Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Opini

Cerita Wayang Petruk Dadi Ratu: Kritik Sepanjang Zaman

by Tjahjono Widarmanto
8 bulan ago
in Opini
Reading Time: 5min read
0
Ilustrasi Petruk Dadi Ratu: neo-vista.com

Ilustrasi Petruk Dadi Ratu: neo-vista.com

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Cerita wayang Petruk Dadi Ratu merupakan salah satu lakon wayang yang populer dan digemari masyarakat Jawa. Cerita Petruk Dadi Ratu merupakan cerita carangan yang tak terdapat dalam babon Mahabarata maupun Ramayana yang dianggap sebagai naskah rujukan pertunjukkan wayang di Indonesia.

Di sebuah manuskrip yang tersimpan rapi di  Reksa Pustaka Mangkunegara, Surakarta (Sukadi, 2006), dapat telisik asal usul dan siapa pengarang cerita carangan Petruk Dadi Ratu. Pada manuskrip tersebut terdapat pupuh dandanggula yang pada awal baris pupuh tersebut terdapat sandiasma berbunyi Can Cu Han Cayudan Surakarta:

Cancaleng tyas sumedya mrih manis
Cumanthaka angiket gitaya
Hancake driya ge-age
Caranya durung weruh
Yutun tan win ingkang ngesemi
Dandanana budi tama
Surya tembang tembung
Rasanendriya sumeda
Karya tepa palupi mrih irip-irip
Talirpra sujana

Sandiasma tersebut menerakan nama seorang etnis Cina bernama Tjan Tjoe Han yang berasal dari Cayudan Surakarta. Tjan Tjoe Han inilah yang mengarang cerita carangan Petruk Dadi Ratu yang ditulis pada tahun 1932 Masehi.
Naskah ini menceritakan tokoh Petruk, seorang rakyat jelata atau pidak pendarakan yang menjadi punakawan atau abdi pelayan yang tiba-tiba menjadi raja di sebuah negara bernama Negara Mulwarengka. Ketika menjadi raja, ia bergelar Prabu Belgedhuwel Beh. Nama gelar tersebut adalah akronim dari sugih blegedhu rakyate dhedel dhuwel kabeh (raja yang kaya raya tapi rakyatnya compang camping semua).
Pada mulanya Sang Petruk adalah seorang punakawan, pemomong yang suka memberi nasihat, suka berunjuk rasa, suka protes, suka berdebat, suka mengkritik dengan argumentasi muluk-muluk, dan suka menggerakan massa. Namun, saat ia diberi kekuasaan ternyata hanya memikirkan dirinya sendiri, mementingkan kepentingan pribadinya sendiri dengan menumpuk kekayaan, korupsi besar-besaran, sedangkan rakyatnya dibiarkan keleleran dalam perangkap kemiskinan. Terjadilah kesenjangan sosial yang terbentang lebar antara pejabat dan rakyat. Raja dan pejabat negara hidup bergelimangan harta sedangkan rakyatnya miskin dan papa.
Sama dengan Ranggawarsita, melalui karyanya Petruk dadi Ratu, Tjan Tjoe Han menunujukkan sebuah fenomena sosial yang sampai sekarang boleh jadi tetap hadir di sekeliling kita. Dari naskah itu pula dapat kita lihat sebuah trik politik yang mengatasnamakan rakyat sehingga dapat meraih kekuasaan namun justru melupakan rakyatnya. Penggambaran ini merupakan potret yang nyata dalam jagat perpolitikan kita. Lihat saja, para penguasa, baik itu birokrasi maupun legeslatif, saat mengampayekan dirinya acap kali mengatasnamakan rakyat bahkan menjadikan rakyat sebagai isu sentral politiknya, namun saat telah berhasil merebut dan menggenggam kekuasaan ia segera melupakan rakyat, bahkan menggerogoti rakyatnya dengan rakus. 

Cerita Petruk dadi Ratu sesungguhnya sebuah kritik terhadap perilaku dan mentalitas para pemimpin yang lupa diri akan asalmuasal diri dan kewajibannya sebagai pemimpin. Cerita ini sesungguhnya menjadi kritik dan oto kritik yang selalu relevan dalam tiap zaman sekaligus mengingatkan bahwa kita harus selalu mawas diri sekaligus tidak mengkhianati jati diri dan asal muasal.

Yang paling penting: semoga kita tidak menjadi salah satu dari petruk-petruk itu atau kita salah memilih Petruk dalam pilkada yang sebentar lagi akan digelar di tengah-tengah pagebluk ini!

Tjahjono Widarmanto, Penulis adalah esais, sastrawan Indonesia kelahiran Ngawi.
Bukunya Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak menerima
Anugerah buku puisi terbaik Tingkat Nasional 2016 dan bukunya yang lain Perbincangan Terakhir dengan Tuan Guru (2018) dan Kitab Ibu dan Kisah Hujan (2019) menjadi buku terpuji versi HPI 2018 dan 2019.

BACAJUGA

No Content Available
ShareTweetSendShare

Related Posts

Ilustrasi keberingasan Kapitaslime

Kapitalisme Lahir Karena Indonesia

8 jam ago
Artidjo Alkostar, (antara foto)

Artidjo Alkostar Kyai Hakiki, bukan Asesori

2 hari ago
Rusdianto Samawa, Tinjau Lokasi pembibitan benih bening Lobster

KKP Belum Memberi Perlindungan untuk Nelayan Lobster

6 hari ago
Foto: kompas.com/Nansianus Taris

Bagaimana Jokowi Bisa Ditahan?

1 minggu ago
Deklarasi Pemuda dan Mahasiswa untuk kabupaten kepulauan Sumenep pada tahun 2016

Menunggu Sumenep dalam Pertanyaan?

2 minggu ago
Ilustrasi: Derrida dalam sampul buku Muhommad Al Hayad

Orang yang Masuk Surga Pertama adalah Perokok

2 minggu ago
Load More
Next Post

Wagub Dorong Penguatan Data Kemiskinan Terpadu di NTB

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Ilustrasi keberingasan Kapitaslime
Fokus

Kapitalisme Lahir Karena Indonesia

05/03/2021
Demo GMNI Sumenep Tolak penambangan Fosfat di depan gedung DPRD Sumenep
Berita

GMNI Sumenep: Penambangan Fosfat Sebabkan Banjir

05/03/2021
Foto : Ketua Pansus Perda Desa Wisata, Lalu Hadrian Irfani (LHI) bersama rombongan saat memimpin kunjungan kerja ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur
Berita

Pansus Desa Wisata DPRD NTB Gali Tata Pengembangan Desa Wisata ke Jatim

05/03/2021
Berita

Mobil Bergambar Soengkono dan Kesaksian Satpam BPRS Selama 11 Tahun Bekerja

05/03/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.