In Memoriam, Datok Bengkel Beri Tongkat ke Presiden Soekarno – Hatta Diberikan Kitab

Rasyiqi
By Rasyiqi
6 Min Read

jfid – Kuatnya ketokohan TGH. Shaleh Hambali (Datok) Bengkel di Lombok Sampai juga ke telinga tokoh-tokoh Nasional di Jakarta. Itu ditandai dengan kedatangan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) pertama, Ir. Soekarno-Mohammad Hatta bersama rombongan pengawalnya.

Dokumen yang membuktikan kedatangan Dwi Tunggal pendiri RI itu tergambar dalam tulisan tangan Arab-Melayu yang ditulis oleh Sekertaris beliau. Belum ditemukan bukti berupa foto akan peristiwa penting itu.

Dalam buku “pemikiran islam lokal TGH. Muhammad Shaleh Hambali Bengkel” karya Dr. H. Adi Fadli, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, disebutkan, kedatangan Soekarno ke Bengkel itu pada hari Ahad, 5 November 1950. Hari itu bertepatan dengan 49 hari setelah bubarnya Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 17 Agustus 1950.

Kedatangan Soekarno pada saat itu bisa dimaknai sebagai bagian dari langkah Presiden untuk melakukan konsolidasi kebangsaan dengan cara menemui tokoh-tokoh penting ditengah masyarakat.

Dalam spanduk penyambutan yang ditulis oleh salah seorang Sekertaris beliau bernama Hafazah, tergambar suasana penyambutan Ir. Soekarno. Dalam salah satu spanduk yang ditulis, dengan Arab-Melayu tertera “Bung Karno Bapak Ketjintaan Rakjat 75 Djuta”. Tidak ada data atau informasi apa isi pembicaraan TGH. Mohammad Shaleh Hambali Bengkel dengan Ir. Soekarno yang bertamu ke rumah beliau. Namun dalam pertemuan istimewa itu, beliau sempat memberikan sebuah tongkat kepada Ir. Soekarno sebagai kenang-kenangan.

Pada masa hidupnya, TGH. Mohammad Shaleh Hambali yang akrab dipanggil Datok Shaleh Hambali atau Datok Bengkel mempunyai lima (5) orang Sekertaris yang diminta mencatat dan menggambar berbagai hal yang dirasa penting. Kehadiran lima (5) orang Sekertaris beliau itu menunjukkan sikapnya yang sangat menghargai karya tulis, catatan dan dokumentasi. Padahal pada saat itu, belum ada alat perekam seperti sekarang. Kalaupun kamera foto sudah ada pada saat itu hanya dimiliki oleh pejabat Negara, pemerintah Kolonial Belanda dan Jepang.

Datok Bengkel juga seorang ulama penulis kitab yang produktif. Berdasarkan buah pikiran, ketekunan dan kealimannya, terbit beberapa kitab dengan berbagai genre yang menjadi rujukan para Tuan Guru mengajar di Lombok.

“TGH. Shaleh Hambali adalah merupakan perintis pembaharuan Pendidikan Islam di Lombok awal abad ke- 20, sekitar tahun 1916. Pada tahun 1933, beliau menulis kitab Luklatul Jauharoh yang ditulis dengan Arab – Melayu. TGH. Shaleh Hambali ulama yang telah melahirkan banyak kader Tuan Guru yang berpengaruh dan meninggalkan banyak karya kitab, fatwa keagamaan dan nasehat keagamaan,” kata DR. Adi Fadli, M. Ag, Akademisi UIN Mataram, yang merupakan salah satu cucu dari TGH. Ya’kub Batu Kuta – Narmada.

Setiap menulis, beliau (Datok Bengkel) selalu dalam keadaan bersih dan suci. Kebiasaan beliau setiap akan mulai menulis, ia terlebih dahulu melakukan Wudhu’ untuk membersihkan diri baik secara fisik (Zahir) maupun pikiran (Bathin).

Dalam sebuah pengajian di Madrasah Hidayatuddarain, Dasan Geres, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat baru-baru ini, TGH. Maarif Makmun Diranse, Darek – kini menjabat sebagai Rois Syuriah PCNU Kabupaten Lombok Tengah sempat mengungkapkan keinginannya untuk meminta kembali tongkat pemberian Datok Bengkel kepada Presiden Soekarno. Tongkat itu konon disimpan oleh Presiden ke- 5 RI, Megawati Soekarno Putri. Untuk mendapatkan kembali tongkat tersebut, TGH. Maarif Makmun Diranse berharap bisa dibantu oleh orang dekat Megawati di Lombok.

Setelah kedatangan Presiden Soekarno, dua (2) tahun kemudian menyusul Wakil Presiden Mohammad Hatta, pada 14 April 1952 untuk menemui Datok Bengkel. Dalam catatan arsip kedatangan Bung Hatta disebutkan, dia datang melalui Pelabuhan Lembar kira-kira jam 1 siang dan sampai Bengkel sekitar jam 3.

Pada kesempatan itu, Bung Hatta diberikan kitab Al Lukluil Masyur karya TGH. Umar Kelayu yang diedit dan dicetak oleh TGH. Shaleh Hambali Bengkel. Kitab itu dibungkus dengan sapu tangan yang bersulamkan dengan bunga-bunga yang bertuliskan “merdeka tetap dunia akhirat” dalam bahasa latin. TGH. Umar Kelayu sendiri adalah “maha guru” dari para Tuan Guru besar di Lombok. Termasuk gurunya TGH. Shaleh Hambali dan Tuan Guru Badarul Islam, Pancor – Lombok Timur.

Setelah kedatangan Presiden dan Wakil Presiden RI, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta, beberapa tokoh Nasional, Militer, dan Pengurus PBNU datang mengunjungi Tuan Guru Bengkel.

Kunjungan tokoh-tokoh PBNU tentu terkait dengan ketokohan dan kharisma Tuan Guru Bengkel di mata ummat Islam Lombok. Termasuk jabatan beliau sebagai Ketua Rois Syuriah NU Lombok. Beliau tercatat sebagai Rois Syuriah NU selama dua periode (1953-1964) dan (1964-1968) dan Rois Syuriah pertama yakni Sayyid Ahmad Al kaff (1932-1953) serta Ketua Tanfidziah NU pada saat itu dijabat oleh TGH. Mustafa Bakri Al-Banjari, Sekarbela – Mataram, Mantan anggota Konstituante RI mewakili Partai Masyumi di Sunda Kecil.

Mengetahui sosok TGH. Shaleh Hambali, karya-karya, murid-murid dan pengaruh ketokohannya secara Nasional, maka bisa dikatakan bahwa beliau (Tuang Guru Bengkel) merupakan sosok ulama besar yang tidak bisa dihilangkan perannya oleh sejarah, terkhusus dalam menyebarkan dakwah dan pendidikan Islam di Lombok. Tugas generasi muda untuk menemukan, menulis kembali dan menyebarkan pemikiran dan gagasan ke- Islaman Tuan Guru Bengkel.

Penulis: Yusuf Tantowi

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article