Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Fokus

Ksatria dan Aktivisme Kekanak-kanakan

by Heru Harjo Hutomo
2 bulan ago
in Fokus, Opini
Reading Time: 5min read
0
"A Self-Alination," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

"A Self-Alination," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

Share on FacebookShare on Twitter

jfid – Pada rokok sebenarnya kita diingatkan untuk tak berpikir “kekanak-kanakan.” Seorang anak-anak lazimnya melihat dunia dan kehidupan secara hitam-putih. Pada orang-orang yang berkecenderungan radikal, logika kanak-kanak ini, ketika tak juga dibungkam oleh kenyataan dan dipermalukan oleh keadaan, akan berujung pada pemutlakan pandangan yang celakanya justru membunuh demokrasi (Melongok dari yang Tak Pokok, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org).

Taruhlah doktrin lama yang mengendap sejak era orde baru sampai hari ini, bahwa militer dan militerisme adalah sesuatu yang menjadi tembok bagi kedewasaan demokrasi dan kuatnya civil society. Entah sejak kapan konsep civil society di Indonesia selalu diartikan harus berhadapan dengan negara (UU Desa dan Radikalisme di Akar Rumput, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.net). Atau barangkali, dalam hal ini, memang terdapat bau kepentingan lain sehingga bukanlah demokrasi, HAM dan civil society yang benar-benar diperjuangkan (Menimbang Efektifitas PSBB, Darurat Kesehatan Masyarakat, dan Kemungkinan Darurat Sipil atas Penanganan Wabah Corona, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org). Apalagi ketika upaya-upaya wis wani wirang tersebut digaungkan atas nama masyarakat yang berkali-kali hanyalah klaim semata (Atas Nama Jumbleng: Mengulik Politik Wani Wirang di Penghujung Ramadhan, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org).

Beberapa waktu lalu fenomena yang menggelikan tersebut kembali menjadi santapan yang legit. Rizieq Shihab, yang pernah menjadi simbol gerakan perlawanan pada pemerintah yang barangkali menghalangi agenda mereka (Neo-Khawarij, Habib Rizieq, dan Masyarakat Sipil, Heru Harjo Hutomo, https://geotimes.go.id), lagi-lagi membuat ulah dengan jargon-jargon besar, ceramah, dan berbagai ekspresi tekstual yang dirasa dapat mengoyak kebhinekaan. Atas aksi-aksi itu TNI menyikapinya dengan melucuti baliho-baliho yang mengumbar agenda-agenda Rizieq di tanah air.

Yang menggelikan saya adalah reaksi kalangan aktivis yang seperti tertutupi oleh kenyataan yang sebenarnya. Mereka mempertanyakan keterlibatan militer dalam upaya menyikapi seorang Rizieq dan para umatnya. Saya kira para aktivis itu tak bisa move on dari paradigma lama soal militer dan militerisme, hingga seolah apapun yang dilakukan oleh TNI selalu salah. Di sinilah mereka terjangkiti oleh apa yang saya sebut sebagai pemutlakan pandangan yang berujung “masturbasi.”

Kebudayaan yang kita warisi sebenarnya tak asing dengan militer dan militerisme. Bagaimana pun, keksatriaan telah menjadi mode eksistensi kita sebagai orang-orang Nusantara. Saya tak sedang memperbincangkan soal isu dwifungsi ABRI yang telah usang—yang membuat kisah siapa pun yang pernah terlibat di dalamnya laiknya kisah superman dan wonderwoman. Apakah antimiliterisme pada akhirnya harus pula anti terhadap nilai-nilai keksatriaan yang dipersonifikasikan oleh Wrekudara, Janaka, Gandamana, Sumantri, Kumbakarna, Karna, Gadjah Mada, Hang Tuah, Siliwangi, Suromenggala, dst.? Dengan kata lain, haruskah ide besar demokrrasi, HAM, civil society, sosialisme, dst., mencerabut bangsa Indonesia dari akar sejarah dan kulturalnya dimana kebangsaan itu mendapatkan kerangkanya (Kenusantaraan yang Bagai Semar Sang Pakubumi, Heru Harjo Hutomo, https://alif.id)?     

BACAJUGA

No Content Available

Watak “masturbasif,” berani malu, pamrih lain yang baunya cukup menyengat, adalah beberapa konsekuensi yang mesti dituai karena abai terhadap prinsip dan paradigma autochthony sehingga menyibakkan pola pikir yang kekanak-kanakan, menggeneralisasi, fanatik, dan mudah memberikan judgment. Pada rokok, sekali lagi, orang diingatkan bahwa tujuan mulia belum tentu berakhir mulia sebagaima Seta atau putih yang tak selamanya suci, lurus maupun setia (Hikayat Putih, Heru Harjo Hutomo, https://jurnalfaktual.id).

(Heru Harjo Hutomo: penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)      

ShareTweetSendShare

Related Posts

Gambar ilustrasi (produksi: Mardigu Wowiek)

Perang Yuk dengan Tiongkok dan Amerika

2 hari ago

Perdagangan Komoditas Kelautan – Perikanan Teluk Saleh

2 hari ago
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat sidak Gudang Pupuk di Indramayu

Syahrul Yasin Limpo Jabat Menteri Pertanian, Kelangkaan Pupuk tak Selesai

1 minggu ago
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping (Foto: AFP)

Pasti di Take Down Lagi Informasi tentang Tiongkok ini (Baca Cepat)

1 minggu ago
Foto : Wakil Gubernur NTB bersama Presiden RI melalui vidio conference dan 34 Gubernur dan Wakil Gubernur se-Indonesia.

Presiden RI: Vaksinasi Dimulai 14 Januari 2021

2 minggu ago
Pantai Tlangoh di Desa Tlangoh, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan (foto: redaksi)

Lagi Penat! Nikmati Merdunya Deru Ombak di Pantai Tlangoh

2 minggu ago
Load More
Next Post

BRI Sumenep Terima Aspirasi LBH Achmad Madani Putra & Rekan-Rekan

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Foto : Menteri Dalam Negeri (Mendagri) sekaligus mantan Kapolri Jenderal (Purn) Tito Karnavian
Berita

Ini Pesan Tito Karnavian ke Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit

18/01/2021
Foto : Gubernur NTB Dr. H Zulkieflimansyah bersama pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) saat Rapat Kerja KONI NTB 2021 yang berlangsung di Hotel Astoria
Berita

Bang Zul Ajak KONI dan Seluruh Atlet Kompak Serta Jaga Kebersamaan di PON Papua

18/01/2021
Berita

Maling Sapi di Desa Gadu Timur Ganding Diringkus Polisi

18/01/2021
Gambar ilustrasi (produksi: Mardigu Wowiek)
Headline

Perang Yuk dengan Tiongkok dan Amerika

18/01/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.