Kuota Pembelian Tembakau Virginia oleh Perusahaan Rokok, Merugikan Petani

Rasyiqi
By Rasyiqi
3 Min Read
Budidaya Tembakau Virginia (foto: Istimewa)
Budidaya Tembakau Virginia (foto: Istimewa)

Lombok Timur, — Rendahnya harga tembakau begitu mengkhawatirkan, berkurangnya kuota pembelian tembakau virginia oleh perusahaan rokok akan merugikan para petani.

Selain itu, pada musim tanam tembakau tahun 2019, permintaan dari perusahaan rokok diperkirakan akan berkurang dibandingkan tahun sebelumnya.

“Hal itu berdasarkan informasi pengurangan kuota pembelian yang dilakukan oleh perusahaan,” kata Herman kepada Jurnalfaktual.id melalui pesan telpon, Senin (16/9).

Herman merinci, informasi yang diperoleh beberapa perusahaan mitra petani tembakau virginia yang akan melakukan pembelian sangat rendah dari tahun 2018 sampai 2019.

Selain itu, PT Bentoel akan melakukan pembelian hanya 8.000 ton, sedangkan pada tahun 2018 membeli sebanyak sebanyak 15.000 ton. Selanjutnya, PT Sadhana akan membeli tembakau virginia hanya 1.000 ton. Sementara beberapa perusahaan lainnya belum diketahui apa akan melakukan pembelian atau tidak.

Namun, menurutnya, dengan keadaan ini bisa dipermainkan harga oleh perusahan Nakal lainnya, dikarenakan perusahan yang membeli tembakau`di Lombok Timur ini banyak perusahan yang beralasan Kouta terbatas. Padahal petani binaanya saja belum tau koata yang di butuhkan oleh perusahaannya sendiri.

Untuk itu, kemungkinan petani sangat dirugikan dengan menghargai tembakau petani dengan harga murah.

Di sisi lain, Herman juga merincikan harga dengan sangat murah di tahun 2019. Dari faktor kelebihan setok barang terjadi kelebihan 8.000 hingga 9.000 ton.

Jika diasumsikan harga rata-rata tembakau virginia Rp. 42.500 per kilogram, maka total kerugian para petani diperkirakan mencapai ratusan miliar akibat hasil produksinya yang tidak terserap pasar.

“Melihat penawaran lebih besar dari permintaan, maka boleh jadi harga tembakau virginia tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.

Dengan itu, Herman berharap perusahan harus membeli semua tembakau petani binaan dan menghargai tembakau petani sesuai kelas tembakau petani untuk mengatasi dampak yang muncul pada musim tanam tembakau tahun 2019.

Biar tidak seperti sejarah kelam petani tembakau pada tahun 2000 dan 2001 akan terulang kembali, di mana para petani melakukan aksi unjuk rasa karena hasil produksinya tidak laku terjual.

“Petani tahunya tanam saja, tapi tidak tahu seperti apa kondisi pasar saat ini. Di sinilah pemerintah daerah harus berperan, jangan sampai petani mengalami kerugian yang relatif besar,” pungkasnya.

Laporan: Lalu Nursaid

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article