jfid – Jakarta – Hasil Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional yang digelar di Jakarta pada 18-19 November 2023 menunjukkan dukungan kepada pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024.
Dukungan tersebut disebut bersyarat, yaitu harus memenuhi sejumlah kriteria yang ditetapkan oleh para ulama dan tokoh yang hadir dalam forum tersebut.
Apa alasan di balik pilihan Ijtima Ulama untuk mendukung Anies-Cak Imin? Apakah karena Cak Imin merupakan politisi PKB yang berasal dari kalangan Nahdliyin? Atau karena Anies-Cak Imin memiliki visi dan misi yang jelas dan sejalan dengan aspirasi umat Islam? Bagaimana pula dengan pasangan capres-cawapres lainnya, seperti Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, berikut ini kami sajikan beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan Ijtima Ulama dalam memberikan rekomendasi kepada Anies-Cak Imin:
- Faktor ideologis. Salah satu kriteria yang ditetapkan oleh Ijtima Ulama adalah bahwa capres-cawapres harus memiliki komitmen untuk menjaga dan menegakkan ideologi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu, capres-cawapres juga harus memiliki pemahaman yang benar tentang Islam dan mampu mengimplementasikannya dalam kebijakan publik. Dari kriteria ini, Anies-Cak Imin dinilai memiliki keunggulan dibandingkan dengan pasangan lainnya. Anies dikenal sebagai sosok yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang luas, baik di bidang akademik, sosial, maupun politik. Ia juga memiliki visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju, adil, dan beradab, dengan mengedepankan nilai-nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Cak Imin, sebagai ketua umum PKB, juga memiliki basis massa yang kuat di kalangan Nahdliyin, yaitu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang dikenal sebagai penjaga Pancasila dan NKRI. Cak Imin juga memiliki rekam jejak yang positif sebagai politisi dan tokoh nasional, baik di tingkat legislatif maupun eksekutif.
- Faktor elektoral. Selain faktor ideologis, Ijtima Ulama juga mempertimbangkan faktor elektoral, yaitu kemampuan capres-cawapres untuk meraih suara dan kemenangan dalam Pilpres 2024. Dari segi elektoral, Anies-Cak Imin juga memiliki potensi yang besar untuk menarik simpati pemilih, khususnya di Pulau Jawa, yang merupakan basis pemilih terbesar di Indonesia. Anies memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi sebagai Gubernur DKI Jakarta, yang berhasil memenangkan Pilkada 2017 melawan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Anies juga memiliki jaringan dan dukungan dari berbagai elemen masyarakat, seperti ormas Islam, aktivis, akademisi, pengusaha, seniman, dan lain-lain. Cak Imin, sebagai cawapres, juga dapat menambah kekuatan elektoral Anies, terutama di Jawa Timur, yang merupakan basis PKB dan Nahdliyin. Cak Imin juga memiliki pengalaman dan keterampilan dalam berpolitik, baik di tingkat nasional maupun daerah.
- Faktor komparatif. Selain membandingkan antara capres-cawapres yang diusulkan oleh masing-masing partai politik, Ijtima Ulama juga membandingkan antara capres-cawapres yang sudah mendaftar ke KPU. Dari hasil perbandingan tersebut, Anies-Cak Imin dinilai lebih unggul dibandingkan dengan pasangan lainnya, yaitu Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Ganjar Pranowo, sebagai Gubernur Jawa Tengah, dianggap kurang memiliki visi dan misi yang jelas dan konsisten, terutama terkait dengan isu-isu keagamaan, seperti penistaan agama, radikalisme, dan intoleransi. Mahfud MD, sebagai Menko Polhukam, juga dianggap kurang memiliki basis massa dan dukungan dari kalangan ulama dan umat Islam, meskipun ia berasal dari NU. Prabowo Subianto, sebagai Ketua Umum Gerindra, dianggap kurang memiliki daya tarik dan kepercayaan dari pemilih, karena telah dua kali kalah dalam Pilpres 2014 dan 2019. Gibran Rakabuming Raka, sebagai Wali Kota Solo, juga dianggap kurang memiliki kapasitas dan kredibilitas untuk menjadi cawapres, karena ia masih terlalu muda dan belum berpengalaman di tingkat nasional. Selain itu, Gibran juga dianggap sebagai produk dari dinasti politik Jokowi, yang dinilai kurang progresif dan responsif terhadap aspirasi umat Islam.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Ijtima Ulama memilih Anies-Cak Imin sebagai capres-cawapres yang direkomendasikan untuk Pilpres 2024, karena mereka dinilai memiliki faktor-faktor yang mendukung, baik dari segi ideologis, elektoral, maupun komparatif.
Anies-Cak Imin dianggap sebagai pasangan yang mampu menjawab tantangan dan harapan umat Islam, serta mewujudkan cita-cita Indonesia yang maju, adil, dan beradab.