Bernegara Itu Masalah Nyali

Rasyiqi
By Rasyiqi
4 Min Read
Ilustrasi gambar: 101red.com
Ilustrasi gambar: 101red.com

jfID – Dalam berita terakhir tentang peningkatan ekonomi dan masalah covid, banpres sudah mencapai angka 13 triliun. Kalimat dalam Head Line media ini cukup mencetarkan otak nakal saya.

Pertanyaan sederhana muncul, kenapa kalau bantuan di sebut Bantuan Presiden sementara kalau hutang dikatakan Hutang Negara?

Kenapa ngak dibalik? Bantuan Negara pada saat memberikan stimulus dan hutang presiden pada saat pemerintah memilih meminjam pada lembaga donor.

Sehingga ketika sudah tidak jabat, dia masih harus tanggungjawab Hutang yang dibuatnya.

Bener deh, ini perlu nyali memang merubah negara ini, kalau saya karena sontoloyo dan sangat cinta NKRI, berani mengatakan Hutang Presiden dan bantuan negara yang akan dilakukan.

Garansi, kalau ada hutang yang saya ambil sebagai pemimpin maka selesai masa tugas jabatan saya lunasi. Pasti!

Tetapi beban hutang pejabat sebelumnya senilai berapa saat ini yang 5000 trliun kali ya, ya saya tidak akan mau bayarin. Piye jal lek iki kita buat deal. Wani ora?

Pasti pada ngak punya biji, lebih baik jangan pilih Mardigu jadi presiden, ambyar mantan pejabat semua.

Tapi tenang, ngak akan orang sontoloyo begini dipilih. Saat ini aja buzzerp bukan hanya nyelip di komen, tetapi sudah ditarget, dibuat landing page, chanel youtube, blog khusus buat nyerang bossman. Kereeeeen, si sontoloyo mulai di perhitungkan.

Mungkin si bossman ini adalah sedikit manusia yang di benci buzzerp tetapi di cintai, kenapa di cintai? Karena anggaran influencer dan buzzerp naik drastis khusus untuk menyerang bossman.

Bayangakn kalau sekarang pertahun berapa tuh, hampir 100 milyar ya, lalu naik 150 milyar misalnya.

Huiiih, sontoloyo untuk dibungkam, negara mengelurakan budget loh. Kereeennn. Itu baru namanya kompetisi.

Semakin banyak buzzerp itu penting, artinya kita ditakuti. Singa tua luka ternyata di takuti. Lumayan buat seseorang yang mencintai negara dengan cara lain dibilang salah. Lumayan tahu betapa hausnya pejabat sekarang berkuasa. Jadi tahu arti demokrasi di Indonesia ternyata hanya di bibir.

Apa karena banyak pejabat saat ini sudah kena Pygmalion syndrome” kali ya? Sehingga posesif akan jabatanya, jabatannya ini dilindunginya seakan miliknya abadi, di bawa sampai mati.

Wahai sahabat milenial dan zoomer tahu apa pygmalion syndrome? Ok saya ceritakan sedikit muasalnya.

Ini sedikit hikayat Yunani, ada seorang pematung kenamaan bernama Pygmalion. Suatu hari dia membuat patung wanita yang indah dari sebuah gading. Wanita cantik. Ternyata saking cantiknya dia jatuh cinta pada patung tersebut. Dia perhatikan, dia lihatin dia sempurnakan dan dia kemudian berdoa dengan kencang meminta kepada dewa agar patung ini bisa hidup.

Pygmalion berdoa amat sangat tulus dan menggetarkan hingga jagad dewa pun akhirnya menyetujui dan turunlah dewi Aphrodite dalam sebuah malam persembahan dan menghidupkan patung indah tersebut menjadi wanita cantik bernama Galatea. Dan mereka pun menikah.

Pymalion sangat protektif terhadap Galatea hingga akhirnya menyengsarakan dirinya sendiri.

Begitulah pejabat kalau terkena pygmalion syndrome. Sindrom ini akan memprotek Galatea nya sehingga tidak melihat kecantikan di tempat lainya, sehingga tidak bisa melihat karya lainnya. Bahkan fansnya pygmalion pun terpesona dengan Galatea tadi juga ikut memuja mahluk jadi jadian tadi.

Semoga ini hanya dongeng sontoloyo, namun cukuplah untuk jadi bahan menaikkan anggaran buzzerp. Dari pada nanti para pengemar sadar bahwa Galatea itu semu di posesifin pygmalion yang ingin hidup selamanya dengan cinta terpasung. #peace

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article