Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Headline

Pancasila dan Ancaman Potensi Negara Gagal

by Tjahjono Widarmanto
6 bulan ago
in Headline, Opini
Reading Time: 5min read
0
Ilustrasi Potensi Negara Gagal (Sumber gambar: tubasmedia.com/istimewa)

Ilustrasi Potensi Negara Gagal (Sumber gambar: tubasmedia.com/istimewa)

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Seorang sosiolog kontemporer, Francis Fukuyama menengarai bahwa ancaman terbesar abad ini bagi seluruh bangsa di belahan manapun adalah “negara gagal”. Negara gagal adalah negara yang menuju kebangkrutan yang menyandang tanda-tanda kemiskinan, pengangguran, konflik antar kelompok dan merebaknya aksi teror dan ketidaktentraman. Melihat perkembangan situasi dan kondisi akhir-akhir ini, potensi kemungkinan Indonesia menjadi “negara gagal” cukup besar. Kehidupan negara dan berbangsa kita masih saja diwarnai dengan permasalahan-permasalahan kemiskinan, kesehatan, ekonomi, perilaku korupsi serta kekerasan, teror dan konflik antar golongan.

Potensi “negara gagal” ini tentu saja harus dilihat sebagai sebuah realitas yang tidak boleh dinafikan namun harus dihadapi dengan mencari berbagai alternatif yang kritis. Sikap kritis menjadi faktor yang penting untuk bisa jernih melihat fakta bahwa telah terjadi berbagai krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti krisis identitas, krisis kepercayaan, krisis hati nurani, krisis politik dan krisis intelektual. Semua krisis tersebut sebenarnya bermuara pada krisis ideologi.

Selama ini, diakui atau tidak, kita berada dalam sebuah kegamangan dan ketidakyakinan terhadap ideologi. Ideologi menjadi sesuatu yang terpinggirkan baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maupun dalam hidup keseharian. Sebenarnya dengan kembali kepada penghayatan ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila, kembali menempatkan ideologi Pancasila di atas segala aktivitas kehidupan berbangsa akan dapat menjadi penangkal potensi “negara gagal”.

Ideologi dimaknai oleh Cornelis Castoriadis (1975) sebagai sebuah imajinasi sosial. Imajinasi merupakan sesuatu yang memberikan kemungkinan-kemungkinan terhadap kehadiran beberapa objek dan image. Pada ranah sosio-historis, ideologi membangun sebuah imajinasi yang memperhitungkan sebuah orientasi (tujuan) institusi sosial, pembentukan motif-motif, pembentukan kebutuhan-kebutuhan, pengadaan simbol-simbol, tradisi dan mitos. Lebih tajam, Claude Lefort (1978) menegaskan bahwa ideologi harus membuat variasi dan menempatkan makna acuannya pada masa lalu dan masa depan, sain, moral dan etika dalam sebuah tatanan yang utuh untuk membenarkan upayanya mengunci setiap potensi perpecahan dan menjustifikasi tatanan yang mapan.
Penerimaan ideologi Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara merupakan sejarah yang panjang. Proses penerimaannya merupakan pergulatan yang dialektis terhadap berbagai pemikiran yang merupakan proses ideologis yang dinamis. Dengan diterimanya ideologi Pancasila maka imajinasi mengenai bangunan kenegaraan telah menemukan kristalisasinya. Kelima sila Pancasila merupakan rumusan nilai-nilai sekaligus cita-cita yang hidup dan dicita-citakan masyarakat Indonesia. 

Pancasila merupakan rumusan konkrit dalam konteks obsesi bersama untuk membentuk sebuah negara kesatuan yang ideal, dipercaya dan harus selalu diperjuangkan. Pancasila merangkai kondisi sosial historis, kultur bahkan mitos ke dalam sebuah jembatan yang akan membawa Indonesia menuju kejayaan. Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa dan negara, melalui sila-silanya mengarahkan semua elemen masyarakat pada satu gerak.

Sebagai sebuah ideologi, Pancasila harus dibaca dengan dinamika pemikiran yang terus berkembang sehingga bisa menjadikannya sebagai working ideologi yang selalu kaya dengan penafsiran baru sesuai konteks zamannya. Harus diyakini pula, Pancasila sebagai sebuah ideologi kebangsaan memiliki fungsi integratif yaitu menjamin kelangsungan kesatuan bangsa Indonesia yang pluralistik.

BACAJUGA

No Content Available

Namun sayang sekali, sekarang ini Pancasila terkesan sudah ditelantarkan dan disisihkan. Bahkan muncul berbagai godaan yang meragukannya sebagai sebuah ideologi bangsa dan negara. Upaya perwujudan nilai-nilai Pancasila selama ini masih setengah hati. Wacana tentang Pancasila cenderung melemah, bahkan mulai muncul pemikiran-pemikiran ideologi yang sektarian yang hanya memikirkan kepentingan kelompok dan mayoritas. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang belum menempatkan dirinya untuk tunduk kepada ideologi dan konstitusi. Sedang di sisi yang lain, tidak ada upaya yang menggairahkan untuk mengartikulasikan Pancasila secara berkesinambungan agar semakin kuat tertanam dalam tatanan berbangsa dan bernegara.

Sudah saatnya kita harus menata kembali sekaligus mengupayakan terwujudnya nilai-nilai Pancasila secara sungguh-sungguh. Harus diwujudkan secara kongkret pembangunan yang mengacu pada nilai-nilai visioner Pancasila yang pada gilirannya nanti akan mewujudkan Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan. Dan itu tugas kita semua!***

Tjahjono Widarmanto. Sastrawan Indonesia, kelahiran Ngawi.

ShareTweetSendShare

Related Posts

Artidjo Alkostar, (antara foto)

Artidjo Alkostar Kyai Hakiki, bukan Asesori

20 jam ago
Rusdianto Samawa, Tinjau Lokasi pembibitan benih bening Lobster

KKP Belum Memberi Perlindungan untuk Nelayan Lobster

5 hari ago
Foto: kompas.com/Nansianus Taris

Bagaimana Jokowi Bisa Ditahan?

6 hari ago
Deklarasi Pemuda dan Mahasiswa untuk kabupaten kepulauan Sumenep pada tahun 2016

Menunggu Sumenep dalam Pertanyaan?

1 minggu ago
Ilustrasi: Derrida dalam sampul buku Muhommad Al Hayad

Orang yang Masuk Surga Pertama adalah Perokok

2 minggu ago
Baju punggawa Bajau dalam perang mempertahankan Sulawesi dari Belanda

Pulau Sulawesi Sebagai Asal Usul Pertama Orang Bajau

2 minggu ago
Load More
Next Post
Kondisi jalan Kabupaten di desa Plakpak, kecamatan Pagantenan, Pamekasan (foto: redaksi)

Jalan Rusak Menuju Kampung Halaman Mahfud MD

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Berita

Penghormatan Terakhir Pemkab Sumenep pada Soengkono Sidik dan Novi Sujatmiko

04/03/2021
Afan Afandi, kepala desa Lenteng Barat kecamatan Lenteng
Profil

Keberhasilan Afan Afandi, Pimpin Desa Lenteng Barat dengan Heroik

04/03/2021
Foto kiri, Soengkono Sidik, ketua DPC Demokrat Sumenep dan Novi Sujatmiko, Dirut BPRS Bhakti Sumekar
Berita

Dua Orang Penting di Kabupaten Sumenep, Meninggal di Hari yang Sama

03/03/2021
Soengkono Sidik ketua DPC Sumenep bersama AHY ketua umum DPP Partai Demokrat
Berita

Demokrat Sumenep Berduka, Ketua DPC, Soengkono Sidik Tutup Usia

03/03/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.