Kebakaran Hutan di Hawaii: 67 Tewas, Lahaina Hangus, dan Misteri Sirene yang Tak Berbunyi

jfid By jfid
5 Min Read
Kebakaran Hutan di Hawaii: 67 Tewas, Lahaina Hangus, dan Misteri Sirene yang Tak Berbunyi

jf.id – Hawaii, negara bagian Amerika Serikat yang terkenal dengan keindahan alam dan pantainya, kini dilanda bencana alam yang mengerikan. Kebakaran hutan yang melanda pulau Maui pada Jumat (11/8/2023) telah menewaskan setidaknya 67 orang dan menghanguskan kota resor bersejarah Lahaina. Ini menjadikan kebakaran hutan itu sebagai bencana alam paling mematikan dalam sejarah negara bagian Hawaii, melebihi tsunami yang membunuh 61 orang pada 1960.

Bencana ini mulai terjadi tepat setelah tengah malam pada Selasa (8/8/2023) ketika kebakaran dilaporkan terjadi di kota Kula, kira-kira 56 km dari Lahaina. Sekitar lima jam kemudian pagi itu, listrik padam di Lahaina, menurut warga. Dalam pembaruan yang diposting di Facebook pagi itu, Kabupaten Maui mengatakan api Kula telah menghanguskan ratusan hektar padang rumput, tetapi api kecil seluas 1,2 hektar yang muncul di Lahaina telah diatasi.

Namun, menjelang sore itu, situasinya berubah menjadi lebih mengerikan. Sekira pukul 15.30, menurut pembaruan kabupaten, api Lahaina tiba-tiba berkobar. Beberapa warga mulai mengungsi sementara orang-orang, termasuk tamu hotel, di sisi barat kota diinstruksikan untuk berlindung. Pada jam-jam berikutnya, county memposting serangkaian perintah evakuasi di Facebook saat api menyebar ke seluruh kota.

Salah satu video yang viral di media sosial menunjukkan pemandangan dahsyat saat api melahap mobil-mobil di jalan raya dan menyala-nyala di langit malam. Suara teriakan dan sirene terdengar lantang di antara gemuruh api.

Ad image

Kepala Pemadam Kebakaran Maui County Bradford Ventura mengatakan pada konferensi pers hari Kamis (9/8/2023) bahwa kecepatan kebakaran membuat hampir tidak mungkin bagi para petugas di garis depan untuk berkomunikasi dengan petugas manajemen darurat yang biasanya memberikan perintah evakuasi secara real-time. Dia juga mengatakan bahwa layanan seluler terputus.

“Mereka pada dasarnya melakukan evakuasi sendiri dengan sedikit pemberitahuan,” katanya, mengacu pada penduduk di lingkungan tempat kebakaran pertama kali terjadi.

Para pejabat belum memberikan gambaran rinci tentang pemberitahuan apa yang dikirim, dan apakah itu dilakukan melalui pesan teks, email, atau panggilan telepon. Pulau ini memiliki sirene darurat yang dimaksudkan untuk memperingatkan akan bencana alam dan ancaman lainnya, namun sirene tersebut tampaknya tidak berbunyi saat kebakaran terjadi.

Wali kota County Richard Bissen mengatakan kepada acara “Today” di NBC pada hari Jumat bahwa dia tidak tahu apakah sirene berbunyi tetapi mengatakan bahwa api bergerak sangat cepat.

“Saya pikir ini adalah situasi yang mustahil,” katanya.

Penyebab kebakaran hutan ini masih dalam penyelidikan. Namun, beberapa ahli meteorologi menduga bahwa kebakaran ini dipicu oleh topan Dora yang melintas di Samudra Pasifik dan membawa angin kencang dan udara kering ke Hawaii. Topan Dora juga menyebabkan kerusakan parah di beberapa negara lain seperti Meksiko dan Guatemala.

Kebakaran hutan ini telah menimbulkan keprihatinan tentang dampaknya terhadap lingkungan dan ekonomi Hawaii. Pulau Maui merupakan salah satu tujuan wisata populer di dunia dengan pantai-pantai indah, gunung-gunung hijau, dan budaya lokal yang kaya. Kota Lahaina sendiri merupakan situs bersejarah yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Hawaii pada abad ke-19.

Sekarang, kota itu telah berubah menjadi puing-puing dan abu. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, dan harta benda mereka. Banyak bangunan bersejarah, gereja, museum, dan monumen yang hancur. Juga, banyak tanaman dan hewan yang terancam punah akibat kebakaran ini.

Pemerintah federal dan negara bagian telah mengumumkan status darurat dan mengirimkan bantuan kepada para korban. Presiden AS Joe Biden juga telah menghubungi Gubernur Hawaii David Ige untuk menyampaikan belasungkawa dan dukungan. Beberapa organisasi kemanusiaan dan sukarelawan juga telah bergerak untuk memberikan bantuan medis, makanan, air, dan tempat penampungan.

Namun, proses pemulihan dan rekonstruksi diperkirakan akan memakan waktu lama dan biaya besar. Para pejabat memperkirakan kerugian ekonomi akibat kebakaran ini mencapai miliaran dolar AS. Selain itu, dampak psikologis dan sosial dari bencana ini juga tidak dapat diabaikan.

Share This Article