jfid – KH Marzuki Mustamar, ulama yang dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad di Malang, Jawa Timur, mendapat pemberhentian dari jabatan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.
Surat keputusan pemberhentian tersebut ditandatangani oleh empat petinggi PBNU, yaitu Ketum KH Yahya Cholil Staquf, Sekjen H Saifullah Yusuf, Rais Aam KH Miftachul Akhar, dan Katib Aam KH Akhmad Said Asrori.
Surat keputusan tersebut berisi alasan pemberhentian Marzuki, yang didasarkan pada evaluasi atas beberapa tindakan dan pernyataan Marzuki yang dinilai tidak sesuai dengan tujuan dan ketentuan NU.
Selain itu, surat tersebut juga menyebutkan bahwa Rais Syuriyah PWNU Jatim telah mengusulkan pemberhentian Marzuki kepada PBNU. Surat tersebut ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Desember 2023.
Marzuki, yang terpilih sebagai Ketua PWNU Jatim pada tahun 2018, merupakan sosok yang cukup kontroversial di kalangan NU. Ia dikenal sebagai ulama yang tegas dan lugas dalam menyampaikan pendapatnya, terutama terkait isu-isu politik dan kebangsaan.
Ia juga pernah viral karena memimpin prosesi baiat Ustaz Hanan Attaki yang resmi menjadi warga NU, sekaligus dijadikan guru oleh Ustaz Hanan Attaki.
Beberapa pernyataan Marzuki yang menuai kritik antara lain adalah ketika ia menolak mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristen, ketika ia mengkritik pemerintah yang dinilai tidak adil dalam menangani pandemi COVID-19, dan ketika ia mengungkapkan dukungannya kepada Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.
Pemberhentian Marzuki dari Ketua PWNU Jatim menimbulkan berbagai reaksi dari warga NU dan masyarakat luas. Ada yang mendukung keputusan PBNU, ada yang menyayangkan, dan ada juga yang menilai ada motif politik di baliknya.
Marzuki sendiri buka suara terkait pencopotan tersebut. Ia mengaku tidak keberatan dan menghormati keputusan PBNU. Ia juga mengucapkan terima kasih atas pengabdian dan kepercayaan yang diberikan kepadanya selama ini.
Meski demikian, Marzuki juga menegaskan bahwa ia tidak akan berhenti berjuang untuk kepentingan umat dan bangsa. Ia mengatakan bahwa ia akan tetap menjadi bagian dari NU dan mengabdi kepada masyarakat.
Ia juga berharap agar NU tetap menjadi organisasi yang besar, kuat, dan berwibawa, serta tidak terpengaruh oleh kepentingan politik apapun.