Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Opini

NU di Tengah Euforia Pilkada 2020

by Herry Santoso
7 bulan ago
in Opini, Politik
Reading Time: 3min read
0
Gambar Ilustrasi: Istimewa

Gambar Ilustrasi: Istimewa

Share on FacebookShare on Twitter

BACAJUGA

Suluk Pembebasan

Paradoks Korona

Sastra Indonesia: Perawat Kebhinekaan

Populisme dan Propaganda Agama

jfID – TIDAK bisa dipungkiri bahwa Nahdlatul Ulama (NU) sangat penting artinya dalam setiap pergelaran Pemilihan Umum, khususnya dalam Pilkada 2020, Desember yang akan datang. Benar menurut proposisi Clifford Geert (1960) dalam penelitian sosio-antropologinya di Mojokuto (Pare), ada pembedaan sosial-keagamaan yakni kaum santri, kaum priyayi, dan kaum abangan. Kaum santri dibedakan 2 macam yakni santri kultural dan niaga. Santri kultural domain terwakili oleh kaum nahdliyin (NU). Santri kultural cenderung lebih moderat, dan permisif dalam balutan sosial-budaya etnik yang terwakili pesantren mayoritas. Sedang santri niaga terwakili oleh kaum Muhammadiyah yang cenderung menempati basis perniagaan dan pendidikan intelektual. Sedangkan kaum abangan terwakili oleh PKI yang berbasis proletariat, dan kaum priyayi terwakili oleh PNI yang nasionalis (baca : marhaenis).

 Adalah wajar jika NU memiliki kedekatan secara kultur struktural terhadap kaum bawah terutama kaum nasionalis di dalam syiar agama (Islam). NU begitu lentur dan concern terhadap basis masyarakat tradisional ketimbang ormas islam lainnya. Karena NU merasa bahwa para ulama turut serta membidani lahirnya republik bahkan Pancasila.
 Toleransi NU yang begitu kuat di basis-basis massa pedesaan inilah yang hingga kini tetap menjadi referensi calon pemimpin di daerah dalam berburu dukungan di berbagai pesta demokrasi. Boleh dikata, politisi (parpol) seakan rela "menyembah" kalangan ulama nahdliyin demi memperoleh dukungannya. Kenyataan di lapangan calon pemimpin yang tidak peduli terhadap kantung-kantung hijau NU niscaya akan mengalami kekalahan fatal.

Lupa Daratan

  Sayangnya potret politik selalu halal untuk bermetamorfosa atau berubah-ubah. Ketika sang calon benar-benar jadi pemimpin justru memiliki keberpihakan kepada investor, yang (konon) dulu sebagai sponsornya (baca : penyandang dana) di kontestasi Pilkada. Fenomena tersebut sudah menjadi rahasia umum yang pada gilirannya melahirkan "pemimpin boneka" ( puppet leader ) di zaman demokratisasi politik saat ini. Alhasil yang seharusnya para penguasa selalu bergandeng tangan dengan NU dalam mengelola potensi di daerahnya, tetapi kemitraan dengan NU itu justru terbatas pada ikat  primordial relegiusitas belaka. Kalau si pemimpin menghadapi goyangan dari parpol islam misalnya akan bergegas kembali sowan kiai, sementara jika ada dana investasi  akan menyembah pada investor. 
  Akhirnya basis massa di pesantren dari waktu ke waktu tetap berbalut ketradisionalan dan seakan tidak ada angin perubahan (win of change) sebagai patner penggarap investasi. Lebih-lebih jika pemegang kekuasaan itu dulunya merupakan calon "drop-dropan" dari pusat, jelas akan membuat NU semakin termajinalisasi. Bagaimana? 
ShareTweetSendShare

Related Posts

Kendala Madura tak Segera jadi Provinsi

2 hari ago
Gambar ilustrasi (produksi: Mardigu Wowiek)

Perang Yuk dengan Tiongkok dan Amerika

4 hari ago

Perdagangan Komoditas Kelautan – Perikanan Teluk Saleh

5 hari ago
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat sidak Gudang Pupuk di Indramayu

Syahrul Yasin Limpo Jabat Menteri Pertanian, Kelangkaan Pupuk tak Selesai

2 minggu ago
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping (Foto: AFP)

Pasti di Take Down Lagi Informasi tentang Tiongkok ini (Baca Cepat)

2 minggu ago
Rusdianto Samawa, dalam Kongres Nelayan Indonesia

Membedah PNBP KKP, Target Strategis; Mampukah?

2 minggu ago
Load More
Next Post

Kartu AS Fattah Jasin di Pilkada Sumenep

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Foto : ketua Dekranasda Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah
Berita

Dekranasda NTB Dukung Kerajinan Tenun Ikat

22/01/2021
Foto : Wakil Gubernur NTB Dr.Hj.Sitti Rohmi Djalillah saat meresmikan Lapak Desa Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur
Berita

Umi Rohmi Dorong Produk Pringgasela Mendunia

22/01/2021
Foto : Pelaku pencabulan saat diamankan oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Mataram
Berita

Mantan Anggota DPRD NTB Empat Periode Cabuli Anak Kandung

21/01/2021
Berita

Awal Tahun 2021, Polisi Bangkalan Ringkus 13 Budak Sabu

21/01/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.