jfid – Di tengah malam yang tenang di kota Rafah, Gaza, suara ledakan besar memecah kesunyian. Anak-anak yang tengah berdoa dan bersiap tidur bersama keluarga mereka, tiba-tiba dikejutkan oleh kobaran api yang mengelilingi kamp pengungsian tempat mereka berlindung.
Serangan udara Israel pada Minggu malam, 26 Mei, mengakibatkan kebakaran besar yang menewaskan 45 orang, termasuk banyak perempuan dan anak-anak.
Dalam kegelapan malam, rekaman video yang diperoleh Reuters menunjukkan api yang berkobar, disertai teriakan panik para penghuni kamp.
“Kami sedang berdoa dan menyiapkan tempat tidur anak-anak kami untuk tidur. Tidak ada yang aneh, kemudian kami mendengar suara yang sangat keras, dan api muncul di sekitar kami,” ujar Umm Mohamed Al-Attar, seorang ibu Palestina di sebuah rumah sakit, seperti dikutip Reuters pada Senin, 27 Mei.
Kejadian mengerikan ini terjadi di lingkungan Tel Al-Sultan, tempat ribuan orang berlindung setelah pasukan Israel melancarkan serangan darat di timur Rafah lebih dari dua minggu sebelumnya.
Para korban selamat menggambarkan malam itu dengan penuh ketakutan dan kebingungan. “Semua anak mulai berteriak. Suaranya menakutkan; kami merasa seperti logam akan menimpa kami, dan pecahan peluru berjatuhan ke dalam ruangan,” tambah Umm Mohamed.
Militer Israel mengklaim serangan itu ditargetkan pada komandan Hamas di Rafah dan dilakukan berdasarkan “intelijen yang tepat”. Namun, kenyataannya, serangan ini menyebabkan kerusakan yang luas dan menimbulkan korban jiwa di kalangan warga sipil yang tidak bersalah.
Laporan dari pejabat kesehatan di Gaza mengungkapkan bahwa lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia. Jumlah korban diperkirakan akan meningkat mengingat banyaknya yang menderita luka bakar parah.
Aksi brutal ini mendapat kecaman dari berbagai komunitas internasional yang mendesak Israel untuk menghentikan serangan dan mematuhi hukum internasional.
Organisasi bantuan internasional, ActionAid UK, melaporkan bahwa jumlah korban mencapai 50 orang, dengan banyak yang terbakar hidup-hidup di bawah tenda dan tempat berlindung mereka.
“Tempat penampungan ini seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman bagi warga sipil yang tak bersalah,” kata ActionAid, seperti dikutip PressTV, Senin, 27 Mei.
Serangan ini menambah panjang daftar kekejaman yang terjadi selama agresi Israel yang telah berlangsung sejak Oktober 2023. Meski ada keputusan dari pengadilan tinggi PBB yang memerintahkan penghentian agresi di Gaza, serangan terus berlanjut tanpa henti, mengakibatkan lebih dari 35.000 warga Palestina kehilangan nyawa.
Tragedi di Rafah bukan hanya sekedar angka atau laporan statistik. Di balik setiap korban terdapat kisah dan kehidupan yang terhenti secara tragis. Anak-anak, yang seharusnya menikmati masa kecil mereka dengan ceria, kini menjadi saksi bisu dari kekejaman yang tak terbayangkan.
Sementara dunia menyaksikan dari kejauhan, para penghuni kamp pengungsian di Gaza harus terus berjuang untuk bertahan hidup di tengah situasi yang semakin memburuk.