Kritik, Saran dan Solusi Bernegara

Rasyiqi
By Rasyiqi
11 Min Read

jfID – Belum pernah saya mengalami cara bernegara yang sangat inward looking serta menggunakan cara pandangan lama dalam mengelola negara seperti dalam 6 tahun ini. Maksudnya? Bener kebijkan luar negeri Indonesia kali ini saya anggap paling kikuk deh. Ditambah, sangat heran dengan media mainstream yang hanya membahas sisi politik dalam negeri.

Di puter-puter berita politik dalam negeri sampai muak, eneg ngelihatin drama-drama politik. Eh tapi ngak di media mainstream aja sih, di group-group WA, telegram dan sosmed masih juga membahas gerakan-gerakan politik yang terus aja menjadi berita harian atau info terkini. Mau pada apa sih kalian? 2024 masih lama boss.

Cuan buat bayar akhir bulan lebih penting di pikirin dikerjakan yang halal yang berkah.

Sisi kehidupan bernegara dan sosial lainnya, seperti berita olah raga dunia, lingkungan hidup, sosial movement di dunia, kemajuan teknologi dunia, kecil liputannya dan keperduliannya.

Selain berita, biological pandemic covid jadi ajang pertarungan politik. Komen-komen saling silang di media tetap terjadi.

Kepala daerah mau bertindak lockdown, eh PSBB lalu dinilai merugikan 300 triliun di bursa saham di hujat pejabat teras istana, lalu ketika 3 hari kemudian balik lagi harganya, 300 triliun ngak jadi rugi terus reaksinya? Sudah aja begitu. Lalu ada aja dicari lagi alasannya yang lain buat BUNYI dan bising saling serang baik yang jabat juga pendukung masing masing.

Jujur di kondisi PENDIAMAN oleh pejabat yang tidak juga MENYATUKAN Indonesia. Saya jadi ngak pro politik manapun, dari dulu saya A-politik. Tidak berpolitik. Hanya suara saja saya berikan di kotak.

Di dalam melihat ketidak benaran versi saya, ya saya komen. Bisa puji pemerintah kalau bagus, bisa kritis plus solusi. Kita ya kalau lihat salah ya bilang salah, bener ya bener.

kalau kepala daerah melaksanakan perintah PSBB total ternyata ada ketakutan dari pejabat pusat ya kita pertanyakan. Sehingga ada terbersit di pikiran, ini pusat atau istana apa takut ya?

Misalnya, dimana muka mereka kalau yang terjadi ternyata benar covid turun di wilayah tersebut karena PSBB, wah bisa-bisa nama dia naik buat 2024. Ada baiknya di serang dengan pernyataan, merugikan ekonomi dan tidak kordinasi pusat.

Kalau jelek tak turun covidnya, memang biar aja, nama dia sebagai kepala daerah biar jelek, gak bisa urus covid.

Hei, kalian ini bagaimana sih mikirnya. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi, sepakatlah atas sesuatu, segera. Kalian ini LAMBAT karena apa-apa dilihat dari sisi populer dan tidak populer, bukan salah benar. Bahkan lebih pilih populer walaupun salah, kalian lebih pilih gitu ya, yang populer. Guendeng pol kalian ini!!!

Wis sak karepmu dah, yang jelas kita ngak melihat apa tindakan pusat untuk aksi nyata selain hambur hambur APBN yang ternyata tetap negatif pertumbuhan ekonominya.

Di berita lain, saya terkejut dengan ada tentara dan polisi menjaga sebuah wilayah di Surabaya yang katanya mantan jendral bintang 4 yang punya organisasi baru mau ada silaturahmi. Ada kelompok masyarakat swakarya meneriakkan kata-kata kasar Anj**g ke mantan jendral tersebut, tentaranya diam saja loh.

Mana jiwa korps nya, terlepas setuju tidak setuju dengan siapapun, ingatkan lah sesama anak bangsa jangan mengaj**ng kan orang tetapi kritik tindakannya dan kalau beda dengan anda kasih solusinya.

Saya bukan pendukung mantan jendral itu, juga bukan pendukung gubernur manapun, tetapi tindakan tegas, cepat, dan kira-kira membuat negara menjadi demokrasi atau menjadi selesai masalah covid itu harus dijalankan, jadi salah itu menghina mantan jendral tadi, harusnya di proses. Biar rakyat tahu, kalau menganj**gkan oposisi juga di proses.

Atau begini deh, biar semua mata melihat dari sisi lain terlepas dari benar salah. Selalu kebenaran itu punya banyak sisi. Kebenaran dari sisi saya, kebenaran dari sisi kamu, kebenaran dari sisi fakta.

Kamu sudah punya keberanan atas puja puji pidato presiden di PBB.

Kalau mau cari bedanya, saya juga bisa melihat beda, dan saya jamin, kalau saya melihat beda, saya kasiht ahu dimana bedanya, apa ancaman dari perbuatan tadi, dan bagaimana solusinya, itu baru “fair”.

Banyak yang memuji pidato pak Jokowi di PBB di Indonesia, banyak yang minta pak Jokowi pantas jadi sekjen PBB.

Bagi saya malah berkerut kening mendengar pidato tersebut.

Berkerut kening artinya, kita beda pendapat, saya melihat sisi ANCAMAN dari sisi pidato tersebut. Dan kita akan kasih tahu dimana ancamannya dan bagaimana solusinya.

Memberi kritikan dan solusi baru namanya NEGARAWAN atau NKRI garis lucu, cieeee memuji diri sendiri nih ye, bodo amat yang penting pede.

Sekali lagi, didalam mengkritis itu harus adil, dan punya dalil solutif nya bu tejo. Hanya pakai data separo, bahkan tanpa data, ben kelihatan oleh boss, lantas puja puji jilat jilat lalu mengatakan, pantas jadi sekjen PBB, sing ati ati cak rek komen!! Punya ilmu keadaan saat ini luar negeri negara negara adikuasa tadi ngak?

Banyak pengamat internasional cek deh di internet, membahas pidato tadi hanya dianggap biasa saja, normatif saja. Himbauan saja. Dan tidak ada yang harus di puja puji.

Bahkan banyak yang bertanya sepertinya penulis pidato tersebut tidak mengerti apa yang terjadi dalam level global keadaan dunia sebenarnya. Lalu, tetap bicara politik bebas aktif, mau netral terhadap konflik US Tiongkok. Masih mimpi terhadap konfrensi Asia Afrika di Bandung dulu yang sudah out of date, sudah ngak jalan.

KAA di Bandung dulu itu paska perang dunia kedua. Saat ini beda jauuuuhhhh. Globalis cabal menguasai perpolitikan banyak negara ngak kebaca oleh penulis pidato kayaknya.

Misalnya, strategi Indonesia atas dukungan terhadap Palestina ternyata tidak mendapatkan banyak respond, namun banyak negara Timur Tengah malah memilih berdamai dengan Israel. Bahkan Arab Saudi sebentar lagi akan menandatangin perdamaian dengan Israel yang artinya tidak mendukung langkah Indonesia.

Kita kayak negara yang salah baca peta. Jadi buat kikuk mengetahui arah pidatonya,

Saran perdamaian versi Indonesia untuk bersatu atau unity mendapatkan komen : “global should unity but inside the country is devided”, menyarankan dunia bersatu tetapi dalam negeri masih terpecah belah itu bagai terbercik air didulang, malah kesiram muka sendiri.

Terus juga mau jadi pencetus solusi indopasific ngajak negara asean bergerak, ini bagaimana juntrungannya. Amerika dan Tiongkok cakar cakaran itu grand plan nya jelas, masak di suruh damai, itu agenda mereka buat dengan sengaja dan saling sadar, dan tahu tujuannya kok masing-masing, kok ngak baca sih. Duh, jadi waktu denger pidato jadi kayak orang pakai baju pinjem. Kedodoran. Rada malu saya.

Saya takut yang denger pidato banyak pemimpin dunia lainnya yang mesem mesem dalam hati tetapi tetap memuji dan ber tepuk tangan, tapi dalam hati bisa saja mereka mengatakan, kok gitu ya indonesia lihat dunia. Untung semua negarawan jadi ya di apreciate lah, tepuk tangan meriah dan komentar positif, sudah pada dewasa, ngerti lah kalau ada data yang ngak kebaca sama Indonesia.

Cuma kedepan titip pesan saja, “ngajak damai” itu kesannya nasehati negara besar.

Kita melihat kacamata dalam sedikit aja atas pidato tadi, maka kita bisa mengatakan, BISA JADI ANCAMAN nih.

Kita rincikan keadaan asean saat ini. Selalgi pidato di ucapkan.

Lihat Thailand sekarang demo anti monarki, dan anti pemerintah di gelar bergelombang oleh pelajar. Kenceng dan stabil. Bisa goyang tuh monarki yang agak miring ke Tiongkok dengan kanal krannya, bisa digagalkan kalau pelajar ini mendapatkan momentum goyangnya jadi konstitusi, junta militer Thailand terganti.

Lalu di klaimnya SABAH oleh Philipina, dimana Sabah adalah wilayah kerajaan zulu yang masih berpusat di Mindanao, dimana akhirnya peta Sabah masuk di passpor Philipina saat ini. Malaysia murka, namun bagi Philipina mereka sudah murka dulu sama Malaysia karena mencaplok Sabah. Saat ini Malaysia Philipina tegang tingkat dewa nih.

Beginian pada tahu ngak sih itu pejabat? Kok ngurusi indopasific coba? Ngurusi damai Korea Utara dan Selatan. Itu kadrun kadrun kalian diamkan, anak bangsa cakar cakaran kalian diamkan. Memang alat kalian ya agar berkuasa terus? Politik banget ya mikirnya. Kapan damai dan bahagia bernegara itu ya?

Oiya jadi kepikiran, wahai pejabat urusan asean Thailand, Malaysia, Philipina itu tahu ngak, mana yang pihak Tiongkok mana yang pihak Amerika?

Ini berita baru loh semuanya tentang demo Thai dan Sabah. Itu kejadian di pagar halaman kita semua loh ya. Wis ora usah mikirin Afganistan, Indo-Pasifik, itu 2 tetangga mau bedil bedilan. Mana tindakannya sebagai kakak tertua? Namanya bossman lagi solusinya? Kok gitu sih. #peace

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article