Harga dari Sebuah Pendidikan Perempuan

Rasyiqi
By Rasyiqi
6 Min Read
RA. Kartini dalam perjalanan Perempuan Indonesia (foto: tangkapan layar Tribunnews)
RA. Kartini dalam perjalanan Perempuan Indonesia (foto: tangkapan layar Tribunnews)

Oleh: Nur Hayati

jfID – Kajian manusia dalam bidang apapun sangatlah menarik. Karena manusia sebagai objek kajian yang dilakukan oleh manusia sebagai sabjek adalah sesuatu yang unik. Inilah kelebihan manusia dari makhluk yang lain yang mempunyai akal untuk dapat menalar. Makhluk lain tidak akan mampu mengkaji dan menganalisis “dirinya”, tidak seperti manusia yang mempunyai kemampuan untuk itu (Manajemen Manusia, Ahmad Hosaini, 2017).

Keunikan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia secara tidak langsung menjadi sebagai pelajaran bagi dirinya sendiri bagaimana seharusnya bersikap. Tidak hanya itu kerberadaan manusia bila dipelajari mengandung pemahaman luas yang juga dapat menjadi bahan ajar untuk menemukan jati diri dan hakikat manusia itu sendiri.

Keberadaan manusia bukan secara kebetulan, namun masih banyak tahapan-tahapan untuk menghadirkan manusia. Seperti kata Hosaini, bahwa manusia memanglah sangat menarik untuk dikaji atau dibahas dalam bidang apapun. Karena manusia merupakan makhluk Tuhan yang dikaruniai akal pikiran. Maka dari itu tahapan-tahapan yang panjang dalam terbentuknya manusia juga menjadi pembahasan yang menarik untuk dibahas pula. 

Manusia yang awalnya hanya sperma yang menyatu dengan sel telur wanita dan terjadilah zigot, lama kelamaan membentuk segumpal darah, lalu dari segumpal darah menjadi segumpal daging, dan dari segumpal daging tumbuhlah tulang belulang, hingga pada saat usia kandungan mencapai empat bulan baru ditiuplah ruh. Disaat itulah seorang perempuan harus menanggung beban sang bayi selama sembilan bulan atau bahkan lebih didalam kandungan. Dan disaat usia kandungan mencapai angka sembilan bulan, saat itulah perempuan hamil akan menaruhkan nyawanya demi menghadirkan manusia baru di muka bumi.

Perbuatan mulia ini menjadi sebuah keistimewaan bagi perempuan, dimana seorang perempuan akan dikata menjadi perempuan sejati ketika dapat menghadirkan manusia baru di muka bumi ini, kata dari “perempuan sejati” dengan tanda kutip bahwa perempuan yang telah dapat melahirkan akan menjadi manusia yang memang ditakdirkan oleh Tuhan atau fitrah dari perempuan, yaitu menjadi perantara hadirnya manusia baru di muka bumi. Namun sebelum menarik kesimpulan alangkah lebih baik mengetahui siapa sebenarnya perempuan? Seperti apa kodratnya menjadi seorang perempuan?

Kodrat perempuan bukan hanya menghadirkan manusia baru. Tapi perempuan juga menjadi pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Namun melihat fenomena saat ini, khususnya bagi perempuan desa, pendidikan bagi kaum perempuan sangat dibatasi. Para masyarakat desa menganggap bahwa kaum perempuan garis akhirnya hanya di ”3D,” yaitu di dapur, di sumur, dan di kasur. Anggapan yang seperti ini menjadi warisan yang tetap dipercayai oleh kalangan masayarakat pedesaan. Padahal keberadaan perempuan yang juga dapat menghadirkan manusia baru atau penerus bangsa sangat dianjurkan untuk berpendidikan tinggi. Karena perempuan merupakan makhluk Tuhan yang sangat menentukan nasib dan kemajuan suatu bangsa. Karena seperti yang di sebutkan diatas bahwa perempuan merupakan pendidikan pertama bagi anak-anaknya yang akan mencetak kepribadian sang anak. 

Tingkatan pendidikan kaum perempuan desa yang cukup memprihatinkan menjadi sebuah ancaman baru bagi bangsa, bagaimana nasib Indonesia mendatang? Akankah tetap belum ada perubahan atau bahkan semakin tak karuan. Sebenarnya bila dikaji kembali masalah ini bukan hanya salah dari salah satu pihak yaitu, para orang tua. Karena bila mana pemerintah juga tidak melakukan tindakan yang dapat menyelesaikan masalah ini dengan meminimalisir tingkat rendahnya pendidikan kaum perempeun desa maka hal ini akan berlangsung lama dan turun temurun. Sebelum menyalahkan satu pihak, maka harus diketahui bahwa adanya kesingkronan antara pemerintah dalam meminimalisir tingkat rendahnya pendidikan perempuan di desa merupakan sebuah keharusan yang memang benar-benar wajib dilaksanakan. 

Sejauh ini tindakan dari pemerintah telah dilaksanakan, dimana pemerintah telah memberikan bantuan kepada lembaga-lembaga pendidikan dangan memberikan BOS (Bantuan Oprasional Sekolah), namun adanya usaha yang dilakukan pemerintah tidak jauh dari beberapa pelaku yang melakuakan tindakan tidak bermoral, yaitu dengan melakukan korupsi. Bukan tidak banyak para pemimpin yang menyalahgunakan jabatannya hanya untuk memakan hak rakyat, dan hal itu juga dapat dibuktikan dengan beredarnya berita yang selalu menyajikan berita tentang pemimpin yang melakukan korupsi.

Namun tidak hanya itu, keberadaan koruptor yang menjadi latar belakang permasalahan ini bukan hal utama yang mengakibatkan rendahnya pendidikan perempuan desa. Hal ini juga tidak jauh dari peran orang tua yang tidak memanfaatkan upaya pemerintah sebagai peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuannya. Mereka seakan mengabaikan upaya pemerintah tersebut. Dan perlu diketahui bahwa keanehan yang seperti ini dilatar belakangi adanya mindset masyarakat yang tidak dapat diubah yakni budaya “3D”.

Tentang Penulis : Nur Hayati, Anggota Forum Lingkar Pena PP. Annuqayah Ranting Latee II Ranting Sumenep.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article