Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Headline

Gagasan Kepemimpinan dalam Sastra

by Tjahjono Widarmanto
5 bulan ago
in Headline, Opini
Reading Time: 8min read
0
Wikipedia / Joseph Karl Stieler - Lukisan foto Johann Wolfgang von Goethe saat berusia 79 tahun

Wikipedia / Joseph Karl Stieler - Lukisan foto Johann Wolfgang von Goethe saat berusia 79 tahun

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Objek semua karya sastra adalah realitas. Merupakan hasil kontemplasi dan interpretasi pengarang dengan dunia realitas di sekitarnya, baik berupa realitas sosial ataupun realitas ide. Namun, realitas dalam sastra dapat bertolak belakang dengan realitas dalam masyarakat. Paradoks dapat terjadi karena dalam teks sastra muncul harapan-harapan akan adanya realitas yang lebih baik.

Pemunculan realitas dalam sastra, baik itu refleksi realitas sebenarnya atau realitas yang paradoks amat bergantung pada pribadi penulisnya. Griffith menegaskan bahwa sastra merupakan ungkapan dari pribadi yang menulisnya. Kepribadian, perasaan, respon, ideologi, pandangan hidup atau keyakinan pengarang akan selalu mewarnai karya yang diciptakannya.

Sastra selalu hadir dengan penawaran-penawaran pemikiran. Penawaran pemikiran ini juga menghadirkan dunia yang ideal. Maka, tak heran kalau sastra selalu mengimpikan sebuah citraan yang indah, baik itu berupa kondisi sosial yang ideal ataupun individu-individu yang ideal. Wolfgang Iser mengatakannya sebagai  teks yang mampu menghadirkan yang tidak hadir, mementaskan apa yang tidak terpentaskan bahkan menghadirkan permasalahan yang tak bisa dituntaskan dalam realitas keseharian.

Semangat nasionalisme atau kebangsaan selalu diikuti dengan harapan akan lahirnya pemimpin-pemimpin yang ideal. Dalam sastra citra pemimpin yang ideal itu muncul sejak sastra terlibat dalam persoalan sosial, politik, ideologi dan kekuasaan. Semua kesusastraan di seluruh dunia dalam berbagai zaman memimpikan citra pemimpin yang ideal. Bahkan tak hanya mencitrakan saja namun bisa juga secara normatif seolah-olah menasihati bagaimana seorang pemimpin bersikap.

Garry Yukl mendefinisikan kepemimpinan sebagai perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok  ke suatu tujuan yang hendak dicapai bersama (share goal) (Hemhill, 1957:7). Senada dengan pendapat itu, Rauch & Behling (1984:46) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapain tujuan.

BACAJUGA

No Content Available

Dalam sastra klasik dunia, II Principe (Sang Pangeran) yang ditulis 1513 karya Niccolo Machiavelli, dianggap sebagai teks sastra yang berisikan semacam nasihat bagi seorang pemimpin untuk melanggengkan kekuasaannya dia harus berani dan tega membunuh lawan-lawan politiknya, saingan-saingannya, bahkan harus menjadi tiran. Dalam rangka mempertahankan kekuasaanya seorang pemimpin dapat melakukan cara apapun untuk meraih kekuasaan (the end justify the means). Seorang pemimpin, bagi Machiavelli harus memiliki dua sifat yaitu sifat manusia dan sifat binatang.

The Leaders (Sang Pemimpin) karya Ionesco juga berbicara tentang sosok pemimpin walau dalam sisi yang sangat kritis dan sinis dengan memunculkan kekecewaan karena kehadiran pemimpin tak seidel yang diharapkan. George Orwell di tahun 1945 menampilkan sosok pemimpin dan kekuasaan yang carut marut melalui novel alegorinya Animal Farms (Negeri Para Binatang). Dalam novel tersebut tergambar jelas pemimpin yang berputar pada nafsu menginjak dan nafsu merebut untuk kemudian menginjak.

Dalam khazanah sastra kita, citra pemimpin dan sikap kepemimpinan juga menjadi perhatian para sastrawan dari zaman ke zaman. Tantri Kamandaka,  sebuah teks sastra Jawa kuno disebutkan seorang pemimpin harus mampu menjalin persekutuan dan persatuan. Dalam Kakawin Ramayana (XXIV, 51-61) disebutkan sifat-sifat kepemimpinan yang ideal yang disebut sebagai Asta Brata.

Juga dalam Bhisma Parwa terdapat nasihat Bhisma kepada Yudhistira, bahwa seorang pemimpin harus melindungi rakyatnya, bisa menjadi panutan dan jujur. Ajaran kepemimpinan juga termaktub dalam sastra Bali Kuno, di antaranya dalam Kakawin Gajah Mada yang didalamnya terdapat 10 ajaran kepemimpinan.

Satra Melayu lama juga memunculkan citra pemimpin dan gagasan kepemimpinan. Taj us-Salatin (Mahkota Raja-Raja) sebuah mahakarya sastra Melayu yang dikarang oleh Bukhari al-Jauhari (1630) merupakan sebuah kitab panduan untuk memimpin. Dalam buku tersebut disebutkan sifat-sifat pemimpin yang baik yaitu bisa membedakan yang baik dan buruk, berilmu, mampu memilih bawahan dengan benar, berbudi pekerti baik, pemurah, tahu balas budi, berani, tidak berfoya-foya, dan laki-laki.

Citra pemimpin dan gagasan kepemimpinan juga menjadi tema sentral dalam sastra jawa zaman kapujanggan, di antaranya adalah : Serat Rama (R. Ng. Jasadipoera), Serat Praniti Praja, serat Wulangreh (Paku Buwana IV), Serat Wedatama (Mangkunegara IV), Serat Laksita Raja (Mangkunegara VII), dan sebagainya.

Dalam sastra Indonesia modern, citra pemimpin dan gagasan kepempinan juga menjadi tema yang menarik. Dalam novel  Maut dan Cinta  karya Mochtar Lubis digambarkan bahwa seorang pemimpin harus harus memiliki jiwa pengorbanan. Melalui tokoh Sadeli digambarkan bahwa pengorbanan untuk mencai tujuan perjuangan seringkali harus berbenturan dengan kepentingan pribadi. Sikap pengorbanan bagi seorang pemimpin ini juga digambarkan oleh Pramoedya Ananto Toer dalam novel Bukan Pasar Malam, Arus Balik, Arok, dan Tetralogi Pulau Burunya. 

Seorang pemimpin yang baik harus memiliki strategi yang tepat. Hal itulah yang diisyaratkan oleh Pram dalam hampir keseluruhan novel-novelnya. Juga sikap yang tidak pernah menyerah.

Tak hanya sikap pemimpin yang positif yang dimunculkan, namun sikap pemimpin yang korup juga direpresentasikan oleh sastra Indonesia modern. Jalan Tak Ada Ujung, Jakarta, Maut dan Cinta, Tak Ada Esok (Mochtar Lubis), Korupsi (Pramoedya), Ladang Perminus (Ramadhan K.H) merupakan contoh yang tepat untuk menunjukkan representasi itu.

Dari uraian di atas tampaklah bahwa persoalan nasionalisme, citra pemimpin, dan gagasan kepemimpinan akan selalu menjadi sumber ide yang menarik bagi terciptanya karya sastra. Selama persoalan nasionalisme dan kepemimpinan menjadi paradigma yang terbuka, yang membuka peluang untuk selalu ditafsir dan dikaji, maka para sastrawan akan selalu menarik untuk mengangkatnya dalam karya sastra. Tentu saja, sebagai sastrawan cara ungkap mereka mengenai nasionalisme dan gagasan kepemimpinan akan jauh berbeda dengan para sejarawan, negarawan, atau politikus. Dan pemikiran mereka berikut cara ungkapnya akan menjadi pembanding yang menarik, bahkan bisa sebagai wacana tandingan bagi arus-arus pemikiran yang berkait dengan persoalan kepemimpinan dan nasionalisme.***

Penulis adalah penyair dan esais yang tinggal di Ngawi

ShareTweetSendShare

Related Posts

90% Warteg akan Terpukul Tutup di Tahun 2021, UKM Lainnya Bagaimana?

5 jam ago

Kendala Madura tak Segera jadi Provinsi

2 hari ago
Gambar ilustrasi (produksi: Mardigu Wowiek)

Perang Yuk dengan Tiongkok dan Amerika

5 hari ago

Perdagangan Komoditas Kelautan – Perikanan Teluk Saleh

5 hari ago
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat sidak Gudang Pupuk di Indramayu

Syahrul Yasin Limpo Jabat Menteri Pertanian, Kelangkaan Pupuk tak Selesai

2 minggu ago
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping (Foto: AFP)

Pasti di Take Down Lagi Informasi tentang Tiongkok ini (Baca Cepat)

2 minggu ago
Load More
Next Post

Danrem 162/WB : TNI -Polri Akan Terus Membantu dan Mendukung Setiap Program untuk Kepentingan Masyarakat

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Opini

90% Warteg akan Terpukul Tutup di Tahun 2021, UKM Lainnya Bagaimana?

22/01/2021
Foto : ketua Dekranasda Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah
Berita

Dekranasda NTB Dukung Kerajinan Tenun Ikat

22/01/2021
Foto : Wakil Gubernur NTB Dr.Hj.Sitti Rohmi Djalillah saat meresmikan Lapak Desa Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur
Berita

Umi Rohmi Dorong Produk Pringgasela Mendunia

22/01/2021
Foto : Pelaku pencabulan saat diamankan oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Mataram
Berita

Mantan Anggota DPRD NTB Empat Periode Cabuli Anak Kandung

21/01/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.