Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Opini

Ketika Sastra Kehilangan Jati Diri

by bramadapp
10 bulan ago
in Opini
Reading Time: 4min read
0
Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Dulu sastra untuk memahami keindahan al Quran dan Hadits. Kini sastra menjadi sebuah karya. Tidak untuk apa-apa, yang penting indah dipuja-puja.

Dulu orang saling mengasihi karena sastra. Sekarang orang saling mencaci dan menghina melalui sastra.
 
Dulu orang saling menghormati karena kata-kata hikmah. Kini orang awam dibuat bingung dan resah oleh sastra.
 
Sastra tak pernah berubah rumusnya dari dulu, ilmu dan buku panduannya pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apanya? Hati penulisnya?

Dulu orang belajar sastra sebagai modal untuk memahami kelembutan ilmu lainnya. Sekarang orang malas belajar ilmu lainnya, maunya belajar ilmu sastra saja.

Dulu penyair dan sastrawan dipilih berdasarkan kepintarannya, yang paling cerdas diantara orang-orang lainnya. Sekarang orang yang paling pandai berbeda dan mengambil hati penguasa justru dielu-elukan sebagai sastrawan hebat di dunia.

Dulu para murid diajarkan untuk terus belajar, giat dan taat. Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat setelah mengenal satu ilmu, seperti sudah mendunia. Seperti kacang melupakan kulitnya, gurunya pun harus ditantang debat melalui keindahan kata. Semestinya, sastra bukan ilmu untuk berdebat dan memaksa kehendak.

BACAJUGA

No Content Available

Dulu sastra mempererat hubungan manusia dengan Tuhan. Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena sibuk bersastra tanpa hati nurani.

Dulu sastra ditempuh untuk mengenal Tuhan. Sekarang sastra ditempuh untuk mengkritik Tuhan.

Esensi bersastra telah dilupakan. Sastra kini hanya komoditi yang menguntungkan pelaku bisnis berbasis tulisan-tulisan hikmah, karena semua yang berbau sastra telah didewa-dewakan, takkan pernah dianggap salah, tak pernah ditolak, dan jadi keperluan pokok melebihi akhlaq kesantunan, bekal di dada, dan pengetahuan agama. Bersastra menjadi hobi, tren, dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi bagaimana menjalani agama yang sebenarnya.

Sastra kini dikultuskan menjadi dewa, sedang Tuhan, kuasa dan hukum-Nya disindir melalui sastra.

Sastra masa lalu untuk memuja Tuhan. Sastra kini mendebat Tuhan. Sastra dibuat untuk menjatuhkan orang-orang yang justru mengagungkan nama Tuhan tanpa batas, dan sastra mengira mereka sedang menggadaikan dan menjual Tuhan untuk uang sakunya. Kini, sastra banyak menipu orang-orang awam.

Tuhan mana yang mengajarkan tuk membunuh? Tidak ada. Karena Tuhan hanya satu; Allah.

Tuhan mana yang mengajarkan tuk membenci? Tidak ada, tidak perlu tanya Tuhan yang mana lagi, karena Tuhan hanya satu; Allah. Tapi manusia membunuh, membenci, mengintimidasi, merusak, sambil dengan bangga meneriakkan nama Tuhan, karena para penyair seperti memberikan pilihan berTuhan kepada orang awam, melalui sastra-sastranya.

Sastra dijadikan senjata tuk menghabisi manusia lainnya, termasuk orang yang benar-benar mendakwahkan agama Allah. Dan tanpa disadari manusia sedang dirusak moralnya oleh para sastrawan hebat di muka bumi ini. Hari ini, bedakanlah antara sastrawan, ilmuwan dan agamawan, agar orang awam tidak menduga cacing sebagai ular naga.

ShareTweetSendShare

Related Posts

90% Warteg akan Terpukul Tutup di Tahun 2021, UKM Lainnya Bagaimana?

3 hari ago

Kendala Madura tak Segera jadi Provinsi

6 hari ago
Gambar ilustrasi (produksi: Mardigu Wowiek)

Perang Yuk dengan Tiongkok dan Amerika

1 minggu ago

Perdagangan Komoditas Kelautan – Perikanan Teluk Saleh

1 minggu ago
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat sidak Gudang Pupuk di Indramayu

Syahrul Yasin Limpo Jabat Menteri Pertanian, Kelangkaan Pupuk tak Selesai

2 minggu ago
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping (Foto: AFP)

Pasti di Take Down Lagi Informasi tentang Tiongkok ini (Baca Cepat)

2 minggu ago
Load More
Next Post

Cegah Corona, Pemprov NTB Pasang Bilik Disinfektan di Sejumlah Obyek Vital

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Foto : Direktur Nusa Tenggara Development Institute (NDI) Abdul Majid, S.Hi., bersama Ketua Mataram Care Society (MCS), Taufik Hidayat
Berita

NDI dan MCS Pertanyakan Posisi Direktur RSUP NTB yang Lowong

25/01/2021
Opini

90% Warteg akan Terpukul Tutup di Tahun 2021, UKM Lainnya Bagaimana?

22/01/2021
Foto : ketua Dekranasda Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah
Berita

Dekranasda NTB Dukung Kerajinan Tenun Ikat

22/01/2021
Foto : Wakil Gubernur NTB Dr.Hj.Sitti Rohmi Djalillah saat meresmikan Lapak Desa Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur
Berita

Umi Rohmi Dorong Produk Pringgasela Mendunia

22/01/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.