Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Opini

Di Antara Bayang-Bayang: Mewaspadai Politik dan Spiritualitas Terlarang

by Heru Harjo Hutomo
4 bulan ago
in Opini
Reading Time: 5min read
0
"Paman Dhomplang," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020.

"Paman Dhomplang," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020.

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Pernah suatu kali saya dihampiri seorang yang tak saya kenal. Dari gaya pakaiannya, ia seperti seorang yang “njawani,” memakai baju peranakan khas Jogja—yang merupakan transformasi baju takwa Sunan Kalijaga. Tak lupa, ia juga seperti memaksa untuk murah senyum dan bergaya santun. Wajahnya laiknya kalangan metroseksual, bersih dan berona, yang seolah tak lupa untuk tak ke salon kecantikan agar menambah daya tarik. Di dagunya tumbuh beberapa helai jenggot dan tanpa kumis.

Barangkali, saya dipandangnya sebagai seorang yang urakan dalam penampilan—yang barangkali juga seperti tak pernah mengenal agama. Celakanya, ia pun seperti ingin mengamalkan salah satu dalil Wedhatama, “karyenak tyasing sesama,” dengan berperan laiknya seorang yang tahu seluk beluk kehidupan saya yang penuh kegelapan dan butuh penerangan. “O, wali keblinger orang ini,” batin saya ketika menyadari sikapnya yang songong.

Orang awam tampaknya memang sulit untuk mengidentifikasi orang dengan gaya yang memaksa “njawani” dan, celakanya, banyak omongannya yang menyinggung spiritualitas Islam dimana waktu itu telah menjadi semacam trendsetting kalangan urban (Jalan Panjang Moderatisme, Heru HarjoHutomo, https://jalandamai.org).

Panjang-lebar ia bicara “cinta” dan “ridha” Tuhan laiknya seorang sufi yang terkadang saya pun eneg mendengarnya (“Mulat Sarira” Sebagai Sebentuk Moderasi, Heru Harjo Hutomo, https://alif.id). Pada orang-orang seperti itu, biasanya saya hanya meninggalkannya dengan sebuah persoalan: “Masih bingung?.” Dan saya berharap ia akan berakhir seperti saudara seguru guru besarnya: mati di-kendhat.

Terkadang kita mendengar di sekitar kita ada orang yang tiba-tiba nyelemong “Assalamualaikum” tanpa konteks yang jelas. Dan esoknya ketika sampeyan pergi ke kantor kelurahan, puskesmas, atau instansi lainnya, tanpa mengucapkan ungkapan yang sepadan dengan ungkapan “Rahayu” dalam kalangan kapitayan itu, akan banyak muka sewot, nada-nada ketus, dan bahasa-bahasa tubuh yang diskriminatif dan merendahkan yang akan sampeyan dapatkan.

BACAJUGA

Penghormatan Terakhir Pemkab Sumenep pada Soengkono Sidik dan Novi Sujatmiko

Keberhasilan Afan Afandi, Pimpin Desa Lenteng Barat dengan Heroik

Dua Orang Penting di Kabupaten Sumenep, Meninggal di Hari yang Sama

Demokrat Sumenep Berduka, Ketua DPC, Soengkono Sidik Tutup Usia

Padahal, kehidupan dan perilaku mereka sama sekali tak jauh dengan kehidupan dan perilaku kita sehari-hari. Pada tahun 2017 pemerintah secara resmi membubarkan dan menjadikan organisasi HTI terlarang di Indonesia. HT sendiri adalah sebuah organisasi besutan Taqiyuddin al-Nabhani yang merupakan salah satu murid dari seorang moralis kenamaan, Hasan al-Banna. Kluyuran saya ke sana ke mari pada tahun itu membuahkan hasil bahwa organisasi itu sudah sedemikian jauh tebanya dan sudah semakin dalam daya rasuknya (Sontoloyo, Sempalan, dan Gerakan-Gerakan Kutu Rambut, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org). Mereka sangat pintar dalam memanfaatkan keawaman orang dalam hal agama, spiritualitas, dan bahkan lokalitas, yang tengah terkena demam sufisme dan tarekat. Pendek kata, mereka sudah sedemikian jauh bertransformasi, ke ranah birokrasi maupun rumah tangga (Radikalisasi dari Bawah: Mengurai Jejaring Radikalisasi Keagamaan di Indonesia, Heru Harjo Hutomo, https://jurnalfaktual.id).

Dan jangan heran ketika pergerakan mereka akan tampak membayangi setiap pergerakan pemerintah, menjelma serupa pemerintahan bayangan, dimana ketika pemerintah terpilih saat itu, hasil pilpres 2014, ingin membangun Indonesia dari pinggiran, mereka juga telah melakukannya dari pinggiran. Setidaknya, tak untuk membangun, tapi untuk merubuhkan. Di masa pasca modern seperti ini tak ada salahnya kita menengok ke wilayah pinggiran dengan sesekali melihat apa yang dapat ditampakkan oleh matahari, di samping tubuh dan pepohonan selalu saja adalah bayangannya (Hikayat Kebohongan II, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org).   

(Heru Harjo Hutomo: penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermainmusik)        

ShareTweetSendShare

Related Posts

Artidjo Alkostar, (antara foto)

Artidjo Alkostar Kyai Hakiki, bukan Asesori

17 jam ago
Rusdianto Samawa, Tinjau Lokasi pembibitan benih bening Lobster

KKP Belum Memberi Perlindungan untuk Nelayan Lobster

5 hari ago
Foto: kompas.com/Nansianus Taris

Bagaimana Jokowi Bisa Ditahan?

6 hari ago
Deklarasi Pemuda dan Mahasiswa untuk kabupaten kepulauan Sumenep pada tahun 2016

Menunggu Sumenep dalam Pertanyaan?

1 minggu ago
Ilustrasi: Derrida dalam sampul buku Muhommad Al Hayad

Orang yang Masuk Surga Pertama adalah Perokok

2 minggu ago
Baju punggawa Bajau dalam perang mempertahankan Sulawesi dari Belanda

Pulau Sulawesi Sebagai Asal Usul Pertama Orang Bajau

2 minggu ago
Load More
Next Post

BOP Madin Diduga Dipotong, Kemenag Bangkalan Didemo

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Berita

Penghormatan Terakhir Pemkab Sumenep pada Soengkono Sidik dan Novi Sujatmiko

04/03/2021
Afan Afandi, kepala desa Lenteng Barat kecamatan Lenteng
Profil

Keberhasilan Afan Afandi, Pimpin Desa Lenteng Barat dengan Heroik

04/03/2021
Foto kiri, Soengkono Sidik, ketua DPC Demokrat Sumenep dan Novi Sujatmiko, Dirut BPRS Bhakti Sumekar
Berita

Dua Orang Penting di Kabupaten Sumenep, Meninggal di Hari yang Sama

03/03/2021
Soengkono Sidik ketua DPC Sumenep bersama AHY ketua umum DPP Partai Demokrat
Berita

Demokrat Sumenep Berduka, Ketua DPC, Soengkono Sidik Tutup Usia

03/03/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.