jfid – Perselingkuhan adalah salah satu masalah yang sering menghantui hubungan percintaan dan pernikahan.
Meskipun semua orang sepakat bahwa perselingkuhan adalah perbuatan yang salah, tetapi nyatanya banyak orang melakukannya.
Bahkan, beberapa kasus perselingkuhan yang terjadi baru-baru ini menunjukkan bahwa pelakunya adalah orang-orang yang memiliki karir dan pasangan yang mentereng.
Misalnya, kasus perselingkuhan antara dosen dan mahasiswi UIN Lampung, atau antara dokter dan mahasiswa Unhas Makassar. Lantas, apa yang menyebabkan orang-orang seperti itu berselingkuh? Bagaimana analisisnya secara teori dan ilmiah?
Apa itu Perselingkuhan?
Secara umum, perselingkuhan dapat didefinisikan sebagai perilaku yang melanggar kontrak atau kesepakatan yang dimiliki antara pasangan. Kontrak atau kesepakatan tersebut dapat bersifat eksplisit atau implisit, formal atau informal, verbal atau nonverbal.
Perselingkuhan dapat meliputi berbagai bentuk perilaku, seperti hubungan seksual dengan orang lain, keintiman emosional dengan orang lain, cybersex, melihat pornografi, berciuman, bergandengan tangan, dan sebagainya.
Perselingkuhan dapat terjadi baik dalam hubungan pacaran maupun pernikahan.
Mengapa Orang Berselingkuh?
Menurut psikologi, sebagian besar orang berselingkuh disebabkan karena beberapa aspek dalam hubungan mereka dengan pasangan utama tidak memenuhi ekspektasi atau dengan kata lain merasa tidak puas.
Aspek-aspek tersebut dapat meliputi kebutuhan seksual, afeksi, percakapan, keterbukaan, komitmen finansial, komitmen keluarga, rekreasi bersama, penampilan pasangan, dukungan domestik, dan kekaguman.
Ketika salah satu atau beberapa aspek tersebut tidak terpenuhi oleh pasangan utama, maka orang tersebut cenderung mencari pemenuhan dari orang lain.
Selain itu, ada juga faktor-faktor lain di luar hubungan yang dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk berselingkuh. Beberapa faktor tersebut adalah:
Faktor biologis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada kaitan antara genetika dan hormon dengan perilaku seksual.
Misalnya, ada gen tertentu yang berhubungan dengan tingkat dopamin (neurotransmiter yang berperan dalam rasa senang) yang dapat mempengaruhi tingkat kecanduan seksual.
Selain itu, hormon testosteron juga dapat mempengaruhi gairah seksual dan agresivitas.
Faktor sosial. Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang terhadap perselingkuhan.
Misalnya, budaya yang lebih toleran terhadap perselingkuhan dapat membuat seseorang merasa lebih mudah untuk berselingkuh.
Selain itu, pengaruh teman-teman atau media sosial juga dapat mempengaruhi persepsi seseorang tentang norma dan standar hubungan.
Faktor situasional. Kesempatan atau peluang juga dapat mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk berselingkuh.
Misalnya, ketika seseorang berada jauh dari pasangannya karena pekerjaan atau pendidikan, maka ia lebih rentan untuk tergoda oleh orang lain. Selain itu, ketika seseorang mengalami stres atau krisis dalam hidupnya, maka ia juga lebih cenderung untuk mencari pelarian atau penghiburan dari orang lain.
Bagaimana Dampak Perselingkuhan?
Perselingkuhan dapat menimbulkan dampak negatif bagi semua pihak yang terlibat. Dampak tersebut dapat meliputi:
Dampak psikologis. Perselingkuhan dapat menyebabkan rasa sakit, marah, kecewa, bersalah, cemburu, depresi, dan trauma bagi pasangan yang dikhianati. Perselingkuhan juga dapat menurunkan harga diri, kepercayaan diri, dan kepercayaan terhadap pasangan atau orang lain. Selain itu, perselingkuhan juga dapat mengganggu kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis bagi pelaku perselingkuhan.
Dampak sosial. Perselingkuhan dapat merusak hubungan antara pasangan, keluarga, teman, dan masyarakat. Perselingkuhan dapat menyebabkan konflik, pertengkaran, kekerasan, perceraian, atau perpisahan. Perselingkuhan juga dapat mempengaruhi kesejahteraan anak-anak yang menjadi korban dari perselingkuhan orang tuanya. Selain itu, perselingkuhan juga dapat menimbulkan stigma sosial dan hukum bagi pelaku perselingkuhan.
Dampak fisik. Perselingkuhan dapat membahayakan kesehatan fisik bagi pelaku dan pasangan mereka. Perselingkuhan dapat meningkatkan risiko penularan penyakit menular seksual (PMS), seperti HIV/AIDS, sifilis, gonore, klamidia, herpes, dan lain-lain. Perselingkuhan juga dapat menyebabkan gangguan tidur, nafsu makan, berat badan, tekanan darah, sistem kekebalan tubuh, dan fungsi seksual.
Bagaimana Cara Mencegah atau Mengatasi Perselingkuhan?
Perselingkuhan adalah masalah yang kompleks dan tidak mudah untuk dicegah atau diatasi. Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pasangan untuk mengurangi risiko atau dampak perselingkuhan. Beberapa langkah tersebut adalah:
Meningkatkan komunikasi. Komunikasi yang baik adalah kunci untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat. Pasangan harus saling berbicara secara terbuka, jujur, dan saling mendengarkan tentang perasaan, kebutuhan, harapan, masalah, dan solusi mereka. Pasangan juga harus saling memberi umpan balik positif, pujian, penghargaan, dan dukungan.
Meningkatkan keintiman. Keintiman adalah salah satu faktor penting yang dapat mempererat ikatan antara pasangan. Keintiman tidak hanya meliputi hubungan seksual, tetapi juga keintiman emosional, intelektual, spiritual, dan fisik. Pasangan harus saling mengekspresikan cinta, kasih sayang, perhatian, sentuhan, dan kehangatan.
Meningkatkan komitmen. Komitmen adalah salah satu faktor yang dapat menurunkan kemungkinan seseorang untuk berselingkuh. Komitmen adalah kesadaran dan kesediaan untuk menjaga hubungan dengan pasangan meskipun ada godaan atau tantangan. Pasangan harus saling menghormati, setia, bertanggung jawab, dan berbagi nilai-nilai yang sama.
Meningkatkan kualitas hidup. Kualitas hidup adalah salah satu faktor yang dapat meningkatkan kepuasan dalam hubungan.
Kualitas hidup meliputi kesehatan fisik dan mental, keseimbangan kerja dan keluarga, hobi dan minat pribadi, rekreasi dan relaksasi bersama. Pasangan harus saling menjaga kesehatan tubuh dan jiwa mereka sendiri dan bersama-sama.
Mencari bantuan profesional. Bantuan profesional adalah salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pasangan yang mengalami masalah dalam hubungan mereka akibat perselingkuhan.
Bantuan profesional dapat berupa konseling pernikahan atau terapi pasutri yang dilakukan oleh psikolog atau konselor profesional.
Bantuan profesional dapat membantu pasangan untuk mengidentifikasi penyebab dan dampak perselingkuhan serta mencari cara untuk memperbaiki atau mengakhiri hubungan mereka.