jfid – Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini menyerang sekitar 390 juta orang setiap tahunnya dan menyebabkan kematian sekitar 25.000 orang.
Di Indonesia, DBD telah menjadi penyakit endemik yang selalu menjadi tantangan kesehatan masyarakat, terutama di daerah tropis.
Salah satu upaya untuk mengendalikan penyebaran DBD adalah dengan menggunakan nyamuk Wolbachia, yaitu nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi oleh bakteri Wolbachia.
Bakteri ini dapat melumpuhkan virus dengue, sehingga nyamuk yang menggigit orang yang terinfeksi tidak akan menularkan virus tersebut ke orang lain.
Nyamuk Wolbachia juga dapat mengurangi kemampuan nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak, sehingga populasi nyamuk dapat menurun.
Nyamuk Wolbachia merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh The World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, yang dipimpin oleh Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D.
Penelitian ini bernama Aplikasi Wolbachia dalam Eliminasi Dengue (AWED), yang bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran nyamuk Wolbachia dapat mengurangi kejadian DBD di daerah yang dirawat dibandingkan dengan daerah yang tidak dirawat.
Penelitian ini menggunakan desain studi epidemiologi baru, yaitu uji coba desain negatif cluster-acak, di mana kasus DBD dan kontrol arbovirus-negatif diambil sampelnya secara bersamaan.
Dari antara pasien demam yang datang ke jaringan klinik perawatan primer, dengan status kasus atau kontrol diklasifikasikan secara retrospektif, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium diagnostik.
Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, dengan area studi seluas 26 km2 yang dibagi menjadi 24 cluster yang berdekatan, yang dialokasikan secara acak 1:1 untuk menerima penyebaran Wolbachia atau tanpa intervensi.
Penyebaran nyamuk Wolbachia dilakukan dengan cara melepaskan nyamuk jantan dan betina yang terinfeksi Wolbachia ke lingkungan.
Sehingga mereka dapat kawin dengan nyamuk lokal dan menghasilkan keturunan yang juga terinfeksi Wolbachia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran nyamuk Wolbachia terbukti efektif dalam menurunkan kasus DBD. Di daerah yang dirawat dengan nyamuk Wolbachia, kejadian DBD menurun sebesar 77,1% dibandingkan dengan daerah yang tidak dirawat. Selain itu, keparahan DBD juga menurun sebesar 86,2% di daerah yang dirawat.
Penelitian ini merupakan penelitian pertama di dunia yang membuktikan efektivitas nyamuk Wolbachia dalam mencegah DBD di lapangan.
Penelitian ini juga mendapat dukungan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyebut nyamuk Wolbachia sebagai salah satu dari 10 inovasi kesehatan global.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan harapan baru untuk mengatasi masalah DBD di Indonesia dan negara-negara lain yang terdampak oleh penyakit ini.