“Saya minta keadilan untuk anak saya. Saya tidak mau ada anak lain yang mengalami hal yang sama. Saya juga minta sekolah menjelaskan kenapa mereka diam saja dan tidak melindungi anak saya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala SD Negeri Sukaraja, YS (45), mengakui bahwa pihaknya tidak mengetahui adanya kasus kekerasan yang menimpa Leon. Ia mengatakan bahwa sekolah tidak pernah mendapat laporan dari guru maupun siswa lain tentang hal tersebut.
“Kami tidak tahu sama sekali. Kami baru tahu setelah ada video yang viral itu. Kami tidak pernah dengar ada laporan dari guru atau siswa. Kalau ada, pasti kami tindak lanjuti. Kami juga tidak pernah lihat ada tanda-tanda kekerasan di tubuh Leon,” kata YS.
YS mengaku bahwa sekolah sudah melakukan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah ini.
Ia mengatakan bahwa sekolah sudah memanggil para pelaku dan orang tua mereka untuk dimintai keterangan. Ia juga mengatakan bahwa sekolah sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan dinas pendidikan.
“Kami sudah lakukan upaya-upaya untuk menangani kasus ini. Kami sudah panggil para pelaku dan orang tua mereka. Kami juga sudah koordinasi dengan polisi dan dinas pendidikan. Kami minta maaf atas kejadian ini dan kami siap bertanggung jawab,” ujarnya.
Namun, alasan pihak sekolah yang mengaku tidak mengetahui kasus ini menuai kritik dari berbagai pihak.
Salah satunya adalah Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda. Ia menilai bahwa sekolah telah lalai dalam menjalankan fungsi pengawasan dan perlindungan terhadap siswa.
“Kasus ini menunjukkan bahwa sekolah tidak peduli dengan kondisi siswa. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar dan berkembang. Sekolah juga harus proaktif dalam mencegah dan menangani kasus-kasus perundungan yang bisa berdampak fatal bagi siswa,” kata Huda.
Huda juga mengatakan bahwa kasus ini menjadi bukti bahwa perundungan masih menjadi ancaman nyata di dunia pendidikan.
Ia mengatakan bahwa perundungan tidak hanya dosa besar tetapi juga pelanggaran hak asasi manusia. Ia meminta agar pemerintah dan masyarakat bersama-sama memberantas perundungan di sekolah.
“Perundungan adalah musuh bersama yang harus kita lawan. Perundungan bisa menyebabkan anak merasa cemas, stres, depresi hingga tindakan ekstrem seperti bunuh diri. Perundungan juga bisa merusak masa depan anak. Kita harus bersatu untuk memberantas perundungan di sekolah,” ujarnya.