Israel Terpojok: Tekanan Internasional Membuat Israel Berada di Ujung Tanduk

fahira By fahira
4 Min Read
Israel Terpojok: Tekanan Internasional Membuat Israel Berada di Ujung Tanduk
Israel Terpojok: Tekanan Internasional Membuat Israel Berada di Ujung Tanduk
- Advertisement -

jfid – Israel terpojok setelah ratusan pejabat Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Uni Eropa (UE) menandatangani surat terbuka yang menentang kebijakan dukungan terhadap Israel dalam perang di Gaza.

Surat tersebut menandai pertama kalinya para pejabat dari negara sekutu Israel di seberang Atlantik bersatu untuk mengkritik pemerintah mereka atas perang itu. Sebanyak 800 pejabat AS, Inggris, dan UE telah merilis surat terbuka yang ditandatangani menentang dukungan terhadap Israel pada perang di Gaza, Jumat (2/2/2024).

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel tidak akan menyerah pada tekanan internasional untuk menghentikan perang. Ia mengatakan bahwa tekanan terhadap Israel berfokus pada seruan untuk mengadakan pemilu baru di Israel. “Mereka melakukan ini dengan mencoba menyelenggarakan pemilu sekarang, di tengah perang. Dan mereka melakukan ini karena mereka tahu bahwa pemilu sekarang akan menghentikan perang dan melumpuhkan negara setidaknya enam bulan,” katanya. “Jika kami menghentikan perang sekarang sebelum semua tujuan tercapai, itu berarti Israel kalah perang, dan kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”

Pada Kamis (14/3), Pemimpin Mayoritas Senat AS Chuck Schummer mengkritik kepemimpinan Netanyahu dan meminta Israel untuk mengadakan pemilu baru. “Mereka melakukan ini dengan mencoba menyelenggarakan pemilu sekarang, di tengah perang. Dan mereka melakukan ini karena mereka tahu bahwa pemilu sekarang akan menghentikan perang dan melumpuhkan negara setidaknya enam bulan,” katanya.

Ad image

Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad, meminta dunia untuk bergerak menghentikan Israel. “Dunia harus bergerak untuk menghentikannya dengan senjata kalau tidak warga Gaza akan musnah,” kata Dadang kepada wartawan, Kamis (28/3/2024).

Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, mengatakan bahwa aksi Israel bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB. “Resolusi itu tetap penting. Tapi, yang jauh lebih penting adalah bagaimana memaksa Israel mematuhi gencatan senjata dan menghentikan genocida rakyat Palestina.

Harus ada tekanan internasional yang lebih keras agar Israel menghentikan semua bentuk kekejian yang sudah di luar batas peri kemanusiaan,” sambungnya.

Pada Senin (25/3), PBB meloloskan resolusi menuntut gencatan senjata segera di Gaza selama Ramadan. Meski demikian, Jalur Gaza bagian selatan terus dibombardir hebat oleh militer Israel pada Rabu (27/3) waktu setempat.

Suara ledakan juga terdengar dan asap terlihat membubung di Kota Gaza di utara, tempat pasukan Israel menyerang rumah sakit terbesar di kota itu selama lebih dari seminggu.

Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 32.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan mereka yang berperang dalam perhitungannya namun mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak merupakan dua pertiga dari mereka yang tewas.

Pertempuran tersebut telah menyebabkan sebagian besar Jalur Gaza hancur, membuat sebagian besar penduduknya mengungsi dan menyebabkan sepertiga dari 2,3 juta penduduknya berada di ambang kelaparan.

Dalam situasi ini, tekanan internasional terhadap Israel meningkat, dan Israel terpojok di tengah perang yang telah berlangsung lebih dari enam bulan.

Israel tidak akan menyerah pada tekanan internasional dan akan terus bertindak untuk mencapai semua tujuan perang: membebaskan semua sandera, menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, serta memastikan bahwa Gaza tidak akan lagi menjadi ancaman bagi Israel.

- Advertisement -
Share This Article