jfid – Gaza, sebuah wilayah yang terjepit di antara Israel dan Mesir, kini menjadi pusat perhatian dunia. Pernyataan keras Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menggambarkan betapa mengerikannya situasi di sana.
Menurutnya, Gaza telah berubah menjadi “kuburan bagi anak-anak,” sebuah gambaran tragis yang mencerminkan penderitaan tak terhitung jumlahnya yang dialami oleh warga sipil.
Konflik berkepanjangan antara Hamas dan Israel telah menciptakan dampak terburuknya bagi warga sipil, terutama anak-anak yang tak bersalah.
Guterres menekankan bahwa perlindungan warga sipil harus menjadi prioritas utama dalam penyelesaian konflik ini. Namun, realitas yang menghantui adalah pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional terus terjadi, merenggut nyawa dan harapan para warga Gaza.
PBB mendesak bantuan segera dengan dana sebesar US$1,2 miliar untuk menyediakan bantuan kepada 2,7 juta orang di Gaza dan Tepi Barat. Angka ini mencerminkan tingkat keparahan krisis kemanusiaan yang terjadi di wilayah tersebut. Otoritas kesehatan Palestina mencatat bahwa jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai angka puluhan ribu, sebuah statistik yang mencerminkan betapa mengerikannya situasi di Gaza, yang saat ini lebih mirip kuburan daripada tempat tinggal manusia.
Situasi yang sangat memprihatinkan ini memanggil kepedulian mendalam dan tindakan segera dari komunitas internasional. Harapan bersama adalah agar perdamaian dapat segera ditegakkan di wilayah Gaza. Dengan perdamaian yang diharapkan, warga sipil, terutama anak-anak, dapat hidup dalam keadaan aman dan damai, tanpa ketakutan dan penderitaan yang melanda mereka setiap hari.