jfid – Di tengah pertempuran sengit antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dituduh mencari ‘ilusi’ di rumah sakit terbesar di Gaza, al-Shifa.
Rumah sakit tersebut menjadi sasaran serangan udara Israel yang menghancurkan bangsal jantung dan menyebabkan puluhan kematian pasien.
Israel mengklaim bahwa Hamas menyembunyikan pusat komando dan terowongan di bawah rumah sakit tersebut, serta menahan sandera yang diculik pada 7 Oktober lalu.
Namun, Hamas membantah tuduhan tersebut dan mengecam serangan Israel sebagai bukti kegagalan dan kekalahan mereka.
Juru bicara sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, Abu Ubaidah, mengatakan bahwa Netanyahu bersama kabinet perangnya sedang mencari khayalan belaka yang menunjukkan ketidakmampuan serta kesombongan mereka.
“Penyerbuan (militer) terhadap rumah sakit untuk memamerkan kekuatan menjadi bukti kegagalan dan kekalahan mereka,” kata dia dalam pidatonya yang dikutip Anadolu Agency.
Abu Ubaidah juga menegaskan bahwa para pejuang Hamas sudah siap menghadapi pertempuran jangka panjang.
“Semakin lama pendudukan bertahan di Gaza, akan semakin besar kerugian mereka,” tegas dia.
Menurut data terkini otoritas Palestina, lebih dari 12.000 warga, termasuk 8.300 lebih perempuan dan anak-anak, tewas karena kebrutalan serangan Israel sejak 7 Oktober lalu.
Sedangkan 30.000 lainnya terluka. Ribuan bangunan seperti rumah sakit, kamp pengungsi, masjid, dan gereja rusak atau bahkan hancur akibat bombardir Israel.
Sementara itu, korban tewas di pihak Israel berjumlah 1.200 orang, menurut data resmi negara Zionis itu.
Serangan Israel terhadap rumah sakit al-Shifa telah menimbulkan kecaman dari berbagai pihak, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang mengatakan bahwa al-Shifa harus dilindungi dan menyerukan tindakan yang “tidak terlalu mengganggu” oleh pasukan Israel.
Biden juga mengirim utusan khususnya, Hady Amr, ke Timur Tengah untuk membantu menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Namun, upaya diplomasi tersebut belum membuahkan hasil, karena kedua belah pihak masih bersikeras untuk melanjutkan perang.
Rumah sakit al-Shifa juga menghadapi krisis bahan bakar yang mengancam operasinya.
Direktur badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, telah memperingatkan bahwa operasi bantuan kelompok tersebut di Gaza akan ditutup dalam 48 jam ke depan kecuali jika bahan bakar diizinkan masuk ke wilayah yang terkepung.
Israel dikabarkan telah menawarkan bahan bakar ke rumah sakit tersebut, tetapi tawaran tersebut ditolak oleh Hamas.
Netanyahu mengatakan bahwa Hamas menolak bantuan kemanusiaan dari Israel karena mereka ingin memanfaatkan krisis tersebut untuk mendapatkan dukungan internasional.
Rumah sakit al-Shifa, yang terkena serangan rudal pada Jumat, 10 November 2023, adalah yang terbesar di Jalur Gaza yang luasnya 360 km persegi.
Rumah sakit tersebut memiliki kapasitas 650 tempat tidur dan melayani sekitar 2 juta penduduk Gaza. Rumah sakit tersebut juga menjadi tempat berlindung bagi ribuan pengungsi yang melarikan diri dari serangan Israel.
Namun, dengan kondisi yang semakin memburuk, nasib rumah sakit dan pasiennya menjadi tidak pasti.