manusia muslim yang cakap, berakhlak mulia, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Jadi tidak hanya bertujuan membentuk manusia intelektual saja, tetapi juga manusia muslim, manusia moralis dan manusia yang berkarakter.

Karakter bangsa bisa dilihat dari bagaimana karakter guru-gurunya. Bagaimana karakter guru-guru di negeri kita ini? Diharapkan masing-masing individu guru untuk bermuhasabah. Dari muhasabah inilah guru terus meningkatkan soft skill dan hard skill nya yang dapat Menjadi salah satu sebab tercapainya manusia (siswa) yang berperadaban mulia.

Menjadi guru di sekolah Muhammadiyah adalah guru yang ideal, ia mempunyai multi peran, suatu saat guru Muhammadiyah harus mampu berperan menjadi orang tua yang pintar memberikan support dan sisi lain harus mampu menasehati, di saat yang bersamaan guru Muhammadiyah pun siap menjadi pendamping dalam setiap keadaan, teman diskusi dan bermain dan ustadz yang selalu memberikan bimbingan dalam urusan agama.

Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah merumuskan kode etik guru Muhammmadiyah sebagaimana tertuang dalam ketentuan kepegawaian Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah sebagai berikut:

Berkepribadian Muhammadiyah
Menaati peraturan di Persyarikatan dan kedinasan
Menjaga nama baik persyarikatan
Berpartisipasi aktif dalam persyarikatan
Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab
Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat
Menaati jam kerja
Menciptakan suasana kerja yang harmonis dan kondusif
Melaporkan kepada atasan, apabila ada yang merugikan persyarikatan
Menggunakan aset Muhamamadiyah secara bertanggung jawab
Memberikan pelayanan sebaik-baiknya sesuai tugas masing-masing
Bersikap tegas adil dan bijaksana
Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas
Menjadi suri tauladan
Meningkatkan prestasi dan karir
Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Berpakaian rapi dan sopan, serta sikap dan berperilaku santun
Menciptakan kawasan tanpa rokok dilingkungan pendidikan
Menurut Mohamad Ali, Dari 18 kode etik guru Muhammadiyah masih ada hal yang kurang eksplisit, misalnya perlu ditambahkan sikap mental seorang guru profesional, seperti sikap lapang dada untuk berdialog dan terus mencari kebenaran dan selalu berusaha untuk meningkatkan kapasitas diri secara berkelanjutan dengan cara menjadi pembelajar sepanjang hayat. Bersedia berhenti mengajar ketika sudah tidak sempat membaca dan belajar Dengan demikian seakan kita merasa cukup manakala generasi emas Indonesia ditangani secara serius oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah dan pemangku amanahnya adalah sosok-sosok guru yang berperan ideal. Bersyukur menjadi guru Muhammadiyah.

Tentang Penulis: Narwintika Brenda Melody Suryantary, Mahasiswi Pascasarjana Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article