Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Opini

Paman Dhoplang

by Heru Harjo Hutomo
8 bulan ago
in Opini
Reading Time: 8min read
0
"Paman Dhomplang," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020.

"Paman Dhomplang," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020.

Share on FacebookShare on Twitter

samono iku bêbasan

padu-padune kapengin

ênggih mêkotên man dhoplang

bênêr ingkang angarani

nanging sajroning batin

BACAJUGA

No Content Available

sajatine nyamut-nyamut

wis tuwa arêp apa

muhung mahas ing asêpi

supayantuk pangaksamaning Hyang Suksma

—Serat Kalatidha, R.Ng. Ronggawarsita 

jfID – Seseorang tiba-tiba memutuskan untuk menarik diri dari carut-marut keadaan dunia. Baginya pemerintahan sudah kehilangan fungsi. Sudah tak ada lagi yang laik diteladani. Segala sesuatu telah serendah tanah (kongas kasudranira). Meskipun rajanya raja utama dan para pejabat negaranya mumpuni, tapi setiap gegayuhan yang baik selalu berujung gagal. Kemarahan laksana sekam yang sudah berjejal, tinggal menunggu waktu untuk mubal, kemarahan yang beraneka macam, karena berlatarbelakang berbagai kepentingan.

Orang itu hanya dapat berkeluh-kesah, dengan sedikit nubuah. Satu-satunya kawan yang ia percayai untuk menerima keluh-kesahnya hanyalah Paman Dhoplang.

demikian ibaratnya

bermunafik ria

o, paman dhoplang

benarlah yang menuding

tapi dalam batin

sejatinya sangsi

sudah tua mau apa lagi

lebih baik bersunyi diri

agar dimaafkan Tuhan

Di masa silam orang itu pernah terlibat dalam keedanan zaman. Sebab baginya, kalau tak edan, tak akan kebagian dan menajadi kelaparanlah pada akhirnya. Demikianlah Serat Kalatidha (1931) yang merupakan salah satu karya Ronggawarsita yang paling dikenal oleh publik. Dalam karya itulah istilah “zaman edan” dinubuahkan. Saya tak akan mengupas karya ini kembali sebagaimana pada esai-esai terdahulu saya tentang diri dan karya-karya sang pujangga penutup Jawa tersebut. Dalam hal ini saya hanya tertarik pada sosok Paman Dhoplang yang menjadi pusat keluh-kesah si “aku” dalam bait-bait yang serat yang ditulis oleh jebolan pesantren Gebang Tinatar itu (Gebang Tinatar & Gelar Santri di Balik Nama Besar Ronggawarsita, Heru Harjo Hutomo, https://enis.id).  

Dalam Serat Kalatidha Paman Dhoplang tampak seperti sesosok orang utun, udik, yang jauh dari hingar-bingar perpolitikan atau pemerintahan. Saya membayangkannya sebagai seorang yang hidup di pedesaan, bercelana komprang hitam selutut, memakai caping, yang barangkali kebiasaannya sehari-hari hanyalah bagaimana mencukupi pangan. Angan dan ambisinya dibatasi oleh hamparan sawah dan keterpencilan desa. Karena tahunya hanya bagaimana mencukupi pangannya sehari-hari, barangkali, ia tak akan segelisah hingga berkeluhkesah laiknya si “aku” dalam bait-bait Serat Kalatidha.

Dalam karya yang ditulis pada masa pemerintahan PB VII itu Paman Dhoplang hanya dikenal namanya, tak ada yang tahu kiprahnya. Ia hanya hadir sebagai sosok yang diam, tanpa membantah, tanpa menyanggah, ataupun sok berhikmah. Barangkali, Paman Dhoplang memang bukan tukang hujah. Baginya hidup tampak sederhana, sekedar dijalani (amung sakderma nglampahi), seperti sudah digariskan, tanpa peduli untuk mempertanyakan.

Paman Dhoplang pun sama sekali tak menyuguhkan wejangan. Sebab, barangkali, orang yang gelisah ataupun orang yang marah hanyalah orang kesepian yang sekedar butuh didengarkan. Dalam diamnya, Paman Dhoplang hanyalah sepetak tanah di mana si “aku” dalam Serat Kalatidha dapat memetik buah-buah hikmah yang ia tanam sendiri. Dan benarlah Paman Dhoplang, dengan sikap diam dan mendengarkannya, si “aku” pun menemukan rumus untuk meruwat keruwetan hidupnya sendiri. Bahwa pada akhirnya, guru terbaik adalah diri sendiri—“murid gurune pribadi, guru muride pribadi.”  

beda lan kang wus santosa

kinarilan ing Hyang Widhi

satiba malanganea

tan susah ngupaya khasil

saking mangunah prapti

Pangeran paring pitulung

marga samaning titah

rupa sabarang pakolih

parandene maksih tabêri ihtiyar

sakadare linakonan

mung tumindak mara ati

anggêr tan dadi prakara

karana wirayat muni

ihtiyar iku yêkti

pamilihing rèh rahayu

sinambi budidaya

kanthi awas lawan eling

kang kaèsthi antuka marmaning Suksma

Entah pada akhirnya apa atau siapa Paman Dhoplang yang diacu dalam Serat Kalatidha, yang jelas makam Ronggawarsita terbaring di sebuah dusun yang terpencil dan dikelilingi hamparan sawah: Palar, Trucuk, Klaten. Terpisah dari ayahnya, Mas Pajangswara yang jasadnya entah raib ke mana, dan eyang terkasihnya, Yasadipura, di Pengging, Boyolali (Ronggawarsita, Palang Kebudayaan Jawa yang Terbuang, Heru Harjo Hutomo, https://www.berdikarionline.com).

(Heru Harjo Hutomo/ penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)     

ShareTweetSendShare

Related Posts

Ilustrasi keberingasan Kapitaslime

Kapitalisme Lahir Karena Indonesia

2 jam ago
Artidjo Alkostar, (antara foto)

Artidjo Alkostar Kyai Hakiki, bukan Asesori

2 hari ago
Rusdianto Samawa, Tinjau Lokasi pembibitan benih bening Lobster

KKP Belum Memberi Perlindungan untuk Nelayan Lobster

6 hari ago
Foto: kompas.com/Nansianus Taris

Bagaimana Jokowi Bisa Ditahan?

7 hari ago
Deklarasi Pemuda dan Mahasiswa untuk kabupaten kepulauan Sumenep pada tahun 2016

Menunggu Sumenep dalam Pertanyaan?

2 minggu ago
Ilustrasi: Derrida dalam sampul buku Muhommad Al Hayad

Orang yang Masuk Surga Pertama adalah Perokok

2 minggu ago
Load More
Next Post
Gambar Ilustrasi: Mardigu Wowiek

Trump Menang Lagi

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Ilustrasi keberingasan Kapitaslime
Fokus

Kapitalisme Lahir Karena Indonesia

05/03/2021
Demo GMNI Sumenep Tolak penambangan Fosfat di depan gedung DPRD Sumenep
Berita

GMNI Sumenep: Penambangan Fosfat Sebabkan Banjir

05/03/2021
Foto : Ketua Pansus Perda Desa Wisata, Lalu Hadrian Irfani (LHI) bersama rombongan saat memimpin kunjungan kerja ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur
Berita

Pansus Desa Wisata DPRD NTB Gali Tata Pengembangan Desa Wisata ke Jatim

05/03/2021
Berita

Mobil Bergambar Soengkono dan Kesaksian Satpam BPRS Selama 11 Tahun Bekerja

05/03/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.