jfid – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menutup pintu harapan bagi rakyat Palestina yang menderita akibat serangan Israel di Jalur Gaza.
Dia menegaskan bahwa tidak ada kemungkinan gencatan senjata di wilayah yang terkepung itu.
Biden menyampaikan pernyataan tersebut saat meninggalkan Gedung Putih menuju Negara Bagian Illinois pada Kamis, 10 November 2023.
Dia mengatakan bahwa dia masih optimis untuk membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas, namun tidak memberikan jaminan apapun untuk menghentikan pertumpahan darah di Gaza.
Pernyataan Biden ini bertentangan dengan desakan dari banyak pihak, termasuk PBB, Uni Eropa, dan negara-negara Arab, yang meminta agar Israel dan Hamas segera mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama lebih dari sebulan. Mereka juga meminta agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza tanpa hambatan.
Israel sendiri telah setuju untuk memberlakukan jeda kemanusiaan selama empat jam setiap hari di bagian utara Gaza, namun hal ini dinilai tidak cukup untuk mengurangi penderitaan warga sipil.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, lebih dari 10.000 warga sipil, termasuk 4.400 lebih anak, terbunuh akibat serangan udara dan darat Israel sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober. Sementara itu, hampir 1.600 orang Israel tewas dalam konflik tersebut.
Kondisi kesehatan di Gaza juga sangat memprihatinkan. Dari 35 rumah sakit di Gaza, 18 saat ini tidak beroperasi karena kampanye pengeboman Israel dan habisnya cadangan bahan bakar.
Kekurangan bahan bakar telah membuat para dokter tidak punya pilihan selain melakukan operasi tanpa bius yang memadai, termasuk bagi mereka yang terluka dalam serangan udara dan wanita yang menjalani operasi caesar.
Biden, yang mengaku sebagai sahabat Israel, tampaknya tidak peduli dengan nasib rakyat Palestina. Dia bahkan tidak mau mengkritik Israel atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukannya.
Dia hanya mengatakan bahwa Israel berhak mempertahankan diri dari serangan roket Hamas, tanpa mempertimbangkan proporsionalitas dan akuntabilitas.
Biden juga tidak mau mengakui bahwa konflik di Gaza adalah akibat dari penjajahan Israel atas tanah Palestina. Dia mengabaikan fakta bahwa Israel telah menduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak 1967, dan telah membangun permukiman ilegal di sana.
Dia juga mengabaikan fakta bahwa Israel telah menjadikan Gaza sebagai penjara terbuka, dengan memblokir perbatasan darat, laut, dan udara.
Biden, yang pernah berjanji untuk menjadi presiden yang berbeda dari pendahulunya, Donald Trump, ternyata tidak menunjukkan perubahan sikap terhadap Palestina.
Dia masih mengikuti kebijakan pro-Israel yang dibuat oleh Trump, seperti mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, menghentikan bantuan kepada badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, dan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.
Biden, yang mengklaim sebagai pemenang demokrasi, ternyata tidak menghormati hak rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri.
Dia masih mendukung solusi dua negara, yang telah gagal diimplementasikan selama puluhan tahun, tanpa memberikan tekanan kepada Israel untuk mengakhiri pendudukannya.
Dia juga tidak mau mengakui bahwa Hamas adalah bagian dari perwakilan politik Palestina, yang dipilih secara demokratis oleh rakyatnya.
Biden, yang mengaku sebagai pembawa perdamaian, ternyata tidak mampu mengakhiri perang di Gaza. Dia hanya menjadi penonton yang pasif, yang menyerahkan segalanya kepada Israel.
Dia tidak mau menggunakan pengaruhnya sebagai sekutu utama Israel untuk mendorong gencatan senjata yang adil dan permanen. Dia juga tidak mau menggunakan kekuatannya sebagai pemimpin dunia untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung terlalu lama.
Biden, yang mengaku sebagai saudara bagi rakyat Palestina, ternyata tidak memiliki belas kasihan kepada mereka. Dia hanya memberikan ucapan bela sungkawa yang kosong, tanpa diikuti oleh tindakan nyata.
Dia tidak mau mengutuk Israel atas kekejaman yang dilakukannya. Dia juga tidak mau memberikan bantuan kemanusiaan yang cukup kepada rakyat Palestina.
Biden, yang mengaku sebagai manusia, ternyata tidak memiliki nurani. Dia hanya menjadi boneka yang dikendalikan oleh Israel. Dia tidak mau mendengarkan suara hatinya, yang seharusnya merasakan penderitaan rakyat Palestina. Dia juga tidak mau mendengarkan suara rakyatnya, yang seharusnya menuntut keadilan bagi rakyat Palestina.
Biden, yang mengaku sebagai presiden, ternyata tidak memiliki tanggung jawab. Dia hanya menjadi pengkhianat yang mengkhianati rakyat Palestina.
Dia tidak mau memenuhi janji-janjinya, yang seharusnya membawa perubahan bagi rakyat Palestina. Dia juga tidak mau menghormati hukum internasional, yang seharusnya melindungi rakyat Palestina.
Biden, yang mengaku sebagai Joe Biden, ternyata tidak memiliki identitas. Dia hanya menjadi bayangan yang tidak memiliki wajah.
Dia tidak mau menunjukkan dirinya, yang seharusnya menjadi contoh bagi rakyat Palestina. Dia juga tidak mau mengenal dirinya, yang seharusnya menjadi sahabat bagi rakyat Palestina.