Alat Tawar yang Membuat Indonesia Menang

Rasyiqi
By Rasyiqi
6 Min Read

jfid – Salah satu yang diperlukan oleh bangsa negara ini satu lagi adalah re-draw map. Menarik gambar ulang peta nasional, bernegara dan berbangsa. Buat BRI, buat maga, yang aplikatif jangan normatif atau utopia.

Misalnya kata adil makmur, musyawarah mufakat, dua kata itu seakan hilang dalam prakteknya. Saat ini kita seakan tidak pernah musyarwarah lagi. Kemufakatan hanya terjadi hanya dengan menggunakan voting, suara terbanyak.

Kata adil makmur terpisah, makmur tetapi tidak adil.

Semua itu bisa dibenahi dengan cepat kalau kita membuat platform bernegara yang diawali dengan Big Vision visi besar bangsa atau Nation Interest.

Sekali lagi, kita tanya, kebanyak orang. Pertanyaan terbuka, pak ojol Indonesia kedepan mau kemana sih? Bu warteg Indonesia kedepan mau kemana ya? Pak  dosen guru besar Indonesia mau kemana kedepannya? Jendral bintang dua polisi kita tanya, Indonesia mau kemana ya?

Anggota DPR pusat kita tanya Indonesia mau kemana? Menteri menjabat sekarang, sebenarnya Indonesia mau kemana sih ya? Kita tanya oligarki saat ini, Indonesia menurut anda mau kemana arahnya? Kita tanya guru SD, kita tanya tukang jaga rel kereta api, kita tanya nelayan motor tempel 1, kita petani penggarap sawah orang, kita tanya penyadap karet, kita tanya peladang, pertanyaan yang sama.

Sama ngak jawabnya kira kira? Kalau beda, ada masalah berbangsa saat ini!

Kalau di tanya jujur menurut saya, hanya 2 presiden Indonesia memberikan nation interest yang clean clear, pak Karno dengan kemerdekaan, anti imperialisme dan Indonesia menjadi pemain global, pak Harto dengan REPELITA.

Disinilah kita ingin mengingatkan, tentang penting memiliki nation interest.

Untuk membuat nation interest kita harus punya platform bernegara, untuk melaksanakan P.B.N.U yaitu Pancasila, Bhineka tunggal ika, NKRI berdaulat, dan UUD 45.

Kalau Tiongkok punya BRI, kalau Trump punya MAGA maka kita bangun dua hal yaitu kedalam kita punya “jalur rempah” yang akan membuat adil makmur nusantara, keluar. Kita bangun jalur metal atau jalur logam, untuk kekuatan diplomasi dan kekuatan perang (warfare) sebagai global player.

Maaf lompat sebentar mumpung keinget, kalau kita dapat mandat maka kementerian pertahanan atau defence ministery akan kita ubah menjadi kemetrian perang atau ministey of war, bukan DOD departement of defence tetapi departemen of war.

Menteri perang nya sangar, jabatan di bawahnya ada panglima TNI dan Kapolri.

Menteri itu adalah jabatan politik, panglima TNI dan Kapolri jabatan operasional. Trident trisula ini akan jadi kekuatan diplomatik yang sangat di segani di asean, dan wilayah indo pasific.

Untuk kekuatan shadow nya akan di bangun CIA nya Indonesia di bawah kementrian ini di mana BAIS dan BAINTELKAM Polri di bawah PUSAT INTELIJEN INDONESIA Indonesia ini, PII.

BIN adalah FBI nya Indonesia usernya presiden.

Keduanya bertemu di NSC national security & defence council versi Indonesia, MAN IN BLACK nya versi Indonesia. Jadi semua satu suara, satu arah, seiring sejalan. Indonesia berdaulat.

Kembali ke topik, sebagai bukti untuk membangun power atau kekuatan diplomasi maka dengan SDA yaitu thorium, kita bangun reaktor thorium untuk PLTN, listrik tenaga nuklir berbahan baku thorium 10.000 Mega watt, di kepulauan Bangka Belitung, dimana listriknya diberikan ke Singapura dan Malaysia 60% nya dengan harga sangat murah!

Disisi balikannya, Singapura membuka semua dokumen bank rekening warga Indonesia di Singapura. Untuk Malaysia kita akan bagi hasil untuk memajaki atau memberikan asuransi keselamatan kebersihan selat malaka.

Listrik Indonesia akan murah karena tidak pakai batubara lagi, 80% listrik Indonesia berbasis throrium dalam waktu 20 tahun kedepan.

Perusahaan tambang asing di Indonesia bukan lagi berdasar gross split, bukan lagi pakai KK kontrak karya, tetapi pakai kontrak produksi.

Di bayar negara, dalam hal ini BUMNK SKK minerba.

Di dunia tambang ini kita hanya menambang untuk menyuplai domestik market obligation. Dimana kita punya industri turunan dari tambang mineral tadi, smelter samapai refining atau oxide atau punya domestik supplus chainnya, dimana hasil akhir seperti besi, batere, adalah milik perusahaan lokal.

Tidak akan pernah lagi menjual TANAH AIR. Batubara misalnya, tidak ada lagi yang di eksport mentahan. Jadikan sin gas  atau methanol dan indutri  kimia turunan lainnya.

Ini semua kalau dikerjakan akan membuat Indonesia negara berkekuatan tawar tertinggi di dunia. Semoga tidak hanya mementingkan FDI asing ke Indonesia sehingga melupakan kekuatan sendiri. Jujur, kita takut SDA nya habis bukan sebagai power alat tawar tapi buat cari makan. #pecae.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article