Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Fokus

Menguak Spiritualitas Semu di Balik Gerakan Op(l)osan

by Heru Harjo Hutomo
5 bulan ago
in Fokus, Opini
Reading Time: 6min read
0
"Penakna Lungguhmu," 40x50 cm, media campur di atas kertas, Heru Harjo Hutomo, 2014

"Penakna Lungguhmu," 40x50 cm, media campur di atas kertas, Heru Harjo Hutomo, 2014

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Serat Wulangreh, bagi saya, adalah salah satu pustaka yang mencerminkan Islam Nusantara—meskipun tak dapat diklaim pula bahwa hanya Islam Nusantara belaka yang dicerminkannya. Merunut pada pengarangnya, Serat Wulangreh ditulis oleh seorang raja Jawa yang, dalam catatan sejarah, terkenal sebagai seorang santri (Wulangreh dan Deradikalisasi: Menggali Sisi Praktis Islam Nusantara, Heru Harjo Hutomo, https://jurnalfaktual.id). Raja itu bergelar Pakubuwana IV atau juga dikenal sebagai Sunan Bagus, pun Sinuwun Bagus dalam sanad keilmuan tarekat Akmaliyah yang bertransformasi pula menjadi aliran kapitayan: PDKK dan PAMU.

Serat Wulangreh beranjak dari sebuah kritik atas realitas sosial yang sudah mengalami pergeseran nilai—untuk tak menyebutnya sebagai sebuah pendangkalan. Di zaman itu lumrah banyak orang tiba-tiba laiknya seorang pujangga, padahal batinnya masih muda. Dengan kata lain, agama maupun spiritualitas di sini hanyalah sebuah kemasan atas praktik yang jauh menyimpang dari tujuan yang seharusnya.

Seandainya dahulu kebiasaan yang berkembang adalah dimana murid mencari guru, tapi di masa Sinuwun Bagus, justru gurulah yang mencari murid.

Ingkang lumrahing mangsa puniki

Mapan ki guru kang golek sabat

BACAJUGA

No Content Available

Tuhu kuwalik karepe

Kang wis lumrah karuhun

Jaman kuna mapan ki murid

Ingkang padha ngupaya

Kudu anggeguru

Ing mengko iki ta nora

Kyai guru naruthuk ngupaya murid

Dadia kanthinira

Yang jamak di hari ini

Biasanya adalah guru yang mencari murid

Sangat berkebalikan

Dengan zaman yang silam

Dahulu adalah murid

Yang bersusah-payah

Untuk mencari guru

Tapi sekarang tak demikian

Para guru bernafsu mencari murid

Sebagai pengikutnya 

Tak jauh berbeda dengan kondisi di hari ini dimana tiba-tiba ada banyak orang yang ingin mewejang, mengajar atau mengatur, padahal mereka sama sekali tak memiliki keahlian dan rekam jejak atas klaim keahliannya tersebut, yang celakanya justru tak membuat sesuatu menjadi terang dan tertata, tapi semakin kabur dan kacau. Ternyata, fenomena the death of expert yang disebut oleh Tom Nichols belakangan ini sudah terjadi di masa PB IV yang berkuasa pada tahun 1788-1820.

Dapat kita saksikan dalam pengalaman sehari-hari dimana ujug-ujug orang-orang yang tak kita kenal secara personal—atau yang saya sebut sebagai “Barisan Berani Malu”—menghampiri dan kemudian menguliahi laiknya kita seorang udik yang tak terdidik. Ada yang ingin menguliahi perkara agama seperti para ustadz dan ustadzah dadakan yang penuh semangat di jagat media-media sosial. Ada yang ingin sekedar mengajari bagaimana caranya menulis. Dan bahkan, ada yang—maaf—laiknya pelacur yang ingin mengajari bagaimana caranya bercinta.

Yang patut digarisbawahi, fenomena “Berani Malu” yang terjadi pada masa Sinuwun Bagus tersebut ternyata juga menstrukturisasi gerakan-gerakan yang selama ini cukup kental mewarnai perjalanan politik (keagamaan) bangsa Indonesia yang gamblang tercatat sejak 2017 (Histeria dan Neurosis Obsesional dalam Diskursus Politik Indonesia, Heru Harjo Hutomo dan Ajeng Dewanthi, https://www.idenera.com). Saya kira gerakan-gerakan sosial-politik yang selama ini mengambil peran sebagai oposan, entah yang terang-terangan memakai kemasan agama maupun non-agama, sama sekali hanyalah embrio—atau kalau luput untuk diperhatikan—bagi gerakan-gerakan radikal dan teroristik (“Bertolak Dari yang Ada” dan Hikayat Binatang Beragama,Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org). Oleh karena sifatnya yang campur-baur—agama rasa premanisme, sufisme (khumul) rasa HTI (infiltrasi) ataupun Katolik (kenosis), nasionalisme rasa Ratu Adil atau khalifah, “kiri” rasa “kanan,” modernisme rasa konservatisme, dan populisme rasa borjuasi—laik saya sematkat predikat op(l)osan pada mereka.    

(Heru Harjo Hutomo: penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)

ShareTweetSendShare

Related Posts

Ilustrasi Over Fishing Lobster (foto: Inews)

Regulasi Larang Ekspor Benih Lobster Tidak Jelas, Alias Statemen Doang

2 hari ago
Agus Harimurti Yudhoyono (foto: istimewa)

Ujian Sang Mayor

3 hari ago
Ilustrasi keberingasan Kapitaslime

Kapitalisme Lahir Karena Indonesia

4 hari ago
Artidjo Alkostar, (antara foto)

Artidjo Alkostar Kyai Hakiki, bukan Asesori

5 hari ago
Rusdianto Samawa, Tinjau Lokasi pembibitan benih bening Lobster

KKP Belum Memberi Perlindungan untuk Nelayan Lobster

1 minggu ago
Foto: kompas.com/Nansianus Taris

Bagaimana Jokowi Bisa Ditahan?

1 minggu ago
Load More
Next Post
Baju Adat suku Sama/Bajau Indonesia, Festival Art Culture Bajau 2018 (foto: Ikratul Akbar/jurnalfaktual.id)

Simbol dan Makna Baju Adat Suku Bajo

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Foto : Turnamen sepak Takraw Lalu Hadrian Irfani (LHI) CUP di Desa Kerembong, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah
Berita

Takraw LHI CUP Disambut Antusias Warga Kerembong Janapria

08/03/2021
Musyawarah Cabang DPC PKB Sumenep, Minggu 7 Maret 2021 (foto: jurnalfaktual.id)
Berita

Susunan Pengurus DPC PKB Sumenep, tak Ada Nama Busyro Karim

08/03/2021
Musyawarah Cabang DPC PKB Sumenep, Minggu 7 Maret 2021 (foto: jurnalfaktual.id)
Berita

Kyai Imam Hasyim Terpilih Kembali sebagai Ketua DPC PKB Sumenep

08/03/2021
Foto : H Ruslan Turmuzi Anggota DPRD NTB saat memberikan sumbangan kepada anak Yatim dan orang tua jompo di Ponpes Mambaul Bayan, Kopang, Lombok Tengah
Berita

H Ruslan Turmuzi, Robin Hood dari Kandang Banteng Lombok Tengah

08/03/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.