Indra Wahyudi, Tuhan Media Ecek-Ecek

Rasyiqi
By Rasyiqi
3 Min Read
Indra Wahyudi Wakil Pimpinan DPRD Sumenep, saat ditegur Ketua DPC Demokrat Sungkono Siddik (Foto: koranmadura.com)
Indra Wahyudi Wakil Pimpinan DPRD Sumenep, saat ditegur Ketua DPC Demokrat Sungkono Siddik (Foto: koranmadura.com)

Lebih Baik Seribu Politisi Mati, Daripada Satu Jurnalis yang menjaga pintu Demokrasi

jfid – Yang pertama, meminjam istilah sebuah terminologi klasik, jika anggota Dewan adalah Pohon kekuasan Legislatif. Apakah anda mengenal Indra Wahyudi? Siapa Tuhan media Ecek-Ecek?

Infrastruktur politik Indra Wahyudi sebagai Wakil Pimpinan Anggota DPRD Sumenep, sepertinya jauh dari siksa kubur. Socrates yang agung dari Yunani, tiba-tiba muncul di Gedung DPRD Sumenep.

Indra Wahyudi membabtis dirinya sebagai wong Agung. Ia menyatakan dengan tegas, jika popularitas dirinya tak kan terkalahkan oleh pemberitaan media Ecek-Ecek.

Indra Wahyudi adalah seorang Politikus cerdas yang jatuh ke lembah, dimana lembah itu adalah sarang Harimau. Bagaimana tidak, ia tampil dengan popularitas paling tinggi dalam kata kunci Media Ecek-Ecek (Google).

Saat dihubungi melalui WhatsApp, tentang sikap dan pernyataannya “media ecek-ecek” Indra Wahyudi menanggapi nya dengan dingin.

“Heheheh, esiip biar tidak ada lagi media media yang sekedar muncul tiba-tiba lalu hilang tiba-tiba,” jelasnya dengan nada tak bersalah. Rabu (9/10/2019).

Apa yang ia katakan, sungguh melukai para insan pers di Sumenep. Pembunuhan karakter dengan ungkapan media ecek-ecek lalu dipelintir menjadi sebuah alibi heroik.

Ketua DPC Partai Demokrat, Soengkono Sidik kepada wartawan menyampaikan, pihaknya memaklumi pola komunikasi yang dilakukan Indra. Dia mengaku Indra perlu banyak belajar memperbaiki sikap dan cara berkomunikasi publiknya di media sosial (Medsos).

“Itu (Indra) kan masih muda, usianya muda, masih perlu belajar. Sudah sering kita rembukkan dan sebagainya, paling tidak mengikuti, kita menginginkan suatu wakil pimpinan yang memang harus betul-betul memperjuangkan untuk rakyat Sumenep,” kata Soengkono Sidik melalui sambungan telepon selulernya. Selasa (15/10/2019).

Indra Wahyudi seolah ingin menjadi mesin penghancur media. Ia tidak belajar tentang Johannes Gutenberg menemukan mesin pengatur Dunia. Tepat di tahun 1450 di kota Mainz, Jerman, pertama kali mesin pengatur dan penghancur Dunia ditemukan. Ya, sebuah mesin cetak, mesin yang sering kali membuat gaduh Dunia.

Perjalanan Johannes Gutenberg melakukan experimen untuk membuat lembaran kertas dengan produksi mesin. Akhirnya, Johannes berhasil, walau kesulitan mencari bahan kayu yang sesuai dengan kebutuhan produksi.

Indra Wahyudi seperti mengkultuskan sebuah penghancuran tanpa ada tahapan dialektis. Hal ini, tentu menjadi babak baru karir politiknya menjadi wakil Pimpinan DPRD Sumenep.

Saya tidak sedang mencoba menjadi Norman Bates, seorang Novelis yang melakukan experimen pembunuhan dalam menciptakan sebuah narasi teks.

Namun, konstruksi media ecek-ecek menjadi sebuah wacana pemberitaan media, hingga muncul sebuah forum membahas media ecek-ecek.

Seorang Narasumber dalam diskusi mengatakan, “jika tugas jurnalis bukan fokus pada personal Legislatif, tapi lebih pada sensor kinerjanya,” begitulah ungkapan Narasumber dalam diskusi media ecek-ecek.

Apakah tidak subyektif, pernyataan itu? Saya tuduh, itulah kejahatan dalam wacana pembelaan pada pohon kekuasaan legislatif.

Deni Puja Pranata

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article