jfid – Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, menjadi sorotan publik setelah maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.
Namun, bukan dukungan atau simpati yang ia dapatkan, melainkan kritik dan cibiran yang menyebutnya sebagai “nepo baby”.
Apa arti julukan tersebut? Mengapa Gibran mendapatkannya? Dan bagaimana dampaknya bagi kredibilitas dan karir politiknya?
Apa Itu Nepo Baby?
Nepo baby adalah singkatan dari nepotism baby, yang artinya bayi nepotisme. Istilah ini merujuk kepada keistimewaan yang diterima para anak-anak dari orang tua yang sudah terkenal, terutama di bidang politik, hiburan, atau bisnis.
Nepotisme sendiri adalah praktik mengunggulkan seseorang dalam hal pekerjaan atau kesempatan, bukan karena kemampuannya tetapi hanya karena identitasnya.
Oleh karena itu, nepo baby cenderung memiliki stigma negatif dan merendahkan seseorang yang disematkan istilah tersebut.
Istilah nepo baby pertama kali dipopulerkan oleh majalah New York Magazine pada Desember 2022, dalam sebuah esai yang mengulas fenomena anak-anak artis Hollywood yang menembus industri perfilman tanpa bakat yang mumpuni.
Sejak itu, istilah ini sering digunakan untuk menyindir atau mengkritik orang-orang yang dianggap sukses karena orang tuanya.
Mengapa Gibran Dijuluki Nepo Baby?
Gibran Rakabuming Raka menjadi salah satu contoh nepo baby di Indonesia, terutama setelah ia mencalonkan diri sebagai cawapres. Banyak yang menilai bahwa pencalonannya didasari oleh gerakan nepotisme yang dibangun oleh Presiden Jokowi, ayahnya.
Gibran juga dituding tidak memiliki pengalaman politik yang banyak, selain dua tahun menjabat sebagai wali kota Surakarta di Jawa Tengah. Ia pun dianggap mengikuti jejak ayahnya yang sebelumnya pernah menjabat sebagai wali kota di kota yang sama.
Kontroversi dan julukan nepo baby semakin melejit usai keputusan Mahkamah Konstitusi pada Oktober 2023, yang membuat adanya kelonggaran syarat usia minimum untuk calon presiden dan calon wakil presiden.
Keputusan ini diduga menguntungkan Gibran yang saat itu baru berusia 33 tahun, sedangkan syarat usia minimum sebelumnya adalah 35 tahun.
Media asing pun turut menyoroti pencalonan Gibran, terutama Al Jazeera yang memberikan julukan nepo baby kepada Gibran dalam sebuah artikel yang terbit pada 22 Desember 2023.
Artikel ini mengulas debat cawapres yang diikuti oleh Gibran, dan menyoroti tudingan tentang kurangnya pengalaman dan nepotisme yang menyertainya.
Bagaimana Dampaknya bagi Gibran?
Julukan nepo baby tentu saja tidak menyenangkan bagi Gibran, yang berusaha membuktikan kemampuan dan kredibilitasnya sebagai cawapres.
Ia pun menepis tudingan tersebut dengan mengatakan bahwa ia tidak meminta pencalonannya, melainkan ditawari oleh Prabowo Subianto.
Gibran juga mengklaim bahwa ia memiliki visi dan misi yang jelas untuk memajukan Indonesia, terutama di bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.
dia mengaku ingin melanjutkan program-program yang telah dilakukan oleh Presiden Jokowi, tetapi dengan cara dan gaya yang berbeda.
Namun, julukan nepo baby juga bisa menjadi tantangan dan motivasi bagi Gibran untuk menunjukkan bahwa ia bukan sekadar anak presiden, melainkan sosok yang berkompeten dan berintegritas.
gibran pun harus mampu menjawab kritik dan pertanyaan yang diajukan oleh publik, media, dan lawan politiknya dengan cerdas dan santun.
Gibran juga harus membangun kepercayaan dan simpati dari masyarakat, terutama dari kalangan pemilih muda yang kritis dan cerdas.
Ia harus menawarkan solusi dan gagasan yang konkret dan realistis, bukan sekadar janji-janji manis yang tidak berdasar.
Dengan demikian, Gibran bisa membuktikan bahwa ia bukan nepo baby, melainkan calon pemimpin yang layak dipilih.