Dari Sembalun Ditengah Covid 19 untuk New Normal

Rasyiqi
By Rasyiqi
8 Min Read

Oleh : Suaeb Qury
Ketua LTN-PW NU NTB

Bermula dari diri ketahanan keluarga, dan lingkungan adalah pertahanan yang paling utama melawan apapun yang datang. Ini dilakukan oleh sekolompok masyarakat yang hidup di bawah kaki Gunung Renjani yakni Desa sembalun Lombok Timur.

Sudah berjalan tiga bulan pendemi covid 19 di Nusa Tenggara Barat dan kasus positif sudah mulai menurun dari hari ke hari dan dari positif ke negatif serta yang sembuh dari positif cukup progres. Ini adalah bukti kesadaran baru, mulai disesuikan oleh masyarakat NTB. Dan di Kaki gunung renjani sana, bisa belajar cara penyesuaian dan ada semangat baru, bagaimana tidak, tidak satupun orang terjangkit positif covid 19.

Pranata sosial dan respon sosial masyarakat di kaki rinjani sana, bisa menjadi modal sosial yang berharga. Lihat saja, kekompakan dan bersamaan serta kesadaran kolektfitas meraka disana, teruji dengan secara selektif menjaga keluarga, lingkungan dan masyarakat desanya dengan normalisasi, secara selektif dan suka rela menjaga lingkungan.

Bila ada tamu dan para wisatawan dengan tanpa tujuan,harus melalui proses pemeriksaan kesehatan secara mandiri. Banyak hal baik yang dilakukan oleh warga masyarakat NTB di tengah menghadapi cobaan wabah yang berna covid 19, dari membagi masker gratis, membagi sanitizer gratis sampai demgan solidaritas membagi sembako dan makanan gratis bagi warga penderita dan masyarakat terdanpak covid19.

Seiring dengan keberpihakan masyarakat secara sukarela dari komunitas ormas keagamaan, dan organisasi kemasyarakat telah mendukung kebijakan pemerintah dengan new normal. Begitu juga dengan berbagai paket kebijakan pemerintah, mulai dari paket kebijakan ekonomi (focusing anggaran),PSBB,pra kerja online sampai dengan new normal di tengah pendemik Covid 19.

Hal yang sama dilakukan oleh masyarakat di NTB, secara mandiri dan sukarela melakukan aksi kemanusian untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dan terkena danpak covid 19. Dari kaki gunung Renjani, menjadi pelajaran akan keberpihakan dan solidaritas yang kuat. Dan itulah yang dilakukan oleh masyarakat NTB, baik di desa dan di kota membangun keyakinan dan kesadaran akan pentingnya arti kesehatan di tengah covid 19 dan kesadaran itu, secara alami menyadarkan masyarakat bahwa covid 19 tidak harus ditakuti.

Melainkan dengan cara mengikuti dan menjankan ajuran kesehatan dengan cuci tangan, pakai masker dan hindari keramaian yang berjumlah banyak. Itu semua terbukti bisa dilakukan oleh masyarakat NTB, dari masjid yang biasanya berjamaah puluhan orang, kini sholat dilaksanakan di rumah dan shaf berjarak, dari pesta pernikahan yang dilaksanakan dengan ramai, kini nyongkolan dan pesta cukup dengan perwakilan para pihak. Begitulah gambaran kesadaran akan diri dan lingkungan yang dijalankan oleh masyarakat, baik secara mandiri maupun kolektif.

Jika dari kesadaran masyarakat menjadi modal bagi pengambil keputusan yakni pemerintah dengan menyiapkan perangkat kebijakan yang diawali kebijakan JPS (jaringan pengaman sosial) gemilang berupa bantuan sembako bagi masyarakat rentan, miskin dan terdanpak covid 19 selama tiga bulan.

Dari pemerintah untuk rakyat, bisa jadi JPS gemilang menjadi solusi dari kondisi ekonomi dan keadaan masyarakat hari ini. Begitu juga upaya pemerintah melibatkan masyarakat yang berusaha kecil dan menengah (UKM) serta industri kecil dan menengah (IKM),asal saja semua itu memberi danpak dan berkontribusi bagi tumbuhnya roda perekonomian di NTB dan bukan dinimkati oleh segelintir orang saja.

Sebab masyarakat biasanya, salah mengartikan JPS dengan istilah Jaringan Pengusaha Sekitar dan apalah arti semua itu, bilamana program JPS gemilang tidak membahagiakan dan dirasakan manfaatnya. Tapi apa yang dirasakan oleh masyarakat hari ini selama 2 bulan covid19 dan memasuki bulan ke tiga, semuannya terbantu dan mandapatkan manfaat.

Potret NTB Normal

Bagaimana dengan hari ini dan kedepannya, jika belajar dari apa yang dilakukan oleh masyarakat di beberapa tempat di NTB membangun kesadaran dan kemandirian di tengah pendemi covid 19 dan upaya pemerintah memperkenalkan konsep new normal.

Potret kasus positif corona di NTB, bisa saja terjadi fluktuatif, bisa berkurang dan bertambah, tapi itu persoalan angka, setidaknya optomisme dan keyakinan masyarakat di NTB, akan protokol kesehatan sudah berjalan. Bisa jadi apa yang dirilies oleh
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan adanya pergeseran persepsi publik dari awalnya cemas terpaparvirus Corona, beralih ke kecemasan terhadap ekonomi. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya pegeseran tersebut.

Pergeseran tersebut ditemukan berdasarkan riset yang dilakukan LSI Denny JA dengan kajian data sekunder dari sejumlah lembaga, yakni Gallup Pol, Worldometer, dan data LSI Riset eksperimental Denny JA dan Eriyanto. “Kecemasan publik atas kesulitan ekonomi kini melampaui kecemasan publik atas terpaparnya virus Corona,” kata peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar. (12/6/2020).

Inilah yang dikhawatirkan oleh banyak pihak, bila perubahan kecemasaran beralih dari cemas covid 19 beralih kecemasan ekonomi. Itu bisa saja terjadi secara nasional atau lokal, bilamana suatu daerah tidak menyiapkan seperangkat aturan atau cadangan keuangan daerah dan apalagi tidak melakukan refokusing anggaran.
Tantangan bagi kapala daerah hari ini adalah dengan new normal, sudahkah dan bisakah diterapkan new normal itu diberlakukan di NTB,? Sejak kapan dan bagaimana kesiapan para perangkat daerah dan para pengambil kebijakan di kabupaten Kota di NTB. Atau new normal secara alami saja, sebab masyarakat sudah teruji dan terbiasa dengan keadaan. Tapi itu kebijakan pemerintah yang harus diikuti oleh warga bangsa. Dan sambil menunggu keputusan Gubernur NTB, boleh juga kita turut mimikirkan dan melakukan sosialisasi dan edukasi terkait penerapan new normal.

Ini agar masyarakat paham soal new normal ini untuk virus corona dengan cara baru. Ada baiknya juga, kita sebagai warga masyarakat ntb. Membaca penggalan semangat dan spirit motivati dari sang dokter Jack “Semua Orang akan Terkena Covid-19 obatnya adalah Bahagia!” . Sprit ini bukan sekedar cacatan pinggir dari sang Dokter, tapi
Ini adalah informasi yang cukup penting. Membangun kebiasaan baru di tengah Covid-19, itu sudah terbiasa di lakukan oleh masyarakat NTB, banyak kasus wabah dan musibah yang menerpa NTB dan itu semua bisa dilewati dan dikuti dengan cara baru.
Maka agar cara baru itu (new normal) obat yang paling utama adalah bahagia, tetap bekerja, berolahraga, beraktivitas seperti biasanya. Wallahu’alam bisaawab.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article