Habib Bahar bin Smith Blak-Blakan Soal Tarif Ceramah: Dakwah Itu Bukan Bisnis!

Noer Huda By Noer Huda - Content Creator
3 Min Read
Habib Bahar bin Smith Blak-Blakan Soal Tarif Ceramah: Dakwah Itu Bukan Bisnis! (Ilustrasi)
Habib Bahar bin Smith Blak-Blakan Soal Tarif Ceramah: Dakwah Itu Bukan Bisnis! (Ilustrasi)

jfid – Habib Bahar bin Smith, pendakwah yang kerap disorot karena kontroversinya, kembali menjadi pusat perhatian.

Kali ini, bukan hanya soal pandangannya yang berani atau perdebatan panasnya dengan Rhoma Irama mengenai nasab, tetapi juga soal tarif ceramahnya.

Seberapa besar sebenarnya tarif ceramah dari sosok yang dikenal memiliki garis keturunan Nabi Muhammad SAW ini?

Habib Bahar bin Smith, atau yang akrab disapa HBS, sering tampil di berbagai forum dakwah, memberikan ceramah dan pengajaran agama.

Ad image

Namun, pandangannya yang kritis terhadap kebijakan pemerintah dan seruan perubahan dalam sistem politik dan sosial di Indonesia sering membuatnya bersinggungan dengan hukum.

Dalam sebuah sesi siaran langsung di media sosialnya, seorang jamaah menanyakan perihal tarif dakwah Habib Bahar.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Habib Bahar dengan tegas menyatakan, “Ente tanya orang-orang yang pernah ngundang ana,” seperti dilansir dari kanal YouTube Pejuang Dakwah.

Ia menantang siapa saja yang pernah mendengar dirinya menetapkan tarif, “Tanya siapapun yang pernah mengundang Bahar bin Smith, pernah tidak Bahar bin Smith bilang kalau mengundang Bahar bin Smith harus sekian puluh juta, sekian belas juta, pernah tidak keluar kata-kata itu?”

Habib Bahar mengaku tidak pernah memasang harga untuk setiap undangan dakwahnya.

“Kalau ada yang bilang Habib Bahar Bin Smith pernah memasang target ceramah, bawa ke sini orangnya! Ana pergi ke penjara, terus ana bilang, ‘Pak, tahan saya kalau memang ada Bahar bin Smith memasang target untuk dakwah.’ Karena bagi ana dakwah itu bukan suatu pekerjaan,” tegasnya.

Pernyataan ini membuka diskusi lebih luas mengenai pandangan masyarakat terhadap aktivitas dakwah di Indonesia.

Apakah dakwah seharusnya menjadi kegiatan yang bebas dari aspek komersial, ataukah wajar jika seorang pendakwah memperoleh imbalan atas waktunya?

Habib Bahar jelas menyatakan bahwa dakwah adalah kewajiban, bukan pekerjaan berbayar. “Dakwah itu kewajiban,” tambahnya, menegaskan posisi dakwah sebagai tugas mulia yang dijalankan tanpa pamrih.

Pandangan Habib Bahar ini memicu berbagai opini di kalangan masyarakat. Ada yang setuju bahwa dakwah seharusnya murni tanpa imbalan finansial, sementara ada juga yang memahami bahwa pendakwah mungkin perlu biaya untuk operasional dan kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks ini, Habib Bahar menempatkan dirinya pada sisi yang idealis, mempersembahkan dakwah sebagai tugas suci.

Meski demikian, tantangan bagi pendakwah lain mungkin berbeda, tergantung pada kebutuhan dan situasi masing-masing.

Diskusi tentang tarif ceramah ini mencerminkan isu yang lebih besar tentang bagaimana masyarakat melihat peran pendakwah dan nilai dari ceramah agama dalam kehidupan modern.

Apakah kita masih memegang nilai-nilai ideal seperti yang dicontohkan Habib Bahar, atau realitas ekonomi telah mengubah persepsi kita tentang dakwah dan pendakwah?

Share This Article