jfid – Dalam kampanye presidennya, Saeed Jalili menekankan konsep “velayat-e faqih” atau “pengawasan ulama” sebagai dasar ideologis dan legitimasi kekuasaan.
Jalili berusaha menarik dukungan dari berbagai kalangan di Iran dengan mempromosikan dominasi ulama dalam pemerintahan, kesetiaan kepada Ayatollah Ali Khamenei, sikap anti-Barat, dan mempertahankan nilai-nilai tradisional Iran.
Konsep “velayat-e faqih” menjadi pusat perhatian dalam kampanye Saeed Jalili. Sebagai kandidat yang dikenal setia kepada Ayatollah Ali Khamenei, Jalili menggunakan ideologi ini untuk menekankan pentingnya peran ulama dalam pemerintahan Iran.
“Velayat-e faqih” adalah konsep yang diperkenalkan oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, pendiri Republik Islam Iran, yang menegaskan bahwa ulama harus memegang otoritas tertinggi dalam menjalankan pemerintahan.
Dr. Farhad Rezaei, seorang peneliti di Pusat Studi Iran, menjelaskan, “Konsep ‘velayat-e faqih’ tidak hanya memberikan legitimasi kepada ulama untuk memerintah, tetapi juga memastikan bahwa keputusan politik dan hukum sejalan dengan ajaran Islam yang diinterpretasikan oleh para ulama” .
Dengan menjadikan “velayat-e faqih” sebagai landasan kampanyenya, Jalili berharap bisa menarik dukungan dari kalangan konservatif yang percaya pada dominasi ulama dalam pemerintahan.
Saeed Jalili tidak hanya menekankan pentingnya “velayat-e faqih” sebagai dasar ideologis, tetapi juga menunjukkan kesetiaannya kepada Ayatollah Ali Khamenei.
Dalam setiap kesempatan, Jalili menegaskan bahwa dirinya adalah pelaksana setia kebijakan Khamenei dan berkomitmen untuk menjalankan visi pemimpin tertinggi tersebut.
Dalam sebuah wawancara, Jalili menyatakan, “Khamenei adalah pemimpin yang membimbing kita menuju jalan yang benar, dan saya berjanji untuk selalu mengikuti arahannya” .
Pernyataan ini mencerminkan betapa pentingnya kesetiaan kepada Khamenei bagi Jalili, yang berharap dapat memperoleh dukungan dari para pendukung setia Khamenei yang jumlahnya signifikan di Iran.
Salah satu aspek penting dari kampanye Jalili adalah sikap anti-Barat yang kuat. Jalili menekankan bahwa Iran harus mandiri dan tidak tunduk pada tekanan atau pengaruh dari negara-negara Barat.
Menurut Jalili, “Pengaruh Barat hanya akan merusak nilai-nilai kita dan mengganggu stabilitas negara. Kita harus berdiri teguh dan mempertahankan kedaulatan kita” .
Sikap anti-Barat ini sejalan dengan pandangan Khamenei yang seringkali mengkritik kebijakan negara-negara Barat terhadap Iran.
Dengan mengadopsi sikap ini, Jalili berharap bisa memperkuat citranya sebagai pemimpin yang tegas dan tidak akan menyerah pada tekanan asing, yang merupakan kualitas yang dihargai oleh banyak warga Iran.
Selain menekankan pentingnya peran ulama dan sikap anti-Barat, Jalili juga menekankan kesetiaannya pada nilai-nilai tradisional Iran.
Dia sering kali berbicara tentang pentingnya mempertahankan budaya dan identitas nasional yang kaya akan sejarah dan tradisi.
“Kita harus menjaga dan melestarikan warisan budaya kita. Ini adalah identitas kita dan kita harus bangga dengan itu” kata Jalili dalam salah satu pidatonya .
Dengan menekankan pentingnya nilai-nilai tradisional, Jalili berharap dapat menarik dukungan dari kalangan yang merasa bahwa modernisasi yang berlebihan dan pengaruh budaya asing dapat merusak identitas nasional Iran.
Hal ini menjadi salah satu poin penting dalam kampanyenya, terutama di kalangan pemilih yang konservatif dan nasionalis.
Dalam kampanyenya, Saeed Jalili menggunakan konsep “velayat-e faqih” sebagai dasar ideologis yang kuat untuk menarik dukungan dari berbagai kalangan di Iran.
Dengan menekankan dominasi ulama, kesetiaan kepada Ayatollah Ali Khamenei, sikap anti-Barat, dan kesetiaan pada nilai-nilai tradisional, Jalili berusaha menunjukkan bahwa dirinya adalah pilihan terbaik untuk memimpin Iran di masa depan.
Namun, apakah pendekatan ini akan berhasil atau tidak, masih harus dilihat. Jalili menghadapi tantangan besar dari kandidat lain yang mungkin menawarkan visi yang berbeda untuk masa depan Iran.
Tetapi satu hal yang pasti, “velayat-e faqih” akan terus menjadi topik yang sangat penting dalam politik Iran, dan peran ulama dalam pemerintahan akan tetap menjadi isu yang diperdebatkan dengan sengit.