Gibran Cawapres Prabowo: Kiamat Politik PDIP?

Noer Huda
3 Min Read
Gibran Cawapres Prabowo: Kiamat Politik Pdip?
Gibran Cawapres Prabowo: Kiamat Politik Pdip?

jfid – Gibran Rakabuming Raka, nama yang mengundang beragam reaksi dalam politik Indonesia. Sebagai putra sulung dari Presiden Joko Widodo, sorotan publik tertuju padanya dengan spekulasi bahwa dia mungkin menjadi calon wakil presiden, berdampingan dengan Prabowo Subianto.

Namun, melampaui teka-teki ini, perlu merenungkan dampak yang mungkin timbul jika skenario ini menjadi kenyataan.

Di satu sisi, kehadiran Gibran dalam arena politik bisa menjadi pendorong positif. Dalam dinamika Koalisi Indonesia Maju yang penuh tekanan, perannya bisa menjadi perekat antara kelompok-kelompok politik yang berbeda, terutama mengingat ketegangan antara Golkar dan PAN yang berharap pada Erick Tohir.

Pencalonannya juga bisa membawa implikasi signifikan dalam menggaet dukungan di tingkat lokal, terutama dari basis-basis wilayah yang dikuasai oleh PDIP, mengingat pengaruh besar yang dimiliki keluarga Jokowi di dalam partai tersebut.

Namun, di sisi lain, kehadiran Gibran juga membawa potensi konflik yang mendalam. Pertarungan politik antara Prabowo dan PDIP, yang sudah terasa sangat intens, mungkin semakin memanas.

PDIP bisa merasa dikhianati dan diabaikan jika salah satu anggota keluarga Jokowi mendukung kubu lawan.

Dalam skenario terburuk, ini bisa merusak hubungan antara PDIP dan keluarga Jokowi secara keseluruhan, yang mencakup Gibran, Boby, dan bahkan Jokowi sendiri.

Lebih jauh, keberadaan Gibran sebagai calon wakil presiden juga menciptakan kesempatan bagi lawan-lawan politik Jokowi.

Mereka dapat menggunakan pencalonannya sebagai alat untuk menyerang legitimasi politik Presiden Jokowi, dengan menegaskan narasi “politik dinasti”.

Dalam iklim politik yang memanas, di mana opini publik dapat dengan cepat dipengaruhi oleh narasi-narasi seperti ini, potensi kerusakan terhadap reputasi Presiden dan partainya sangat besar.

Namun, seperti banyak kasus dalam politik, keputusan akhir belum diputuskan. Semua mata tertuju pada Mahkamah Konstitusi (MK) yang akan menentukan nasib pencalonan Gibran.

Pertanyaan tentang batasan usia cawapres, apakah akan tetap atau akan digugat melalui judicial review, merupakan faktor penentu.

Jika MK memutuskan untuk mengabulkan gugatan dan menghapus batasan usia, Gibran kemungkinan besar akan menjadi cawapres Prabowo.

Dengan demikian, Indonesia berada dalam ketidakpastian politik yang mendalam. Dalam menghadapi pilihan ini, negara harus mempertimbangkan dengan matang berbagai faktor yang terlibat.

Keputusan politik ini tidak hanya mempengaruhi dinamika internal partai-partai politik, tetapi juga membawa dampak penting bagi stabilitas politik nasional.

Hanya waktu yang akan memberikan jawaban definitif, menjelang pemilihan yang mungkin menjadi salah satu yang paling menentukan dalam sejarah politik Indonesia modern.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article