Nyamuk Wolbachia, Inovasi dari UGM untuk Cegah DBD yang Ditemukan oleh Profesor Scott O’Neill

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
4 Min Read
Nyamuk Wolbachia: Harapan Baru Atau Ancaman Lama?
Nyamuk Wolbachia: Harapan Baru Atau Ancaman Lama?

jfid – Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menimbulkan ancaman kesehatan global. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya terdapat sekitar 390 juta orang yang terinfeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan sekitar 25.000 orang di antaranya meninggal dunia.

Di Indonesia, DBD telah menjadi penyakit endemik yang menyebar di hampir seluruh wilayah. Hingga Juli 2023, terdapat 22.888 kasus DBD di Daerah Istimewa Yogyakarta, 129 di antaranya meninggal dunia.

Untuk mengatasi masalah ini, sebuah tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dipimpin oleh Profesor dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D, mengembangkan sebuah inovasi yang disebut dengan teknologi Wolbachia.

Teknologi ini merupakan bagian dari program World Mosquito Program (WMP) yang bertujuan untuk menggantikan populasi nyamuk Aedes aegypti yang dapat membawa virus dengue dengan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi bakteri Wolbachia.

Ad image

Bakteri Wolbachia adalah bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda, termasuk nyamuk, dan dapat menghambat penularan virus dengue dari nyamuk ke manusia.

Teknologi Wolbachia ditemukan oleh Founder dan Direktur WMP Global, Profesor Scott O’Neill, pada tahun 2008. Setelah melakukan ribuan kali percobaan, Profesor O’Neill berhasil mengisolasi Wolbachia dari Drosophila melanogaster (lalat buah) ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti.

Dengan cara ini, nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi Wolbachia dapat berkembang biak dengan nyamuk Aedes aegypti yang tidak terinfeksi, dan menurunkan sifat Wolbachia kepada keturunannya.

Dengan demikian, populasi nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi Wolbachia akan meningkat, dan populasi nyamuk Aedes aegypti yang dapat membawa virus dengue akan menurun.

Tim peneliti UGM yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, DIY, telah menjalankan program Wolbachia Nyamuk Aman Cegah DBD atau Si Wolly Nyaman sejak tahun 2011.

Program ini melibatkan masyarakat sebagai orangtua asuh yang menitipkan telur nyamuk ber-Wolbachia di rumah atau fasilitas umum mereka.

Telur nyamuk ber-Wolbachia diganti setiap dua minggu sekali dalam periode enam bulan, hingga persentase Wolbachia mencapai 60 persen atau lebih di suatu wilayah.

Hasil uji efikasi Wolbachia yang telah selesai pada Agustus 2020 menunjukkan bahwa teknologi ini berhasil menurunkan kasus DBD hingga 77 persen di wilayah yang diterapkan, dibandingkan dengan wilayah kontrol yang tidak diterapkan.

Selain itu, teknologi ini juga terbukti aman, murah, dan berkelanjutan, tanpa menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Atas prestasinya ini, Profesor Adi Utarini masuk dalam daftar 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia 2021 versi majalah Time, dalam kategori Pionir, bersanding dengan sejumlah tokoh, antara lain penyanyi Billie Eilish dan atlet senam Sunisa Lee.

Profesor Adi Utarini mengatakan bahwa penghargaan ini merupakan apresiasi, penghargaan, dan semangat bagi seluruh tim WMP Yogyakarta yang telah bekerja keras selama bertahun-tahun.

Teknologi Wolbachia merupakan salah satu contoh inovasi dari UGM untuk kemanusiaan, yang dapat memberikan solusi bagi masalah kesehatan global yang dihadapi oleh Indonesia dan dunia.

Dengan teknologi ini, diharapkan dapat mengurangi beban penderitaan dan kematian akibat DBD, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Share This Article